tirto.id - Sejumlah perusahaan jamu Indonesia mengaku mulai merumahkan karyawan karena terdampak COVID-19.
“Beberapa industri, 30 persen terutama di wilayah kami mulai merumahkan karyawan. Sebagian masih berjalan baik dengan adanya berita peneliliti kalau khasiat jamu untuk imunitas,” ucap Ketua Umum Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Dwi Ranny Pertiwi Zarman dalam rapat dengar pendapat virtual Komisi VI DPR RI, Senin (27/4/2020).
Ranny menyatakan, industri jamu saat ini memang dibutuhkan masyarakat sebagai peningkat daya tahan tubuh. Jamu juga jadi obat-obatan alternatif yang banyak dipakai karena murah dari sisi harga ketimbang obat konvensional yang saat ini mengalami kenaikan harga signifikan.
Namun, kendala mereka lebih mengarah pada persoalan operasional pabrik dan logistic. Ia mencontohkan pengiirman ke luar Jawa seperti Kalimantan dan wilayah Timur kesulitan sampai.
“Itu sudah hampir 1 bulan ini barang kami belum sampai-sampai,” ucap Ranny.
Wakil Ketua Umum GP Jamu Thomas Hartono menyatakan tahun 2020 ini merupakan masa yang sulit bagi industri jamu. Ia sendiri belum menghitung potensi dampaknya tetapi penurunan pasti terjadi.
“2020 pandemi Corona kami tidak tahu berapa omzet ini. Agak susah, tapi pasti turun. Mudah mudahan tidak drastis,” ucap Thomas dalam rapat dengar pendapat virtual Komisi VI DPR RI, Senin (27/4/2020).
Di sisi lain, sejumlah pabrik jamu ada yang tidak beroperasi 100 persen. Alhasil merumahkan karyawan tidak terhinndarkan.
“Tentu pemerintah diharapkan memperhatikan pengusaha bagaimana agar pabrik jamu tidak terjadi PHK,” ucap Thomas.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana