Menuju konten utama
GEOGRAFI

Wilayah Persebaran Fauna di Dunia dan Contohnya Menurut Wallace

Wilayah persebaran fauna di dunia menurut Alfred Russel Wallace terdiri atas 6 zona: Paleartic, Neartic, Neotropical, Afrotropical, Oriental, dan Australis.

Wilayah Persebaran Fauna di Dunia dan Contohnya Menurut Wallace
Alfred Russel Wallace. London Stereoscopic & Photographic Company/Wikipedia.

tirto.id - Bagaimana persebaran fauna di dunia menurut Wallace adalah salah satu pembahasan penting ketika membicarakan ilmu alam.

Pengaruh Alfred Russel Wallace sulit diabaikan dalam perkembangan ilmu alam. Naturalis sekaligus penjelajah itu memiliki sumbangan besar dalam studi keanekaragaman hayati dunia. Ilmuwan kelahiran Monmouthshire, Wales, Britania Raya, pada 8 Januari 1823 itu punya keahlian di bidang geografi, antropologi, hingga persebaran fauna.

Jasa-jasanya bagi dunia ilmu pengetahuan terus dikenang sampai lebih dari satu abad setelah ia tutup usia pada 7 November 1913 di Broadstone, Dorset, Inggris. Mengutip situs Britannica, pemikiran Wallace tentang teori evolusi melalui seleksi alam, yang mendahului buku Charles Darwin, dinilai sebagai salah satu warisan terbesarnya.

Dimensi perhatian Wallace pun tidak terbatas pada ilmu pengetahuan. Fokus Wallace yang melebar dari sosialisme hingga spiritualisme, biogeografi kepulauan sampai kehidupan di Planet Mars, evolusi hingga nasionalisasi tanah di Inggris, berakar pada kepeduliannya terhadap nilai-nilai moral, sosial, dan politik dalam kehidupan manusia.

Kisah perjalanan Wallace dan penelitiannya, yang tertuang di buku The Malay Archipelago, termasuk karya klasik di dunia sains. Buku ini juga membuat namanya populer di kalangan peneliti alam Indonesia dan memuat banyak sumbangan pula bagi bidang geografi, khususnya studi mengenai persebaran fauna.

Mengutip ulasan karya Charles H. Smith berjudul "Alfred Russel Wallace, Geographer" yang termuat dalam Jurnal Geography Compass (4/5, 2010:388-401), pada 1855, Wallace telah menerbitkan sebuah karya yang meletakkan fondasi bagi salah satu cabang ilmu geografi, yakni biogeografi.

Karya yang ditulis oleh Wallace ketika masih berada Serawak itu mengidentifikasi hubungan dasar antara distribusi spasial spesies yang hidup dan yang punah. Kajian itu mengarah ke hipotesis teori evolusi.

Wallace pun dianggap memberikan dua kontribusi penting lainnya bagi studi biogeografi. Salah satunya berkaitan dengan kegiatan Wallace menjelajahi Nusantara selama 8 tahun (1854-1862) yang bisa mengumpulkan sejumlah 125.660 spesimen serangga, burung, reptil, kerang, serta mamalia.

Pertama adalah analisis Wallace tentang pola persebaran kelompok fauna di bagian barat dan timur Nusantara. Di antara 2 bagian wilayah itu ada garis demarkasi yang disebut "Garis Wallace." Istilah yang terakhir merujuk pada sebuah garis imajiner yang memanjang dari utara Sulawesi hingga melewati Selat Lombok. Garis itu memisahkan keragaman hayati Paparan Sunda dan Paparan Sahul. Karena itu, wilayah Sulawesi dan kepulauan sekitarnya yang memiliki kekayaan hayati khas, disebut kawasan Wallacea.

Kedua, pada dekade yang sama dengan masa penjelajahan di Nusantara, Wallace menerbitkan karya pada 1859 yang menguatkan hipotesis ahli burung Inggris, Philip L. Sclater, tentang pembagian wilayah persebaran fauna di dunia menjadi 6 zona.

Setahun sebelum karya Wallace terbit, atau 1858, Sclater merilis makalah yang memuat hipotesis tentang 6 zona persebaran burung di bumi. Karya Wallace memberi data tambahan yang mendukung klasifikasi itu.

Teori Wallace tentang klasifikasi wilayah persebaran fauna di dunia menjadi 6 zona itu hingga kini masih dipakai untuk melengkapi deskripsi tentang keragaman hayati di bumi. Berikut penjabaran tentang enam zona persebaran fauna di dunia versi Wallace.

Wilayah Persebaran Fauna di Dunia dan Contoh Hewan di 6 Zona

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Wallace merumuskan klasifikasi wilayah persebaran fauna di dunia menjadi 6 zona Zoogeografi. Masing-masing dari zona tersebut, berdasarkan kajian Wallace, dihuni oleh fauna yang khas.

Penjelasan mengenai masing-masing zona persebaran fauna di dunia itu, seperti dikutip dari Modul Geografi XI KD 3.2 dan 4.2 (2020) terbitan Kemdikbud, adalah sebagai berikut.

1. Wilayah Paleartic

Wilayah Paleartic meliputi zona persebaran fauna di Siberia, Afrika Utara, dan beberapa kawasan di Asia Timur. Contoh hewan yang hidup di wilayah Paleartic adalah: harimau siberia, beruang kutub, beaver (biwara), rusa, dan lain sebagainya.

2. Wilayah Neartic

Wilayah Neartic meliputi meliputi zona persebaran fauna di sebagian besar kawasan Amerika Utara dan Greenland (kutub utara sampai wilayah iklim subtropis). Contoh hewan yang hidup dalam wilayah Neartic adalah: antelope (spesies ruminansia berkuku genap), rusa, beruang, dan lain sebagainya.

3. Wilayah Neotropical

Wilayah Neotropical meliputi meliputi zona persebaran fauna di Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Meksiko. Contoh hewan yang hidup di wilayah Neotropical adalah: primata, kelelawar, rodent, trenggiling, bison, kukang, dan lain sebagainya.

4. Wilayah Ethiopian/Afrotropical

Wilayah Ethiopian/Afrotropical meliputi meliputi zona persebaran fauna di kawasan Afrika dan Madagaskar. Contoh fauna yang hidup di Wilayah Afrotropical adalah: gajah afrika, gorila gunung, jerapah, zebra dan lain-lain.

5. Wilayah Oriental

Wilayah oriental meliputi meliputi zona persebaran fauna di kawasan India, Cina, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Contoh fauna yang hidup di zona oriental adalah: harimau sumatra, tapir malaysia, gajah india, kerbau air, badak, dan lain-lain.

6. Wilayah Australis

Wilayah Australia meliputi meliputi zona persebaran fauna di Australia, Selandia baru, Papua, Maluku, dan gugus kepulauan Oseania. Contoh fauna atau hewan yang berada di zona wilayah Australis adalah: kangguru, koala, buaya, platipus, wallaby, burung pengisap madu, kiwi, dan kasuari, dan lain sebagainya.

Mengutip modul Geografi: Uniknya Flora Fauna Indonesia (Kemdikbud 2018), berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi persebaran tersebut:

1. Iklim

Iklim yang berbeda di berbagai wilayah turut memengaruhi jenis tumbuhan dan hewan yang mampu hidup di masing-masing wilayah. Misalnya pohon kaktus lebih tepat hidup di daerah gurun yang bercurah hujan rendah, tapi pohon kayu keras lebih cocok menempati daerah tropis.

2. Tanah

Unsur-unsur kimia tanah diperlukan bagi pertumbuhan flora dunia. Kesuburan tanah berlainan di satu tempat dengan tempat lain. Inilah yang membuat jenis dan keanekaragaman flora berlainan di berbagai wilayah.

3. Suhu

Flora dan fauna akan beradaptasi dengan suhu lingkungan fisiknya. Kebanyakan tidak mampu hidup pada suhu ekstrim terlalu panas atau terlalu dingin. Keduanya akan mudah hidup dan menetap pada wilayah yang suhu udaranya masih bisa diadaptasi.

4. Kelembaban Udara dan Curah Hujan

Kelembaban udara berkaitan dengan banyaknya uap air dalam udara. Bagi tumbuhan, air turut membantu distribusi zat hara. Sementara untuk manusia dan hewan, air juga faktor penting dalam menunjang kehidupan.

5. Sinar Matahari

Tidak setiap wilayah akan diterangi sinar matahari setiap hari. Hal ini memengaruhi jenis tumbuhan dan hewan yang hidup di suatu wilayah. Pada wilayah tropis, tumbuhan berdaun hijau lebih mudah tumbuh karena diperlukan dalam proses fotosintesis.

6. Angin

Salah satu kegunaan angin yaitu pembentuk karbondioksida, lalu pemindah uap air dan kelembaban dari satu tempat ke tempat lain. Angin turut berperan pula sebagai penyebar biji-bijian yang akan tumbuh di wilayah lain.

7. Manusia, Hewan, dan Tumbuhan

Persebaran flora dan fauna juga dipengaruhi oleh keberadaan manusia. Misalnya, manusia berpengaruh pada kehidupan fauna suatu wilayah dengan konservasi, penangkaran, atau malah melakukan perburuan.

Sementara itu, manusia juga dapat memindahkan bibit tanaman dari satu wilayah ke wilayah lain yang mungkin bibit tersebut dapat beradaptasi dapat hidup di tempat baru.

Baca juga artikel terkait FAUNA atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani