tirto.id - Sejak Universiteit Indonesia (UI) dipimpin kalangan bumiputera (2 Februari 1950), tercatat ada 19 nama yang pernah menjadi rektor di kampus nomor satu Indonesia itu. Tiap rektor punya tantangan masing-masing, sesuai kondisi dan kebutuhan zaman.
Di awal berdirinya UI, tantangan yang dihadapi mungkin ‘sebatas’ membangun universitas unggul bagi sebuah bangsa yang baru diakui kedaulatannya. Sedangkan hari ini, tantangannya lebih kompleks. UI tidak hanya dituntut melahirkan kader terbaik buat negeri ini—hal yang sudah dilakukannya dari waktu ke waktu—tapi juga sanggup bersaing di tataran global, sekaligus menyesuaikan metode pendidikan dengan kondisi sekarang.
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristekdikti, Prof. Ismunandar menyebut lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi, perlu menekankan pentingnya aspek teknologi informasi dan komunikasi, hal yang amat berpengaruh pada sistem pendidikan sekaligus mekanisme ketenagakerjaan di seluruh dunia saat ini.
Menurutnya, salah satu kecenderungan pendidikan sekarang adalah menguatnya non-traditional students, yakni suatu kondisi di mana para pelajar mengakses pengetahuan dengan cara-cara yang tidak konvensional. “Misalnya transformasi ke sistem pembelajaran daring (online) dan distance learning programs,” katanya.
Saat ini, sambung Prof. Ismunandar, persentase populasi yang mengenyam pendidikan tinggi di Indonesia berkisar di angka 32%, sementara pengguna teknologi informasi dan komunikasi jumlahnya jauh lebih besar. Dalam konteks itulah terobosan semacam pembelajaran daring sudah seharunya menjadi jalan keluar.
“Dewasa ini, kecenderungan pembelajaran daring ini sudah harus diakomodasikan ke dalam pembelajaran di kelas-kelas. Pembelajaran daring ini bisa jauh lebih efisien dan efektif,” katanya.
Adapun kurikulum pendidikan di era Revoluasi 4.0, menurut Prof. Ismunandar haruslah menjawab beberapa tantangan, seperti literasi teknologi, general education, dan belajar sepanjang hayat.
Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis., M. Met, UI sudah mencoba menjawab tantangan itu, dan hasilnya menggembirakan. “UI kian melesat dan diakui di dunia pendidikan tinggi internasional serta telah meningkatkan produktivitas riset, inovasi, dan pengabdian masyarakat,” kata Guru Besar Teknik Metalurgi tersebut, saat membacakan Pidato Pertanggungjawaban Rektor UI 2014-2019, Selasa (19/11) lalu.
Sejumlah Capaian UI 2015-2019
Sebagai gambaran, dalam tiga tahun terakhir UI berhasil menempati posisi 300 besar universitas terbaik di dunia versi Quacquarelli Symonds (QS), sebuah pemeringkat perguruan tinggi yang diakui kalangan internasional.
Di samping itu, UI juga memperoleh peringkat 80 dunia dari pemeringkatan THE World University Impact Ranking tahun 2019/2020. Di masa kepemimpinan Anis juga UI menjadi perguruan tinggi pertama dan satu-satunya di Indonesia tahun 2017 yang mendapat asesmen AUN-QA.
AUN-QA, singkatan dari ASEAN University Network-Quality Assurance, merupakan penilaian yang dilakukan secara mandiri (self assessment) dengan melakukan penulisan SAR (Self-Assesment Report). AUN-QA mengacu ke standar akreditasi international. Adapun hasil yang didapat UI dari asesmen ini adalah 5 (Better than Adequate) untuk seluruh komponen penilaian.
Adapun mengenai penguatan jaringan—hal yang disebut Anis sebagai salah satu strategi mencapai visi dan misi—UI menjalin kerjasama dengan lebih dari 500 mitra dalam negeri dan lebih dari 200 mitra luar negeri, baik dengan institusi maupun industri.
"Tidak hanya bergerak masif di dunia internasional, UI juga berkomitmen penuh menyediakan akses pendidikan yang luas dan adil dengan membuka kesempatan seleksi melalui jalur undangan bagi siswa di daerah 3T (tertinggal, terluar, terdepan)," terang Anis.
Anis juga fokus mengembangkan program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sehingga kampusnya kian menjangkau masyarakat luas. Program berbasis internet ini dinilai semakin andal, mudah digunakan, dan mudah diakses oleh mereka yang ingin menikmati perkuliahan di UI walaupun berasal dari berbagai pelosok daerah di Indonesia.
“Saat ini ada 3.024 mata kuliah yang terdaftar di Scele, dan tercatat 3.011 peserta dari luar UI mengikuti kuliah daring,” sambung Anis.
Seiring berkembangnya zaman, UI melakukan pemutakhiran kurikulum dengan menambahkan 3 keterampilan literasi yaitu Data, Teknologi dan Humanities. Semua ini dilakukan agar kurikulum lebih akomodatif terhadap perubahan Revolusi Industri 4.0.
Dalam 3 tahun terakhir, perwakilan UI juga tercatat selalu meraih Juara Pertama dalam Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional.
Sivitas UI juga berhasil mengembangkan berbagai inovasi dalam lima tahun terakhir. Buah inovasi tersebut, misalnya alat pendeteksi virus demam berdarah, alat pendeteksi gempa bumi, dan Belimbing Island (produk kosmetik dari ekstrak buah belimbing), bahkan sudah berhasil dikomersialisasikan.
Sementara untuk pengabdian masyarakat, UI memprioritaskan pemberdayaan masyarakat dan kewirausahaan (aspek ekonomi kreatif dan potensi laut maritim), program optimalisasi gizi dan kesehatan masyarakat, program sosial inklusif, program aplikasi teknologi, serta program pemulihan kualitas lingkungan.
Dan sebagai kampus yang mengusung keberlangsungan hidup dan lingkungan yang hijau sert asri, UI juga telah menginisiasi sejumlah aktivitas ramah lingkungan seperti penghematan energi listrik dengan melakukan LED-nisasi dan pemasangan panel listrik tenaga surya di beberapa gedung di UI, gerakan pengurangan penggunaan kertas dan plastik, serta pengelolaan sampah secara terpadu.
Terakhir, Anis menuturkan hal yang bisa terus dikembangkan penerusnya antara lain pengelolaan universitas secara digital serta pengembangan riset dengan mengutamakan pendekatan interdisipliner, transdisipliner, dan multidisipliner sehingga dapat menyelesaikan masalah secara komprehensif.
Berdasar semua itulah Anis menegaskan, kepanjangan UI bukan sekadar Universitas Indonesia namun juga Untuk Indonesia. “Keberadaan UI harus berdampak dan berkontribusi seluas-luasnya terhadap kepentingan bangsa Indonesia,” tegas Anis.
Untuk 5 tahun ke depan, terhitung sejak hari ini, posisi Anis diteruskan Prof. Ari Kuncoro. Mari berharap mantan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI ini bisa membawa The Yellow Jacket ke arah yang lebih mencerahkan lagi.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis