tirto.id - Gelombang kedua virus corona COVID-19 di India masih terus terjadi. Dilansir dari laman The India Express, negara tersebut melaporkan 412 ribu kasus pada pada Kamis (6/5) dan 3.980 kematian dalam 24 jam terakhir.
India telah menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan lebih dari 4.000 infeksi dalam satu hari pada tanggal 30 April.
Baik Karnataka dan Kerala mencatat rekor baru masing-masing dengan lebih dari 50.000 kasus dan hampir 42.000 kasus. Maharashtra menemukan lebih dari 57.000 infeksi.
India menyumbang 46 persen dari kasus baru COVID-19 yang tercatat di seluruh dunia minggu lalu dan 25 persen kematian global yang dilaporkan dalam sepekan terakhir, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (5/5) kemarin.
Melansir Antara News, lonjakan virus corona di India, termasuk varian baru yang sangat menular yang pertama kali diidentifikasi di sana, telah menyebabkan rumah sakit kehabisan tempat tidur dan oksigen, serta kamar mayat dan krematorium meluap.
Banyak orang meninggal di ambulans dan tempat parkir mobil menunggu tempat tidur atau oksigen.
Negara ke-2 dengan Total Kasus Terbanyak
Menurut laporan data dari situs Worldometers, hingga Kamis, 6 Mei 2021, India adalah negara ke-2 dengan jumlah kasus terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, yaitu mencapai 21,077,410 dengan total 230,168 kematian.
Sementara itu, jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh ada sebanyak 17,280,844, dan jumlah kasus aktif saat ini tercatat 3,566,398, yang mana 8,944 dalam kondisi kritis.
Infeksi Harian Melonjak
Infeksi harian di negara itu naik 382.315 pada Rabu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan India, hari ke-14 berturut-turut dari lebih dari 300.000 kasus.
Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi telah banyak dikritik karena tidak bertindak cepat untuk menekan gelombang kedua virus.
Festival keagamaan dan demonstrasi politik telah menarik puluhan ribu orang dalam acara yang sangat mudah menyebar infeksi.
Dua kereta yang mengangkut oksigen cair mencapai Ibu Kota Delhi pada Rabu, kata Menteri Perkeretaapian Piyush Goyal di Twitter. Lebih dari 25 kereta sejauh ini telah mengirimkan oksigen ke berbagai bagian India.
Pemerintah India mengatakan ada cukup pasokan oksigen tetapi distribusi terhalang oleh masalah transportasi.
Lonjakan infeksi di India bertepatan dengan penurunan drastis dalam vaksinasi karena masalah pasokan dan pengiriman.
Sedikitnya tiga negara bagian termasuk Maharashtra, rumah bagi ibu kota komersial Mumbai telah melaporkan kelangkaan vaksin dan menutup beberapa pusat inokulasi.
Pakar medis mengatakan jumlah sebenarnya dari kematian dan terinfeksi di India bisa lima hingga 10 kali lipat dari penghitungan resmi.
Negara itu menambahkan 10 juta kasus hanya dalam empat bulan, setelah membutuhkan lebih dari 10 bulan untuk mencapai 10 juta kasus pertama.
Pakar kesehatan masyarakat percaya India tidak akan mencapai kekebalan kawanan dalam waktu dekat tetapi mengatakan rawat inap dan kematian akan berkurang secara signifikan dalam enam hingga sembilan bulan, menurut laporan di The Economic Times.
Kekebalan kelompok adalah ketika proporsi yang cukup tinggi dari populasi yang telah divaksin atau telah terinfeksi dan mengembangkan antibodi, sehingga satu orang yang terinfeksi secara teoritis hanya dapat menginfeksi kurang dari satu orang dapat menghentikan penyebaran virus.
Di seluruh dunia, sebanyak 5,7 juta kasus baru dilaporkan minggu lalu dan lebih dari 93.000 kematian, kata WHO dalam laporan epidemiologi mingguannya.
India melaporkan hampir 2,6 juta kasus baru, atau meningkat 20 persen pada minggu sebelumnya dan 23.231 kematian.
Angka-angka tersebut didasarkan pada penghitungan resmi, sehingga proporsi India bisa lebih besar jika, seperti yang diyakini banyak ahli, sejumlah besar kasus dan kematian tidak dicatat di sana karena sistem kesehatan yang kewalahan. India menyumbang hampir 18 persen dari populasi dunia.
Editor: Agung DH