tirto.id - Angin kencang disertai hujan sejak siang hari yang melanda Kabupaten Bogor pertengahan September tahun lalu, menjadi momen yang akan selalu terkenang bagi Andri (29). Pria yang bekerja sebagai penjaga toko kue dan oleh-oleh itu sudah merasa tak enak, sebab cuaca di hari itu kian tak bersahabat.
Betul saja, ketika sedang berjaga di balik meja kasir, tiba-tiba listrik padam sekitar pukul 15.00 WIB.
Merasa hari itu akan sepi pembeli, Andri memutuskan untuk menutup toko dengan niat balik ke rumah lebih dini. Pintu geser atau rolling door sudah ia rapatkan dari luar toko. Gemuruh petir dan hujan lebat masih menerpa jalan raya yang temaram karena awan gelap.
Ketika hendak menyalakan motornya yang terparkir di parkiran toko, Andri baru ingat, kunci motornya masih tergantung di dekat meja kasir. Ia mesti kembali membuka pintu geser yang menyatu rapat untuk kembali ke dalam toko. Dari sini, hal apes lainnya muncul. Kunci rolling door juga tertinggal di dalam toko.
Selama hampir setengah jam Andri berjibaku mengakali pintu geser yang terkunci, tetapi tak kunjung menemukan solusi. Ia menanyakan kepada kerabat kira-kira adakah kontak tukang kunci yang bisa dipanggil dalam situasi hujan deras itu. Namun, kerabatnya memiliki ide lain yang ditawarkan untuk Andri: panggil saja pemadam kebakaran.
“Awalnya saya ragu, lebih ke kayak ngerepotin banget, malu. Tapi kalo nggak begitu, ya nggak bisa pulang kan. Akhirnya nyampur ada penasaran ragu dan emang butuh aja, bener panggil pemadam kebakaran dah,” kata Andri sambil terkekeh mengingat momen tersebut ketika berbincang dengan Tirto, Rabu (25/6/2025).
Menurut pengakuan Andri, tak sampai delapan menit, petugas pemadam kebakaran atau Damkar Kabupaten Bogor, dari unit terdekat langsung berada di lokasi kejadian. Bahkan, petugas itu sempat meminta maaf terlebih dahulu kepada Andri, karena datang lebih dari lima menit. “Terkendala kondisi jalanan imbas hujan lebat,” katanya.

Usai menceritakan detail kejadian, dua orang petugas Damkar langsung mencoba membuka pintu geser yang terkunci tersebut. Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit sampai pintu itu berhasil dibuka dengan alat-alat yang dibawa petugas. Sesudah urusannya rampung, Andri yang merasa tak enak hati, hendak memberikan uang Rp50 ribu untuk petugas Damkar yang tadi menolongnya.
Namun, empat personel petugas Damkar itu menolak dengan halus. Mereka berkata sudah menjadi tugasnya membantu masyarakat. Ketika Andri bersikeras, petugas itu tetap menolak. Mereka tidak ingin masyarakat mempersepsikan layanan Damkar harus bayar untuk dilayani.
“Hari itu, Alhamdulillah saya terbantu sekali karena ada petugas (Damkar) datang. Tapi saya sih masih ngerasa nggak enak bikin mereka ujan-ujan cuma buka pintu kekunci. Hari itu juga saya ngerasa kayak ngeh, ‘oh bener ya Damkar kayak di medsos, gercep’,” ucap Andri.

Pengalaman ditolong oleh petugas Damkar juga dituturkan oleh Marissa (26), seorang ibu rumah tangga di Sawangan, Kota Depok. Sekitar pekan pertama bulan Februari tahun ini, ia mengalami kejadian unik ketika memasak di dapur rumahnya. Siang hari itu, seekor linsang (mamalia, mirip musang) tiba-tiba muncul dan terjebak di dapur Marissa. Hewan itu terlihat kesulitan menuju pintu keluar.
Marissa menduga linsang itu masuk lewat pintu dapurnya yang mengarah ke arah luar, untuk mencari makanan. Di belakang rumahnya itu memang dekat dengan kebun dan terdapat aliran parit yang cukup besar.
Tersebab panik, Marissa lari ke luar dapur sambil menutup pintu rapat-rapat kala melihat hewan itu. Linsang yang terjebak di dapur tak kalah panik. Terdengar barang-barang di dapur yang berjatuhan karena ditabrak oleh mamalia itu.
Kala itu, Marissa langsung menelepon Damkar Kota Depok untuk meminta bantuan.
“Waktu itu ngontak (Damkar) kayaknya jam 2-an siang. Pokoknya lima menitan dah sampe itu bapak-bapak pemadam,” cerita Marissa kepada wartawan Tirto, Rabu (25/6).
Tidak sampai 15 menit linsang berhasil ditaklukkan para petugas Damkar. Seorang petugas, cerita Marissa, memakai tongkat khusus dan sarung tangan tebal ketika menangkap linsang yang terjebak di dapurnya.
Seperti Andri di kejadian sebelumnya, Marissa juga menawarkan uang yang disebutnya sebagai, “pengganti bensin”. Namun, tiga orang petugas Damkar yang datang menolak pemberian tersebut.
“'Sudah prosedur kayaknya yah dari mereka, emang nggak nerima (uang imbalan). Ya, Alhamdulillah sih jadi dibantu gratis,” ucap Marissa.
Damkar Jadi Primadona Masyarakat
Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) kini memang tengah menjadi primadona masyarakat. Langkah yang cekatan tanpa birokrasi berbelit-belit, membuat masyarakat mengandalkan pelbagai persoalan di luar kejadian kebakaran, kepada satuan petugas Damkar. Tak heran, tren berbagi pengalaman “diselamatkan” atau dibantu oleh petugas Damkar banyak muncul setahun ke belakang.
Misal, baru-baru ini di Semarang, seorang pelajar meminta bantuan petugas Damkar untuk mengambilkan rapor di sekolahnya. Permintaan itu berawal dari pesan siswa ke Instagram petugas Damkar.
Usut punya usut, pelajar itu Ayahnya sudah meninggal, sementara ibunya dalam kondisi memiliki gangguan neurologis. Permohonan itu dikabulkan Damkar Kota Semarang, mengutip TribunNews, mereka bahkan turut mengambilkan rapor adik dari pelajar tersebut.
Cerita lainnya datang dari Bondowoso, Jawa Timur. Pada Mei lalu, tumpahan solar menodai jalan raya Bondowoso-Jember sepanjang dua kilometer. Akibatnya, puluhan kendaraan roda dua jatuh akibat terpeleset tumpahan solar tersebut. Dilaporkan GridOto, petugas Damkar Bondowoso kemudian bersedia menyabuni dan menyikat tumpahan solar tersebut agar tidak lagi memakan korban.
Kasus lain yang mengharukan malah terjadi baru-baru ini. Diwartakan, seorang ibu rumah tangga berusia 26 tahun berinisial D di Bekasi, mengurungkan niatnya mengakhiri hidup usai curhat kepada petugas Damkar. Mengutip Kompas.com, D curhat ke Damkar karena merasa frustasi imbas laporannya ke institusi penegak hukum soal kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak kunjung ditindaklanjuti. Petugas Damkar juga memberikan konseling kepada D yang mengalami luka dan trauma imbas mengalami KDRT.
Menurut peneliti psikologi sosial dari Universitas Indonesia (UI), Wawan Kurniawan, fenomena meningkatnya simpati masyarakat terhadap Damkar saat ini dapat dijelaskan dengan konsep representasi sosial dan prototipe institusi penyelamat. Dalam bayangan kolektif, Damkar dirasa hadir sebagai figur tanggap darurat yang konkret yang tidak banyak bicara, langsung bekerja, dan tidak menyalahkan rakyat miskin karena rumah mereka terbakar.
“Dalam dunia sosial yang kian terfragmentasi dan sinis terhadap birokrasi, Damkar tampil sebagai figuran negara yang masih ‘berjiwa manusia’,” kata Wawan kepada wartawan Tirto, Rabu (25/6) malam.
Meminjam istilah yang digunakan Erving Goffman, kata Wawan, Damkar memainkan, “peran panggung depan,” yang koheren dengan ekspektasi publik. Damkar menjadi bukan sekadar aparatur negara semata, tetapi aktor empatik di tengah-tengah krisis.
“Ketika lembaga-lembaga negara lain tampil sebagai ‘wajah hukum’, Damkar hadir sebagai ‘wajah kemanusiaan’,” sambung Wawan.
Di sisi lain, Wawan khawatir munculnya potensi role diffusion atau ambiguitas peran. Yakni di mana satu institusi dipaksa mengisi kekosongan fungsi dari institusi lain.
Dalam psikologi sosial, jelas dia, hal ini bisa dilihat sebagai bentuk kompensasi sosial akibat krisis kepercayaan. Artinya publik menyalurkan kebutuhan afiliasi dan rasa aman pada aktor yang tersedia, meskipun di luar peran fungsionalnya.
“Jika ini tidak diikuti oleh kejelasan mandat dan peningkatan kapasitas, maka Damkar justru berisiko menjadi korban idealisasi yang berlebihan: disanjung saat sukses, disalahkan saat gagal memenuhi ekspektasi yang seharusnya bukan tugasnya,” ungkap Wawan.

Sementara itu, Kepala Sektor Sudin Gulkarmat Pasar Minggu, Suhudi, dalam program Tirto bertajuk The Chapter, sempat menyampaikan bahwa tugas Damkar sudah diatur peraturan daerah. Untuk DKI Jakarta misalnya. diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran.
Di dalamnya ditetapkan tiga tugas utama Damkar: pencegahan kebakaran, penanggulangan kebakaran, dan penyelamatan. Menurut Suhudi, tugas yang terakhir itulah yang membuat Damkar wajib melayani keluhan-keluhan dari masyarakat di luar kebakaran.
“Penyelamatan ini yang luas, ini makanya tugas pemadam kebakaran banyak sekali. Karena bukan hanya kebakaran, tapi juga di kejadian lain seperti kecelakaan kendaraan, orang mau bunuh diri, terus ada binatang buas,” kata Suhidi kepada Tirto.
Dalam Laporan Nasional Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan 2023 dari Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri, fungsi penyelamatan Damkar cukup banyak diakses masyarakat. Penyelamatan hewan jadi yang paling dominan. Penanganan percobaan bunuh diri, seperti kasus di Bekasi juga terjadi beberapa kali berdasar data tahun 2023 itu.
Namun, Suhidi menegaskan bahwa Damkar tidak akan menolak laporan masyarakat dan akan berupaya maksimal membantu persoalan masyarakat. Suhidi turut menjamin bantuan dari Damkar gratis alias tidak dipungut biaya sepeserpun.
“Ketika kita melakukan pemadaman ataupun keselamatan itu bersifat gratis,” kata Suhidi.
Deputi Direktur The PRAKARSA, Victoria Fanggidae, menyatakan bahwa layanan-layanan yang diberikan Damkar, terutama di kota besar seperti Jakarta, mewakili dimensi-dimensi pelayanan publik yang baik, yang seringkali tidak ditemui pada instansi publik lain. Meliputi aksesibilitas, responsivitas, reliabilitas, kepastian, empati, transparansi dan akuntabilitas.
Menurut Victoria, sudah seharusnya layanan publik menjadi perpanjangan tangan negara untuk hadir menjadi solusi bagi masyarakat, ini harus disinkronkan juga dengan anggaran yang sepadan. Damkar merupakan contoh di mana pelayanan publik dilakukan melebihi tugas dan ekspektasi tanggung jawab ‘standar’ mereka.
“Itupun ada pemberitaan mengenai Damkar yang sarprasnya tidak diperbaharui dan menjadi berbahaya bagi petugas maupun korban. Layanan publik membutuhkan anggaran dan seharusnya menjadi prioritas pemerintah daerah manapun,” terang Victoria kepada wartawan Tirto, Rabu (25/6).
Laporan Nasional Pemadam Kebakaran Tahun 2023 juga menyoroti minimya sarana dan prasaran Pasukan Pemadan Kebakaran. Untuk mobil pemadam saja, selain jumlahnya juga masih kurang dari ideal, juga ada masalah persebaran. Pada banyak daerah, terutama di kawasan yang lebih terpencil, jumlah mobil pemadam kebakaran yang tersedia seringkali tidak memadai atau tidak berfungsi dengan optimal.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Alfons Yoshio Hartanto
Masuk tirto.id


































