tirto.id - Menikah butuh persiapan fisik, mental, dan finansial. Dua pasangan yang akan menikah tak hanya butuh cinta, tetapi harus ada komitmen dan persiapan matang, karena kehidupan pernikahan sebenarnya akan terjadi setelah sah di mata hukum dan agama, bukan hanya saat pesta saja.
Jika Anda ingin menikah, alangkah baiknya mengunjungi terlebih dahulu situs siapnikah.org. yang diluncurkan oleh Badan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dalam situs tersebut Anda dapat mengoreksi diri sendiri, apakah Anda sudah siap untuk menikah?
Dilansir Indonesia.go.id, membangun keluarga harus memiliki 3 tujuan utama:
1. Membangun ketahanan dan kualitas balita dan anak dalam memenuhi tumbuh kembangnya.
2. Membangun ketahanan keluarga remaja dan kualitas remaja dalam menyiapkan kehidupan berkeluarga.
3. Meningkatkan kualitas lansia dan pemberdayaan keluarga rentan sehingga mampu berperan dalam kehidupan keluarga, dan terwujudnya pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Takaran kesiapan pernikahan akan berbeda-beda, kembali pada setiap pribadi masing-masing. Namun menurut Kepala BKKBN Hasto Wardoyo terdapat 10 dimensi yang perlu disiapkan sebelum pernikahan demi terbentuknya keluarga yang berkualitas.
1. Kesiapan usia
Usia menjadi salah satu tolok ukur seseorang siap untuk menikah. Berdasarkan riset panjang yang telah dilakukan, usia ideal untuk menikah bagi laki-laki minimal 25 tahun dan bagi perempuan minimal 21 tahun.
2. Kesiapan fisik
Setelah pernikahan, kehidupan tidak akan menjadi milik sendiri karena sudah menjadi keluarga bersama dengan pasangan Anda. Tentunya, harus siap mencari nafkah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, hingga melakukan aktivitas seksual.
Sebaiknya lakukan medical check up pranikah, agar mengerti tentang pasangan Anda sehingga tercipta keluarga yang berkualitas.
3. Kesiapan finansial
Ukuran keluarga bahagia dan berkualitas memang tidak terpatok pada nominal rupiah. Namun berpikir logis dalam suatu hubungan sangat diperlukan. Roda kehidupan rumah tangga akan terus berjalan, sehingga keperluan mendasar hingga masa depan seperti biaya anak perlu dipikirkan sebelum pernikahan.
4. Kesiapan mental
Pernikahan tak selalu berjalan dengan mulus seperti apa yang dirasakan semasa pacaran. Permasalahan rumah tangga sangat banyak sehingga memerlukan kesiapan mental untuk menghadapinya.
5. Kesiapan emosi
Apakah Anda orang yang mudah emosi? Jika jawabannya iya, Anda harus mulai mengontrolnya sejak sebelum pernikahan. Anda juga harus melihat pasangan Anda saat ia marah dan pertimbangkan apakah Anda bisa menerimanya untuk seumur hidup.
6. Kesiapan sosial
Setelah menikah, Anda akan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tentunya dengan orang-orang yang baru seperti keluarga besar pasangan, teman pasangan, hingga organisasi baru yang Anda harus ikuti.
7. Kesiapan moral
Moralitas sangatlah penting bagi suatu keluarga, apapun agamanya. Jika sudah memiliki anak, Anda sebaiknya mengajarkan moral pada anak dan keluarga.
8. Kesiapan interpersonal
Hal ini berkaitan dengan orang lain. Sebelum menikah pastikan Anda mampu berinteraksi dengan orang yang berlatar belakang berbeda, karena Anda juga akan masuk ke keluarga pasangan. Terlebih kehidupan Anda kini bersama dengan pasangan yang akan terus bertukar pikir untuk membangun rumah tangga.
9. Keterampilan hidup
Contoh keterampilan hidup seperti membersihkan rumah, memasak, mengasuh anak, serta menjalankan kewajiban sebagai suami/istri/orang tua. Bahkan merawat organ reproduksi hingga pengetahuan alat kontrasepsi untuk pengaturan jarak kehamilan juga menjadi keterampilan yang harus dimiliki sebelum menikah.
10. Kesiapan intelektual
Kemampuan intelektual tercermin dari aktivitas pencarian informasi seputar kehidupan keluarga.
Namun, selain 10 dimensi kesiapan pernikahan, di masa pandemi ini Anda harus mengetahui bahwa Kemenag menyediakan layanan pendaftaran nikah online. Hal ini dilakukan Kementerian Agama (Kemenag) demi mencegah penyebaran wabah virus corona.
Penulis: Maria Nanda Ayu Saputri
Editor: Dipna Videlia Putsanra