tirto.id - Melalui situs resmi SoundCloud, salah satu pendiri situs ini Alexander Ljung menepis rumor soal tutupnya situs mereka. Alex menyebut kabar penutupan SoundCloud hanyalah kebisingan belaka. “Tidak dalam 50 hari, tidak dalam 80 hari atau kapanpun di masa yang akan datang. Musik Anda aman,” tulis Alex menepis rumor tersebut.
Kabar tentang tutupnya SoundCloud muncul setelah perusahaan itu memutuskan untuk memberhentikan 173 karyawannya serta menutup kantor mereka di San Fransisco dan London pada 6 Juli lalu. Namun, Alex menyebut pemberhentian karyawan dan penutupan kantor ini adalah usaha untuk membuat perusahaan bisa tetap independen dan berjalan. Segala urusan perusahaan akan tetap berlangsung di Berlin dan New York.
SoundCloud sudah lama dirumorkan mengalami krisis finansial. Twitter dan Spotify dikabarkan sempat ditawarkan untuk masuk. Kedua perusahaan tersebut ditawari investasi ke dalam SoundCloud senilai 70 juta dolar pada Maret lalu. Sayangnya baik Twitter dan Spotify belum menunjukkan minat terhadap SoundCloud dan tidak melanjutkan pembahasan tersebut. Karena belum ada investor yang masuk SoundCloud terpaksa memberhentikan karyawan dan menutup dua kantor mereka untuk penghematan.
Saat ini, perusahaan yang didirikan oleh Alex Ljung dan Eric Wahlforss ini bernilai 193 juta dolar. Investor yang telah menanamkan saham di perusahaan ini seperti Universal, Sony dan Warner Music. Perusahaan yang memiliki label rekaman musik tersebut diajak berinvestasi ke SoundCloud sebagai strategi perusahaan mengatasi masalah lisensi streaming musik yang disediakan oleh platform mereka. Selain perusahaan rekaman musik, venture capital atau modal ventura seperti GGV, Index, IVP, KPCB dan Union Ventures juga ikut berinvestasi di SoundCloud.
Pada 2016 perusahaan memperkirakan bahwa tahun ini mereka akan mendapatkan keuntungan 2,5 kali lipat dari tahun sebelumnya. Saat itu, mereka mendapatkan tambahan dana sebesar 70 juta dolar dari Ares Capital, Kreos Capital dan Davidson Technology. Namun blog yang dipublikasikan oleh Alex Ljung menunjukkan bahwa perusahaan gagal mencapai target itu. Berdasarkan laporan pemasukan yang di Inggris, SoundCloud memperoleh penghasilan 21 juta pounds pada 2015 dan sementara pada 2016 mencapai 50 juta pounds.
Meski pendapatan SoundCloud meningkat dari tahun ke tahun, tetapi pada saat yang bersamaan SoundCloud terus merugi, pada 2015 kerugian SoundCloud mencapai 51 juta pounds. Hingga hari ini masih banyak yang mempertanyakan bagaimana SoundCloud mengkapitalisasi perusahaan mereka. Perusahaan ini telah banyak melakukan usaha untuk mendapatkan keuntungan. Seperti membuat akun berlangganan premium bagi pengguna konten mereka hingga iklan. Namun, sampai hari ini belum ada pemasukan yang bisa dianggap menjadi model bisnis sehat bagi SoundCloud.
Sebagai gambaran bahwa SoundCloud merupakan layanan streaming musik yang berorientasi pada konten musik original. Diharapkan musisi-musisi baru atau lama bisa menggunakan situs ini untuk berbagi musik dan mempromosikan materi album mereka. Pengguna SoundCloud banyak diisi oleh pemusik pemula yang merekam musik mereka secara amatir dan mendistribusikannya dengan harapan akan disukai. Sementara dua layanan streaming raksasa dunia saat ini seperti Pandora dan Spotify lebih memilih layanan streaming dari musisi mapan di mana jika kita hendak mengakses musik mereka, kita mesti membayar untuk berlangganan.
Alex Ljung menyebut bahwa situs mereka akan tetap mendukung dan menjadi ekosistem yang sehat bagi para seniman, podcaster (penyiar), DJ, produser musik dan mereka yang ingin membuat komunitas musik independen melalui karya mereka. “Hal ini tidak akan berubah. Akhir minggu lalu kami harus membuat keputusan sulit dengan merelakan beberapa karyawan kami pergi, tapi kami melakukan ini untuk tetap membuat SoundCloud kuat dan perusahaan yang independen,” katanya.
Bagaimana musisi atau produser rekaman menanggapi kabar ini? Andri Rahardi dari Anoa Records, label musik independen Indonesia, menyebut bahwa keberadaan SoundCloud penting sebagai sarana promosi. Ia membandingkan bagaimana Bandcamp atau Spotify masih memiliki beberapa persyaratan yang lebih rumit untuk digunakan. “SoundCloud itu sifatnya lebih enteng daripada platform audio yang lain. Lebih sederhana sih sebenarnya. Tinggal register account baru, upload file audio/rekam, lalu publish,” katanya.
Bagi label rekaman yang baru merintis, SoundCloud sangat murah, karena jika ada materi lagu baru yang perlu diunggah bisa segera dilakukan, dengan bantuan media sosial SoundCloud bisa terintegrasi di Twitter. Para pendengar tak perlu membuat situs baru dan bisa langsung mendengarnya. Andri menyebut pernah karena keterbatasan alat, ia mesti mengunggah materi promo lagu band dari Anoa Records dari ponsel. Kemudahan ini yang tak dimiliki platform audio streaming lain. “Terus salah satu faktor yang penting juga, dari sisi mobile apps-nya. Tampilannya sederhana dan sangat memudahkan,” jelas Andri.
Yudhis Tira salah satu personil band Vague dari Indonesia, menyebut bahwa SoundCloud merupakan platform musik paling tidak komersil jika dibandingkan dengan Spotify atau BandCamp. Di platform ini kita bisa bebas mengunggah karya tanpa batasan kriteria. Misalnya kamu bisa mengunggah demo musik yang masih kasar, hasil iseng musik di kamar, di mana setelah diunggah bisa dibagikan ke siapapun. Selain itu dengan kategorisasi yang tepat, musik kita bisa dinikmati siapapun di dunia.
Perkenalan Yudhis dengan SoundCloud terjadi pada 2011 saat Vague pertama kali rilis EP dari net label YesNoWave. Kemudian setelah itu ia sempat kebingungan, jika nanti akan merilis album atau lagu baru akan mengunggah di mana. Sementara layanan musik yang ia ketahui masih terbatas MySpace yang telah lama tutup. Ia memanfaatkan SoundCloud sebaik baiknya seperti mempromosikan lagu baru dengan fragmen-fragmen materi lagu baru. Misalnya juga saat ia merilis lagu baru yang tidak ada di album dengan mudah.
“Buat gua SoundCloud yang paling membantu musisi yang kamar atau musisi pemula atau levelnya yang belum bisa jualan banget. BandCamp sebenarnya sama juga tapi dia punya opsi menjual musik kita,” jelas Yudhis.
Hal serupa juga disampaikan oleh Haikal Azizi, vokalis dari band Sigmun dan projek solo Bin Idris. Menurutnya yang membedakan antara SoundCloud dengan platform lainnya seperti Bandcamp atau Spotify adalah SoundCloud itu rasanya jauh lebih santai, hampir terasa seperti sosial media kebanyakan. Sedangkan platform lain lebih serius, Spotify misalnya akan sangat susah untuk mengunggah lagu kapanpun yang kita mau.
“Kesantaiannya itu buat gua jadi sesuatu yang liberating sih,” katanya.
Elemen kebebasan dan nyaris tanpa aturan baku yang dianut SoundCloud membuat banyak musisi mendapatkan akses kesenian yang mereka mau. Misalnya anda bisa saja merekam musik di kamar mandi lantas mengunggahnya saat itu juga. Sementara untuk situs Bandcamp atau Spotify materi lagu harus dipersiapkan serius baik kemasan digital atau mastering musiknya. Terbukti banyak sekali musisi-musisi hebat yang dikenal sebagai artis SoundCloud, mereka yang tak punya nama di kancah musik, tetapi memiliki materi musik yang bagus.
“Maksudnya kaya lebih gampang buat bikin karya baru, misalnya mau rilis album fisik kan pasti pertimbangannya lebih banyak "ini lagunya oke ga sih? Nanti gimana ya?", sedangkan kalau di SoundCloud rasanya lebih memungkinkan untuk gegabah aja,” kata Haikal.
Pada lebaran tahun ini Haikal merilis album solo dari proyek pribadinya Bin Idris sepenuhnya di SoundCloud. Menurutnya SoundCloud adalah platform yang mengizinkan musisi untuk membuat "iseng iseng bikin musik ah taro sonklod", spontanitas dan kreativitas yang seru ini membuat banyak musisi merasa nyaman. Selain itu, SoundCloud bisa berfungsi sebagai portofolio, Haikal sendiri telah memulai karier solo sejak 2012, akan tetapi baru memiliki album fisik pada 2015. SoundCloud membantunya tetap bisa berkarya dan diapresiasi meski tanpa adanya rilisan fisik.
Ada banyak musisi terkenal hari ini memulai karier mereka dari SoundCloud. Post Malone misalnya, pertama kali mengunggah lagunya White Iverson di situs ini pada Februari 2015, setelah diputar jutaan kali, Post Malone mendapatkan tawaran rekaman dari Republic Records. Don Monique, rapper dari Brooklyn, kerap memanfaatkan SoundCloud untuk layanan live streaming dari konsernya dan kerap merilis lagu di platform ini untuk dibagikan di media sosial.
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti