tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia pada 2023 optimis namun tetap waspada. Hal itu seiring pada tahun depan memiliki tantangan ekonomi yang berbeda dari tahun sebelumnya, terutama kendala dari sisi supply akibat dampak pandemi maupun karena terjadinya perang dan geopolitik.
Sementara dari sisi demandnya terus bertambah sehingga meyebabkan kompleksitas. Karena itu, APBN akan terus di desain untuk bisa menjawab perubahan dari resiko dan dinamika ekonomi, baik global yang kemudian meresap ke dalam negeri.
"Ekonomi 2023 kita optimis namun kewaspadaan sangat tinggi,” ungkap Menteri Keuangan pada pembukaan Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, dikutip Kamis (20/10/2022).
Sri Mulyani menjelaskan tingkat kewaspadaan tersebut ditunjukkan dengan postur APBN tahun 2023 yang mengusung kebijakan defisit kembali di bawah 3 persen sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2020. Kemudian dengan meningkatkan fundamental ekonomi dari sisi produktivitas, serta menjaga dari sisi belanja dan penerimaan negara yang harus disiplin dan efektif.
“Untuk belanja berdasarkan Kementerian/Lembaga maupun belanja ke daerah harus dilihat dan diperbaiki kualitasnya. Kita akan terus melakukan reformasi sisi pendapatan. DPR juga telah menyepakati dengan pemerintah revisi dari undang-undang perpajakan melalui UU HPP dan UU HKPD. Ini adalah salah satu milestone reform yang sangat baik.” ungkapnya.
Pada 2023, Bendahara Negara menjelaskan pemerintah akan meningkatkan produktivitas dari sisi belanja yaitu kualitas sumber daya manusia. Termasuk di sektor pendidikan, pemberian bantuan sosial, meningkatkan ketahanan pangan, serta meningkatkan kualitas dan fasilitas kesehatan.
"Sedangkan belanja kesehatan akan kita jaga pada level 5 persen dari belanja, fokusnya adalah untuk belanja-belanja kesehatan dari sisi pembangunan fasilitas kesehatan atau pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan perbaikan kualitas pelayanan kesehatan secara umum," terangnya.
Terakhir, dia juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus menjaga optimisme. Tetapi tetap waspada.
"Untuk itu APBN akan terus kita jaga untuk terus bisa menjaga dari sisi demand, supply, namun APBN sendiri juga harus makin kuat, makin sehat. Sementara kerjasama antara fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan terus diintensifkan karena tantangan memang bergeser kepada sektor keuangan tersebut,” tutupnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin