tirto.id - Dalam laporan South China Morning Post(SCMP) edisi 16 Juni 2019, dua orang putri Soeharto—Siti Hardiyanti Rukmana alias Tutut dan Siti Hediati Haryadi atau Titiek—berbicara soal demokrasi kiwari dan membandingkannya dengan sistem demokrasi era Orde Baru yang dipimpin ayah mereka.
SCMP mengutip akun twitter Tutut, @TututSoeharto49, yang materi cuitannya sebetulnya diambil dari laman pribadinya. Anak pertama Soeharto itu menceritakan nasihat sang bapak ihwal demokrasi.
“Yang dinamakan demokrasi itu, bukan sekadar kebebasan mengeluarkan pendapat, dan bukan sekadar kebebasan berbuat. Demokrasi yang sehat memerlukan sikap mental yang dewasa dan rasa tanggung jawab yang besar di dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, tanpa campur tangan asing,” tulis Tutut mengutip ayahnya.
Soeharto menjabarkan campur tangan asing berupa Demokrasi Liberal tidak boleh menggantikan Demokrasi Pancasila, yakni demokrasi yang menurutnya, "menghargai pendapat orang lain".
Dengan sabar tapi tegas, bapak menjelaskan pada saya : “Yang dinamakan Demokrasi itu, bukan hanya sekedar kebebasan mengeluarkan pendapat, dan bukan pula sekedar kebebasan berbuat, DEMOKRASI YANG SEHAT MEMERLUKAN SIKAP MENTAL YANG DEWASA DAN RASA TANGGUNG JAWAB YANG BESAR, ... pic.twitter.com/yAb8tlL1D1
— Tutut Soeharto (@TututSoeharto49) June 8, 2019