tirto.id - Xiaomi berdasarkan riset International Data Corporation (IDC) untuk pangsa pasar smartphone Indonesia pada kuarter kedua (Q2) 2018, berada di posisi kedua dengan 25 persen. Samsung memimpin dengan 27 persen.
"Xiaomi sebagai 'kuda hitam' yang telah melewati berbagai tantangan pertumbuhan di masa lalu dan berhasil menduduki posisi kedua pengiriman smartphone terbesar di Indonesia," kata Market Analyst IDC Indonesia, Risky Febrian, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (7/9/2018).
Setelah Samsung dan Xiaomi, ada Oppo dengan 18 persen, kemudian Vivo dengan 9 persen, dan Advan menutup lima besar dengan 6 persen.
Pencapaian Xiaomi tersebut, menurut Febrian, dikarenakan strategi Xiaomi yang melakukan kegiatan pemasaran jauh lebih sederhana dari para kompetitornya, Oppo dan Vivo.
Xiaomi juga memberikan keuntungan yang lebih sedikit untuk mitra distribusi, dan memberikan perangkat dengan rasio price-to-spec yang lebih kompetitif, sehingga memberikan konsumen value-for-money yang lebih baik.
"Dengan menerapkan strategi ini, Xiaomi berhasil memperoleh market share dan mind share yang signifikan," kata Febrian.
Selain itu, kegiatan marketing Xiaomi lebih berfokus pada pemasaran yang bersifat internet-centric seperti mengadakan flash sale berkala melalui mitra e-commerce dan mobile gaming.
Xiaomi juga memberikan dukungan penuh terhadap komunitas yang pada akhirnya berperan untuk menyebarkan branding Xiaomi dari mulut ke mulut dan di media sosial.
IDC memperkirakan Xiaomi akan terus menerapkan strategi ini dalam usahanya untuk meraih posisi teratas di pasar smartphone Indonesia.
"Pada kuartal mendatang, pemain lain mau tidak mau harus mempertimbangkan strategi pricing-nya untuk dapat berkompetisi secara efektif, dan pemain lokal diperkirakan akan menerima dampak yang paling besar dari agresifnya strategi Xiaomi," ujar Febrian.
Kendati begitu, menurut Febrian, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi Xiaomi, seperti kendala pasokan dan produk ilegal untuk beberapa model smartphone populernya, di mana hal tersebut memiliki dampak negatif terhadap harga dan permintaan di pasar lokal.
Penulis: Ibnu Azis
Editor: Ibnu Azis