tirto.id - Emisi gas rumah kaca menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim yang mengancam kehidupan di bumi. Dampak buruknya dirasakan mulai dari naiknya suhu global hingga bencana lingkungan yang semakin sering terjadi.
Sebagai cara mengatasi efek rumah kaca ini, diperlukan langkah-langkah konkret yang dapat diambil oleh individu, komunitas, dan pemerintah.
Berbagai sektor, seperti transportasi, industri, dan pertanian, berkontribusi besar terhadap emisi ini. Banyak negara pun sudah mulai mengambil langkah untuk mengurangi emisi ini. Namun, upaya tersebut membutuhkan kolaborasi lebih luas, baik dari pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat.
Artikel ini akan membahas 7 solusi efektif mengurangi emisi gas rumah kaca yang dapat diterapkan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan masa depan bumi. Dengan beberapa solusi untuk mengurangi efek rumah kaca, kita semua setidaknya dapat berkontribusi dalam menjaga keberlangsungan planet kita.
Dampak dari Efek Rumah Kaca
Pemanasan global menjadi tantangan serius yang dihadapi dunia saat ini. Salah satu penyebab utamanya adalah emisi gas rumah kaca yang terus meningkat. Dampaknya terasa nyata, mulai dari suhu bumi yang semakin panas hingga bencana alam yang lebih sering terjadi.
Dilansir dari NASA Science, efek rumah kaca adalah proses di mana panas terperangkap di dekat permukaan Bumi oleh gas-gas tertentu yang dikenal sebagai gas rumah kaca. Gas-gas ini, seperti karbon dioksida, metana, ozon, nitrogen oksida, klorofluorokarbon, dan uap air, berperan layaknya selimut yang menjaga suhu Bumi tetap hangat.
Gas rumah kaca alami penting untuk mempertahankan suhu rata-rata Bumi sekitar 15°C (59°F), yang memungkinkan kehidupan berkembang dengan baik. Namun, dalam satu abad terakhir, aktivitas manusia telah meningkatkan jumlah gas rumah kaca di atmosfer.
Pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak, melepaskan karbon dioksida dalam jumlah besar, sehingga mengganggu keseimbangan alami. Akibatnya, panas tambahan terperangkap di dekat permukaan Bumi, yang menyebabkan suhu global meningkat.
Suhu yang meningkat menyebabkan pencairan es di daerah kutub sehingga mengakibatkan kenaikan permukaan laut yang mengancam wilayah pesisir.
Dampak efek rumah kaca juga mengakibatkan terjadinya gangguan ekosistem. Perubahan iklim dapat menyebabkan kepunahan spesies tertentu, migrasi hewan yang tidak biasa, hingga kerusakan habitat alami.
Cara Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Peningkatan emisi gas rumah kaca tidak lagi bisa dianggap remeh. Dampaknya sudah nyata, mulai dari kenaikan suhu global hingga bencana alam yang semakin sering terjadi.
Situasi tersebut membutuhkan solusi konkret untuk mengurangi emisi secara signifikan. Lantas, bagaimana cara mengatasi efek rumah kaca? Berbagai langkah dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Solusi efek rumah kaca dapat melalui efisiensi energi, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, serta mengelola sampah. Selaras dengan hal tersebut, berikut ini beberapa solusi untuk mengurangi efek rumah kaca yang dirangkum dari situs Government of the Netherlands dan UCAR Center for Science Education.
1. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi
Transportasi menjadi salah satu sektor yang menyumbang emisi gas rumah kaca terbanyak. Terkait hal ini, cara mengurangi gas rumah kaca yang bisa dilakukan adalah beralih ke transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki dapat menjadi cara mengurangi emisi dari kendaraan berbahan bakar fosil. Di sisi lain, menggunakan transportasi umum juga membantu mengurangi kemacetan.2. Efisiensi energi
Beralih ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Menggunakan peralatan listrik yang efisien, seperti lampu LED dan mematikan peralatan rumah tangga yang tidak digunakan juga dapat mengurangi konsumsi energi dan emisi yang dihasilkan.3. Mengurangi limbah makanan
Mengurangi limbah makanan juga memberikan dampak besar dalam menekan emisi. Sampah makanan yang tidak terpakai sering kali menghasilkan gas rumah kaca saat terurai. Dengan meminimalkan limbah makanan, kita dapat menghemat hingga 90 gigaton karbon dioksida dalam 30 tahun ke depan.4. Mengurangi emisi di sektor industri
Sektor industri adalah salah satu penyumbang utama emisi gas rumah kaca, dengan proses produksi, penambangan bahan baku, dan pengelolaan limbah yang memerlukan energi dalam jumlah besar.Untuk mengurangi emisi dari sektor industri, beberapa langkah dapat diambil. Pertama, menggunakan bahan-bahan yang tidak berasal dari bahan bakar fosil dan yang tidak menghasilkan gas rumah kaca sangat penting.
Selain itu, perusahaan dapat beralih ke penggunaan energi terbarukan, seperti tenaga surya atau angin, untuk menjalankan proses produksi mereka. Menggunakan energi bersih untuk menggerakkan pabrik dapat secara signifikan mengurangi jejak karbon.
5. Menanam pohon
Selain mengurangi emisi karbon dioksida, kita juga bisa berfokus pada cara-cara untuk menarik karbon dioksida yang sudah ada di udara. Proses ini dilakukan di tempat-tempat yang dikenal sebagai penyerap karbon, yang menyerap dan menyimpan karbon dioksida dari atmosfer.Salah satu cara paling alami untuk meningkatkan penyerap karbon adalah dengan menanam pohon, bambu, dan berbagai jenis tanaman lainnya.
6. Melestarikan ekosistem alami
Sama seperti menanam pohon, melestarikan ekosistem alami adalah salah satu cara efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Hutan, padang rumput, lahan gambut, dan lahan basah berperan sebagai penyerap karbon alami, menyerap dan menyimpan karbon dioksida dalam tanaman dan tanah.Dengan menjaga kelestarian ekosistem ini, kita membantu meningkatkan kapasitas alam untuk menyimpan karbon. Hal ini pada akhirnya dapat mengurangi jumlah gas rumah kaca di atmosfer.
7. Mengelola sampah
Menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu mengurangi jumlah sampah dan emisi dari proses pembakaran sampah.Menggunakan tas belanja yang dapat dipakai ulang dan menghindari produk plastik sekali pakai juga membantu mengurangi limbah plastik yang berkontribusi pada emisi gas rumah kaca.
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Yulaika Ramadhani