tirto.id - Pengembangan masyarakat telah menjadi konsep yang umum dilakukan untuk memecahkan permasalahan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Hal tersebut khususnya berlaku pada masyarakat tradisional.
Dilansir dari UK Essays, pengembangan masyarakat memberikan kesempatan yang baik untuk mengeksplorasi masalah kemiskinan.
Upaya ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pemberdayaan komunitas yang bertujuan menumbuhkan kemandirian masyarakat untuk berani menghadapi setiap tantangan, dampak serta peluang yang muncul seiring berkembangnya zaman.
Dalam buku Community Empowerment: Teori dan Praktik Pemberdayaan Komunitas terbitan UB Press, Bolland dan McCallum (2002: 116-118) mendefinisikan komunitas sebagai individu, kelompok, atau komunitas yang terhubung satu sama lain, menyetujui tujuan dan sasaran bersama serta memiliki motivasi untuk bekerja sama mencapai tujuan tersebut.
Pemberdayaan komunitas tentunya memerlukan strategi dalam melangsungkan pelaksanaannya pada masyarakat yang jadi sasaran.
Penyusunan strategi pemberdayaan komunitas dianggap perlu melibatkan komunitas guna mengupayakan warga untuk memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan dasar, mendukung keterlibatkan warga kurang mampu, kaum perempuan serta kelompok lemah lainnya.
Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal dan nilai-nilai budaya setempat, memperhatikan dampak yang akan timbul terhadap lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, serta dilaksanakan secara berkelanjutan.
Dalam pemberdayaan komunitas pada masyarakat lokal, pemerintah serta pihak swasta berperan sebagai inisiator atau pemrakarsa pelaksanaan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah diharapkan dapat memberikan stimulus kepada masyarakat melalui program yang telah dirancang.
Sedangkan pihak swasta seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berperan memberikan sosialisasi, arahan atau bimbingan serta merealisasikan program-program pemberdayaan.
Strategi Pemberdayaan Komunitas untuk Pembangunan
Menurut Kaufman (1959), pembangunan harus melampaui program ekonomi yang direncanakan dan lebih mengutamakan perbaikan serta peningkatan identifikasi masyarakat dengan lokalitas agar mereka terlibat dalam proses pembangunan lokal.
Pendekatan pembangunan lokalitas ini menekankan pada keseluruhan kapasitas sistem lokal untuk membangun dan memelihara hubungan kerja sama antar-kelompok.
Caranya dengan menciptakan sistem penyelesaian masalah masyarakat swadaya dan merangsang minat partisipasi warga dalam urusan masyarakat.
Guna mencapai tujuan yang diinginkan melalui pelaksanaan pemberdayaan, diperlukan strategi yang tepat.
Berikut ini strategi yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pemberdayaan komunitas untuk pembangunan:
1. Mempertimbangkan potensi masyarakat
Fasilitator atau pihak pemberdaya komunitas sepatutnya menghargai segala potensi yang dimiliki oleh komunitas sasaran.
Dalam mempertimbangkan potensi masyarakat, perlu melokalisasi kearifan lokal masyarakat tersebut yang akan digunakan sebagai batu loncatan pemberdayaan.
Sehingga dengan begitu masyarakat akan lebih mudah menerima berbagai perubahaan dalam proses pemberdayaan.
2. Memberikan pendampingan secara berkelompok
Pelaksanaan pemberdayaan secara berkelompok dinilai akan lebih efektif dibandingkan jika harus dilakukan satu per satu. Hal ini berdasarkan pertimbangan efisiensi dan keterbatasan waktu serta biaya yang harus dikeluarkan.
3. Memberikan pelatihan khusus
Fasilitator perlu mengakomodasikan usulan anggota masyarakat jika ada yang meminta pelatihan tertentu di luar program pemberdayaan yang telah disusun.
Sebagai contoh, dalam kekriyaan pemuda karang taruna, dari pihak partisipan ada yang mengusulkan untuk diberi pelatihan pembuatan kerajinan tangan.
Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat mampu menganalisis hal-hal yang dibutuhkan.
4. Mengangkat kearifan lokal
Fasilitator perlu memanfaatkan kearifan-kearifan lokal dalam upaya pemberdayaan komunitas.
Contoh, mengajarkan masyarakat membuat dan mengelola tambak ikan bagi masyarakat suku laut di perairan Riau yang memiliki kearifan lokal berupa larangan mengambil hasil laut secara berlebihan.
5. Memberikan bantuan sarana
Sarana termasuk unsur yang paling penting dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan.
Walaupun tujuan dari program pemberdayaan yaitu agar masyarakat mampu mandiri, namun sebagai proses awal memperkuat kemampuan masyarakat, diperlukan pemberian bantuan berupa sarana dan prasarana.
Contoh, untuk mencapai kesuksesan dari program penghijauan diperlukan bantuan berupa alat-alat pertanian serta bantuan perizinan menggunakan bangunan dan fasilitas umum.
Dalam praktiknya, sederet strategi-strategi pemberdayaan komunitas tersebut dilaksanakan secara bertahap.
Tahapan pada pelaksanaan pemberdayaan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Guna mencapai kualitas perencanaan yang baik, diperlukan adanya keterlibatan komunitas sebagai pihak yang memahami prioritas kebutuhan masyarakat setempat.
Dalam perencanaan, pihak pemberdaya dapat menerapkan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) di mana merupakan metode penelitian atau kajian untuk menggali potensi dan permasalahan dalam masyarakat.
Masyarakat diberikan kesempatan ambil bagian dalam proses analisis kondisi, potensi, masalah, dan perencanaan.
Dengan tujuan agar masyarakat mampu dan terampil dalam menganalisis masalah, mencari solusi serta membuat rencana untuk dirinya dan komunitas (Sri Najiyati; 2005:81)
2. Pelaksanaan
Komunitas sebagai pihak yang turut merencanakan program pembangunan tentu memiliki pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan program tersebut.
Tahap pelaksanaan biasanya dilakukan dengan pendampingan serta diadakan kegiatan yang memfasilitasi program pemberdayaan.
3. Evaluasi
Peran komunitas dalam tahapan evaluasi antara lain untuk memberikan masukan, saran dan kritik terhadap program pembangunan yang telah dilaksanakan.
Apabila program pemberdayaan dinilai berhasil, maka tahap berikutnya adalah pengakhiran seluruh kegiatan termasuk pendampingan, yang kemudian tugas pendampingan ini akan diserahkan kepada komunitas tersebut.
Pemberdayaan Komunitas Berbasis Kearifan Lokal
Kearifan lokal sejatinya memiliki 6 dimensi yang meliputi pengetahuan lokal, nilai lokal, keterampilan lokal, sumber daya alam lokal, mekanisme pengembalian keputusan lokal, serta solidaritas kelompok lokal.
Pudarnya nilai-nilai kearifan lokal dalam sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan kondisi memprihatinkan yang perlu diperhatikan.
Pengaruh globalisasi menjadikan perbedaan nilai dan norma yang ada saat ini semakin besar dan tak jarang memang tampak bertentangan satu sama lain.
Dampak nyata dari adanya pengaruh globalisasi dalam kehidupan masyarakat yaitu menimbulkan sejumlah permasalahan sosial.
Maka dari itu, diperlukan adanya penanganan terhadap permasalahan tersebut melalui pemberdayaan komunitas dengan menjunjung nilai-nilai kearifan lokal yang berbeda-beda di setiap daerah.
Seperti yang tertulis dalam Modul Pembelajaran SMA Sosiologi Kelas XII, kearifan lokal dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung terwujudnya kemajuan tanpa harus menolak modernisasi ataupun globalisasi.
Dalam hal upaya pemberdayaan komunitas berdasarkan kearifan lokal, contohnya seperti:
1. Upaya mengatasi kenakalan remaja berdasarkan kearifan lokal
Secara umum, kenakalan remaja dapat diatasi melalui beberapa pendekatan, salah satunya tindakan preventif.
Tindakan ini bisa diterapkan dengan memaksimalkan peran pendidikan berdasarkan pendekatan kearifan lokal.
Pendidikan berfungsi sebagai wadah untuk mengembangkan potensi dan membentuk karakter sesuai dengan nilai dan norma bangsa Indonesia.
Di sisi lain, pendidikan tidak hanya diperoleh dari lembaga sekolah saja melainkan pendidikan yang lebih penting yaitu pendidikan sejak dini oleh anggota keluarga.
Keluarga memiliki peran penting dalam memperkenalkan setiap individu tentang nilai-nilai kearifan lokal sesuai kebudayaan setempat sejak usia dini.
Hal ini berfungsi untuk membentuk kepribadian dan identitas diri pada generasi muda.
2. Upaya mengatasi perubahan kehidupan sosial masyarakat berdasarkan kearifan lokal
Dampak yang ditimbulkan dari globalisasi yaitu adanya perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Masyarakat saat ini cenderung menjadi konsumtif dalam kehidupan sehari-hari, serta cara berpakaian yang tidak sesuai dengan nilai lokal.
Salah satu cara mengatasi permasalahan tersebut dengan memberdayakan komunitas yang berlandaskan kearifan lokal.
Dalam artian, menggunakan pendekatan kekeluargaan, musyawarah, serta nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat setempat.
Sebagai contoh, memberdayakan kelompok-kelompok kecil yang saling berinteraksi dan bersosialisasi. Antara lain seperti Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), PNMP Mandiri, Karang Taruna, dan lainnya.
3. Upaya mengatasi perubahan kondisi lingkungan berdasarkan kearifan lokal.
Selain berpengaruh pada kehidupan manusia, perubahan sosial juga berpengaruh pada kondisi lingkungan.
Pencemaran lingkungan dan eksploitasi alam menjadi secuil bukti nyata dari permasalahan lingkungan akibat perubahan yang terjadi pada pola kehidupan masyarakat.
Sumber daya alam Indonesia yang sangat melimpah telah membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan manusia akan terus tercukupi apabila lingkungan dapat dikelola dengan baik.
Bentuk kepedulian kelompok masyarakat terhadap lingkungan contohnya seperti masyarakat Bali yang masih mempertahankan sistem pertanian Subak dan masyarakat Tasikmalaya yang masih memberdayakan kampung Naga.
Penulis: Ruth Elisha Wijayanti P
Editor: Dhita Koesno