Menuju konten utama

Sinopsis Film Yuni, Wakil Indonesia di Ajang Oscar 2022

Film Yuni yang masuk nominasi Oscar 2022 mengisahkan pengalaman perempuan dalam menentukan pilihan hidup.

Sinopsis Film Yuni, Wakil Indonesia di Ajang Oscar 2022
Poster Film Yuni. (FOTO/dok. fourcolorfilms)

tirto.id - Film Yuni karya Kamila Andini berhasil terpilih untuk mewakili Indonesia di ajang Academy Award ke-94 atau Oscar 2022. Film yang diproduseri Ifa Isfansyah ini akan bersaing dalam seleksi kategori The International Feature Film Award.

Tak hanya itu, pada September 2021 lalu film yang mengangkat pengalaman perempuan tersebut juga memenangkan Platform Prize, penghargaan film tahunan yang dipersembahkan Festival Film Internasional Toronto untuk film-film bernilai artistik tinggi yang juga menunjukkan visi penyutradaraan kuat.

Di tanah air, film Yuni memenangkan penghargaan Piala Citra untuk Pemeran Utama Perempuan Terbaik persembahan Festival Film Indonesia 2021.

Film ini juga telah tayang terbatas di beberapa ajang festival film seperti Festival Film Internasional Toronto dan Festival Film Internasional Busan 2021. Yuni akan tayang perdana di bioskop Indonesia pada 9 Desember 2021 kelak.

Selain melibatkan Arawinda Kirana sebagai pemeran karakter Yuni, film yang telah disiapkan sejak 2017 ini juga dibintangi oleh Kevin Ardilova sebagai Yoga, teman masa kecil Yuni, dan Dimas Aditya sebagai Pak Damar--guru sastra di sekolah Yuni.

Pemeran lain yang turut terlibat adalah Marissa Anita, Asmara Abigail, Muhammad Khan, Nazla Thoyib, Neneng Risma, Vania Aurell, Boah Sartika, Anne Yasmine, Toto ST. Radik, Mian Tiara, Ayu Laksmi, dan Sekar Sari.

Film ini bertutur tentang pilihan hidup dalam diri seorang Yuni sebagai perempuan. Yuni adalah perempuan cerdas dengan hasrat yang tinggi untuk bermimpi besar. Tidak puas mengenyam pendidikan hingga bangku SMA, ia berkeinginan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Di luar kehendak, lamaran lelaki tak dikenal tetiba datang menghadang Yuni--meminta Yuni untuk melepas impiannya. Meski begitu, besarnya mimpi gadis remaja ini memberi keberanian pada diri sendiri untuk menolak. Ia tak mengurungkan niatnya bahkan ketika datang lamaran yang kedua.

Namun, tindakan Yuni lantas memicu perbincangan dari orang-orang sekitar. Bahwasanya, perempuan yang menolak tiga lamaran tidak akan pernah menikah sepanjang hidupnya. Mitos ini terus ditiupkan ke telinga Yuni, sehingga ia menerima berbagai tekanan.

Apa yang dikhawatirkan, itulah yang terjadi. Kiranya kalimat itu menggambarkan keadaan Yuni kemudian. Yuni berhadapan dengan lamaran ketiga. Tiba waktunya di mana Yuni harus memilih: takluk kepada mitos atau terus mengejar mimpi.

Kisah tersebut terinspirasi dari pengalaman personal Andini dan Ifa Isfansyah yang merupakan pasangan suami-istri. Hal ini dijelaskan Ifa di media sosialnya. Film Yuni diinisiasi ketika ia dan Andini mendapati asisten rumah tangganya yang belum terlampau tua, mengundurkan diri.

Asisten rumah tangga ini pamit untuk mendampingi anaknya yang akan melahirkan pada usia belasan tahun. Kejadian tersebut mengilhami keduanya untuk menggaungkan pengalaman perempuan melalui layar lebar.

Film ini berupaya membangun kepekaan khalayak terhadap isu-isu perempuan. Sebagaimana penuturan Andini di Festival Film Internasional Toronto 2021, ia melihat kemenangan karyanya atas Platform Prize sebagai harapan bagi perempuan yang suaranya selama ini tidak terdengar--yang masih terus berjuang untuk menemukan kebebasannya. Baik bagi perempuan-perempuan di Indonesia, maupun perempuan-perempuan di seluruh dunia.

Baca juga artikel terkait FILM YUNI atau tulisan lainnya dari Syaima Sabine Fasawwa

tirto.id - Film
Kontributor: Syaima Sabine Fasawwa
Penulis: Syaima Sabine Fasawwa
Editor: Yantina Debora