tirto.id - Dalam satu dekade terakhir, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), bekerja erat bersama mitra, telah menjadi katalisator perubahan untuk melindungi alam dan melestarikan kehidupan di beberapa wilayah di Indonesia. Merayakan satu dekade penuh dedikasi dalam konservasi, YKAN mengadakan perayaan ulang tahun ke-10 dengan mengusung tema ‘Together, We Find a Way.’
Sejak berdiri pada tahun 2014, YKAN terus berkomitmen memberikan kontribusi signifikan dalam melindungi alam dan keanekaragaman hayati dan menyejahterakan masyarakat. Hasil yang dicapai merupakan buah kolaborasi YKAN dengan Pemerintah Indonesia dan berbagai lembaga penelitian, organisasi non-pemerintah, masyarakat hingga sektor swasta. YKAN secara aktif melakukan implementasi program konservasi alam berbasis ilmiah dan non-konfrontatif di 14 provinsi, mencakup perlindungan ekosistem daratan dan lautan yang merupakan penyangga kehidupan.
Salah satu kolaborasi dalam kerja konservasi dilakukan YKAN bersama dengan pemerintah melalui Kementerian Kehutanan RI.
“Tantangan ke depan untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati sangat besar, beragam dan kompleks. Pemerintah tidak bisa mengatasi tantangan tersebut sendirian. Kami membutuhkan peran aktif dari swasta, akademisi dan masyarakat, termasuk peran lembaga swadaya masyarakat, seperti YKAN,” jelas Sekretaris Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan RI, Ammy Nurwati, di hadapan media di Jakarta (4/12).
Menurut Ammy, pelestarian keanekaragaman hayati menjadi perhatian utama pemerintah, tercermin dalam ratifikasi berbagai perjanjian internasional seperti Convention on Biodiversity (CBD), World Heritage Convention (WHC) dan lainnya. Namun, tantangan seperti pencemaran, perambahan, perburuan ilegal, serta aktivitas ilegal seperti penebangan, penangkapan ikan, dan penambangan menjadi ancaman serius. Ia juga menambahkan, keberadaan 6.000 desa di sekitar kawasan konservasi menjadi tantangan tersendiri, terutama terkait kesejahteraan masyarakat
“Sampah laut berdampak pada ekosistem pesisir, termasuk mangrove, lamun, dan terumbu karang. Kehilangan biodiversitas akibat perambahan, perburuan, dan aktivitas ilegal lainnya juga terus meningkat. Kita perlu melibatkan masyarakat untuk mengatasi hal ini. Jika masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi, mereka cenderung menjaga kawasan tersebut,” sebut Ammy.
Pemberdayaan masyarakat lokal dan adat dalam melestarikan alam dilakukan juga di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Sejak tahun 2019, YKAN mendukung Pemerintah Kabupaten Berau bersama Yayasan Darma Bhakti Berau Coal dan UGM dalam melaksanakan Program SIGAP SEJAHTERA. Program ini mengadopsi pendekatan SIGAP (Aksi Inspiratif Warga untuk Perubahan), yang dikembangkan oleh YKAN, untuk memberdayakan masyarakat dengan menggunakan potensi yang dimiliki desa.
Sebagai bagian dari Program SIGAP Sejahtera ini, setiap kampung di Berau, yang berjumlah 100 kampung di 12 kecamatan, diberi masing-masing satu pendamping, yang disebut ‘Pejuang SIGAP Sejahtera.’ Mereka didampingi untuk memperkuat tata kelola desa, melindungi dan mengelola hutan dan sumber daya alam secara lestari, memperoleh hak kelola, dan mengembangkan ekonomi ramah lingkungan. Salah satu dampak positif dari pelaksanaan SIGAP Sejahtera terlihat dari peningkatan jumlah Desa Mandiri berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM), dari yang sebelumnya dua desa di awal program menjadi 19 Desa Mandiri saat ini.
“Kabupaten Berau dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa. Kami berupaya menjadikan wilayah ini sebagai contoh praktik konservasi yang berkelanjutan. Dengan peran aktif masyarakat serta mitra seperti YKAN, kami yakin dapat mewujudkan visi pembangunan hijau yang bermanfaat bagi Berau dan upaya konservasi nasional,” ujar Bupati Berau, Sri Juniarsih pada kesempatan yang sama.
Selain SIGAP, Kabupaten Berau juga menjadi lokasi untuk pelaksanaan program tambak ramah lingkungan melalui pendekatan Shrimp Carbon Aquaculture (SECURE). Metode SECURE mencoba memperbaiki cara dan hasil budi daya udang tradisional sembari merestorasi mangrove yang rusak. Herdin, salah satu petambak dari Kampung Pegat Batumbuk mengatakan, selama ini para petambak di kampungnya masih memanfaatkan lahan mangrove untuk budidaya perikanan.
Menurut Herdin, semakin hari lahan mangrove yang dikonversi menjadi tambak semakin luas karena para petambak masih menggunakan cara-cara tradisional yang tidak ramah lingkungan.
“Kami diajak YKAN untuk menerapkan budidaya tambak ramah lingkungan, sembari merestorasi lahan mangrove. Kami menjadi sadar bahwa mangrove bukan hanya penting bagi satwa liar tetapi juga bagi masyarakat pesisir dan budidaya tambak kami. Bila mangrove di sekitar tambak rusak, maka hasil tambak akan terus menurun. Saat ini hasil panen memang belum sebanyak dulu tapi secara bertahap mulai meningkat. Selain itu, kami juga mendapatkan panen lain seperti kepiting dan bandeng,” sebutnya.
Atas pencapaian tersebut, Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto menyampaikan apresiasi kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dampingan, dan mitra lainnya. Menurutnya, pencapaian tersebut patut disyukuri sekaligus menjadi momentum untuk mempererat kolaborasi bersama dalam menghadapi tantangan ke depannya.
“Kami bersyukur dan mengapresiasi para mitra atas kerja sama erat yang telah membuahkan capaian bersama dalam menjalankan misi konservasi selama 10 tahun terakhir. Dukungan dan kerja sama tersebut memungkinkan kami untuk berinovasi dan membuat terobosan-terobosan baru yang solutif. Namun, tantangan ke depan semakin kompleks. Oleh sebab itu, kami mengajak semua pemangku kepentingan untuk bersama-sama lebih giat lagi mengatasi krisis ganda perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, Together, We Find a Way. Kolaborasi yang lebih solid dan luas di semua tingkat sangat dibutuhkan sehingga alam terjaga dan masyarakat sejahtera untuk Indonesia lestari,” ujar Herlina.
Album Life Music: Suara Alam Nusantara
Bertepatan dengan perayaan 10 tahun, YKAN juga meluncurkan hadiah untuk alam dan masyarakat berupa Album Life Music: Suara Alam Nusantara. Album ini berisi 10 suara alam yang dihasilkan oleh alam, sang musisi itu sendiri. Suara alunan alam ini, seperti suara nyanyian burung cendrawasih, alunan ombak, keriuhan satwa hutan di pagi hari, yang diambil dari berbagai wilayah tempat YKAN bekerja, seperti Raja Ampat (Papua Barat Daya), Wakatobi (Sulawesi Tenggara) dan Hutan Wehea (Kalimantan Timur).
Melalui karya-karya ini, YKAN berharap semakin banyak pihak yang tergerak untuk menjaga dan melestarikan alam dan mahluk hidup di dalamnya. Dengan mendengarkan album ini, siapa saja bisa ikut memberikan royalti pada alam, sang musisi yang karyanya sering kita nikmati. Life Music tersebut bisa dinikmati oleh masyarakat melalui platform Spotify album Suara Alam Nusantara.
Beragam bentuk kolaborasi bisa diwujudkan untuk menjalankan misi konservasi di Indonesia. “Setiap bentuk kolaborasi terus menginspirasi kami dalam menjalankan misi konservasi. Dengan semakin banyaknya pihak yang terlibat, visi Indonesia yang lestari bukan lagi sekadar impian, tetapi bisa menjadi kenyataan,” tutup Herlina.