Menuju konten utama

2 SMA Negeri Menumpang UNBK di SMA Swasta Karena Prasarana Kurang

SMAN 1 Hampang dan SMAN 1 Pamukan Barat belum mampu melaksanakan UNBK mandiri sehingga terpaksa menggabung ke sekolah lain

2 SMA Negeri Menumpang UNBK di SMA Swasta Karena Prasarana Kurang
Petugas PLN area Lhokseumawe memeriksa genset yang ditempatkan di sekolah SMAN 1 selama UNBK. ANTARA FOTO/Rahmad/ama/17.

tirto.id - Dua SMAN di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, terpaksa menumpang ujian nasional berbasis komputer (UNBK) di SMA Swasta Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) Tarjun, Kecamatan Kelumpang Hilir.

"Kami ditunjuk Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan untuk membantu dua sekolah yaitu SMAN 1 Hampang dan SMAN 1 Pamukan Barat," ujar Kepala SMAS ITP Tarjun Akhmad Tantani Jauhari, Selasa (10/4/2018) sebagaimana diberitakan Antara.

SMAS ITP Tarjun ditunjuk dikarenakan oleh sarana prasarana yang lebih memadai. Tak hanya saat ujian, sebelumnya kedua sekolah juga melaksanakan simulasi UNBK di tempat yang sama.

SMAN 1 Hampang dan SMAN 1 Pamukan Barat belum mampu melaksanakan UNBK mandiri sehingga terpaksa menggabung ke sekolah lain.

Kepala SMAN 1 Hampang Gamel Abdul Nasser mengatakan sekolahnya belum memiliki lab dan peralatan komputer sama sekali.

"Kemudian jaringan internet di sana juga belum bagus," jelasnya.

Adapun jumlah peserta ujian dari ketiga sekolah mencapai 117 orang siswa. Masing-masing 40 orang siswa SMAS ITP Tarjun, 29 orang siswa SMAN 1 Hampang, dan 108 orang siswa SMAN 1 Pamukan Barat.

Meski harus menampung dua sekolah lain sekaligus, SMAS ITP Tarjun tak mengalami kendala berarti.

"Untuk pembagian ruangan, kami punya tiga laboratorium. Jadi, satu lab untuk satu sekolah," terang Akhmad Tantani.

Sementara, untuk perangkat komputer, sekolah yang menumpang ujian juga membawa beberapa unit komputer sendiri.

Total ada 80 unit komputer lebih yang digunakan, di antaranya sekitar 50 unit komputer milik SMAS ITP Tarjun.

"SMAN 1 Pamukan Barat membawa sekitar 28 unit komputer, sedangkan SMAN 1 Hampang tidak membawa komputer karena belum belum memiliki," tambahnya.

Demi mengikuti UNBK, guru dan para siswa harus menempuh perjalanan jauh setiap harinya.

Jarak dari Kecamatan Hampang menuju tempat ujian di Desa Tarjun Kecamatan Kelumpang Hilir sekitar 50 kilometer. Sekolah pun mencarter empat buah mobil sebagai sarana transportasi dengan biaya cukup besar. Setiap hari mereka berangkat subuh agar tidak datang terlambat.

"Selain pembiayaan yang cukup besar, kami juga menghadapi risiko di perjalanan," imbuhnya.

Ia berharap pemerintah khususnya Disdik Kalsel memberi perhatian agar tahun depan SMAN 1 Hampang bisa melaksanakan UNBK mandiri. Terlebih sekolahnya berada di wilayah pelosok dimana tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan relatif rendah, sehingga sulit mengharapkan partisipasi orangtua siswa untuk ikut memajukan sekolah.

"Anak-anak yang bisa sampai mengikuti ujian ini hebat karena mereka mau bersekolah sampai selesai," kata Gamel.

Kondisi yang sama juga dihadapi SMAN 1 Pamukan Barat. Kepala SMAN 1 Pamukan Barat Arliansyah mengatakan selain tak punya lab komputer, listrik dan jaringan internet juga jadi kendala untuk melaksanakan UNBK mandiri.

"Untuk operasional siang hari kami menggunakan genset, kalau untuk menyalakan puluhan komputer rasanya tidak mampu. Kami juga takut jaringan internet timbul tenggelam," paparnya.

Karena jarak yang sangat jauh dan tak memungkinkan pulang pergi setiap hari, para siswa terpaksa diinapkan di lokasi ujian. Ada enam ruang kelas di SMAS ITP Tarjun yang dijadikan ruang istirahat bagi para siswa dan beberapa orang guru pendamping.

Di ruang kelas itulah para siswa tidur bersama-sama dengan alas karpet seadanya selama masa ujian. Di situ pula mereka belajar bersama untuk menghadapi ujian.

"Kita kan baru pertama kali UNBK, kita ujian di sekolah orang bukan sekolah sendiri, jadi rasanya beda. Kalau beban namanya mengikuti ujian pasti ada, tapi yang penting kita berusaha dulu," ucap salah seorang siswa, Sandri Alfandi.

Demi mengikuti UNBK, biaya yang dikeluarkan tak sedikit terutama untuk transportasi dan konsumsi hingga mencapai puluhan juta rupiah. Sebagian biaya itu ikut ditanggung para orangtua siswa.

Kepala SMAN 1 Pamukan Barat Arliansyah berharap pihaknya bisa melaksanakan UNBK mandiri pada tahun akan datang.

"Setelah kami melihat pengalaman ini kan kami sudah tahu apa yang mesti disiapkan. Mungkin tahun depan akan berbeda," tuturnya.

Pihaknya juga melihat ada beberapa sekolah di wilayah lain yang juga menghadapi kendala serupa, namun tahun ini tetap mampu melaksanakan UNBK di sekolah sendiri.

"Misalnya di Pamukan Utara mereka bisa mengatasi kendala itu, kami bisa belajar ke sana," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait UNBK 2018

tirto.id - Pendidikan
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani