Menuju konten utama

TBM Bale Baca Cijayanti Jalin Kolaborasi Gelar Festival Literasi

Festival Literasi 2025 di TBM Bale Baca Cijayanti, Kabupaten Bogor, menjadi wujud kolaborasi untuk menghadirkan ruang belajar yang hangat dan penuh warna.

TBM Bale Baca Cijayanti Jalin Kolaborasi Gelar Festival Literasi
Festival Literasi 2025 di halaman Taman Bacaan Masyarakat Bale Baca Cijayanti (TBM BBC) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Foto/Dok. TBM BBC.

tirto.id - Riuh tawa anak-anak menggema di halaman Taman Bacaan Masyarakat Bale Baca Cijayanti (TBM BBC) sejak pagi. Lebih dari 93 anak usia 3 hingga 10 tahun ikut dalam acara Puncak Festival Literasi 2025 yang berlangsung dari pukul 08.30 hingga 13.00 WIB, Minggu (9/11).

Festival ini merupakan program tahunan TBM Bale Baca Cijayanti. Kali ini festival itu hadir dengan tema “Merajut Karya, Melestarikan Budaya.” Tema tersebut lahir dari semangat menjadikan literasi sebagai jembatan antara kreativitas, nilai-nilai lokal, dan karakter bangsa.

Dalam era serba digital, festival ini mengajak anak-anak kembali mengenal permainan tradisional, kesenian rakyat, serta kolaborasi lintas komunitas sebagai cara sederhana untuk menjaga warisan budaya agar tetap hidup di tengah masyarakat. Kegiatan ini juga menjadi momentum berharga bagi anak-anak, relawan, dan para mitra untuk bersama-sama merayakan literasi dengan cara yang menyenangkan dan membumi.

Kolaborasi yang Menghidupkan Literasi

Acara dibuka dengan berbagai sambutan hangat dari perwakilan LPM Dompet Dhuafa dan ZI Point, dua lembaga sosial yang sejak awal turut membersamai TBM BBC dalam menggerakkan pendidikan berbasis komunitas.

Kehadiran perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perpustakaan Keliling Kabupaten Bogor, Bells Place Hotel, serta sponsor konsumsi Ferly Aninditya dari Aylo semakin menegaskan kuatnya jejaring kolaborasi dalam mendukung gerakan literasi di daerah.

Dalam kegiatan ini, perwakilan Perpustakaan Keliling menyampaikan apresiasinya. “Festival Literasi ini keren sekali karena mampu memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak. Literasi bukan hanya tentang membaca, tapi juga tentang mengenal sejarah, budaya, dan nilai kehidupan.”

Berbagai Penampilan yang Menghidupkan Imajinasi

Sorotan utama hari itu datang dari Kak Angga, founder Rumah Kotak Hitam, yang memerankan karakter Lily Jane, sosok imajinatif yang menjadi simbol ruang aman bagi anak-anak untuk bermimpi dan berkreasi.

Selain itu, Den Hasan dari TBM Rumah Ilalang Jepara menampilkan Wayang Kali, wayang unik yang karakter-karakternya terinspirasi dari ekosistem sungai. Ia menjelaskan,

“Wayang Kali ingin menumbuhkan ekologi kognitif anak-anak, agar mereka mencintai lingkungan sejak dini. Festival ini bukti bahwa TBM tak hanya membuka akses bacaan, tapi juga menjadi ruang kreasi dan karya.”

Tak kalah menarik, anak-anak binaan TBM Bale Baca Cijayanti menampilkan berbagai tarian daerah, dan juga lapangan dipenuhi dengan tawa dari permainan tradisional seperti bakiak, congklak, egrang batok, gasing bambu, karet, dan oray-orayan.

Ruang Berkarya dan Edukasi Inklusif

Untuk para tamu undangan, panitia menyediakan kelas rock painting atau melukis di atas batu, kegiatan ini dipandu langsung oleh Kak Angga. Ia menuturkan kisah inspiratifnya,

“Seni menjadi terapi bagiku. Melalui warna, aku menemukan semangat hidup baru. Itulah mengapa aku ingin seni menjadi ruang aman bagi anak-anak untuk berimajinasi”

Sementara itu, Bells Place Hotel Sentul yang hadir untuk pertama kalinya turut memberikan apresiasi.

“Acara ini luar biasa variatif dan sarat budaya. Kegiatan seperti melukis batu itu unik dan kreatif sekali,” ujar Tariyana, perwakilan Bells Place.

Selain kegiatan anak, Festival Literasi 2025 juga menandai pencapaian baru melalui program “Puan Berdaya”, inisiatif TBM Bale Baca Cijayanti yang berfokus pada peningkatan kapasitas ibu-ibu di desa Cijayanti. Dalam kegiatan ini, dilakukan pembagian modal usaha oleh IZI Point dan pameran hasil karya ibu-ibu seperti rajutan, sabun dari minyak jelantah, ecobrik, dan makanan rumahan.

Nadya, dari tim Puan Berdaya, menyampaikan, “Kami ingin agar pelatihan tak berhenti di teori saja, tapi sampai pada kemandirian ekonomi ibu-ibu agar mereka bisa menjual hasil karya mereka.”

Hal ini juga mendapat dukungan dari Gibran, perwakilan Turun Tangan Bogor, yang menilai bahwa inisiatif TBM BBC sudah melangkah ke arah pemberdayaan ekonomi lokal. “TBM Bale Baca Cijayanti sudah bergerak melampaui literasi baca tulis. Mereka membangun ekosistem sosial, menghubungkan anak, ibu, pemerintah, dan bisnis lokal. Ini gerakan kecil dengan dampak besar.”

Kisah Inspiratif dari Sponsor Lokal

Salah satu kisah menarik datang dari Ferly Aninditya, co-founder Aylo, brand kuliner lokal yang turut menjadi sponsor konsumsi acara.

“Saya tergerak karena salah satu staf saya ternyata volunteer di TBM BBC. Dari situ saya sadar, kalau mereka bisa berbuat untuk sosial, kenapa saya tidak? Jadi dukungan kecil ini adalah bentuk ikut berkontribusi.”

Ia menambahkan, “Festival Literasi ini bikin nostalgia. Permainan tradisional itu tak hanya melatih pikiran, tapi juga fisik. Saya bangga anak muda mau turun langsung dan peduli pada pendidikan anak-anak.”

Selain penampilan seni dan kegiatan anak, acara juga dimeriahkan oleh tarian anak-anak, pembagian beasiswa pendidikan untuk anak yatim binaan TBM BBC oleh Dompet Dhuafa, serta donasi buku dari STIE Kalpataru.

Menjelang siang, para relawan TBM BBC menutup acara dengan penampilan nyanyian oleh perwakilan relawan TBM Bale Baca Cijayanti Arga Gunawan yang mana menghadirkan suasana haru sekaligus bahagia penutup manis dari perjalanan panjang Festival Literasi 2025.

Kahfi, Ketua Pelaksana Festival Literasi 2025, juga menyampaikan rasa syukurnya. “Dari webinar, roadshow, hingga puncak acara ini, semuanya berjalan dengan lancar. Semoga festival ini meninggalkan kesan yang mendalam dan manfaat yang luas bagi anak-anak, mitra, dan semua pihak yang terlibat.”

Literasi yang Hidup dari Hati

Festival Literasi 2025 bukan sekadar acara, melainkan wujud nyata bagaimana gerakan literasi bisa hidup dari hati mengakar dari komunitas, tumbuh dengan kolaborasi, dan berbunga menjadi harapan baru bagi generasi masa depan.

TBM Bale Baca Cijayanti kembali membuktikan bahwa literasi bukan hanya tentang membaca buku, melainkan juga tentang memahami budaya, mencintai lingkungan, dan memberdayakan masyarakat.

Penulis: Tim Media Servis