Menuju konten utama

Singapura Pertama Kali Tahan Perempuan Diduga Terlibat ISIS

Penahanan pertama wanita Singapura yang dicurigai terkait aliran keras itu muncul saat kekhawatiran penyebaran pengaruh ISIS berkembang di kawasan tersebut.

Singapura Pertama Kali Tahan Perempuan Diduga Terlibat ISIS
Ilustrasi. Muslim Sunni yang meninggalkan wilayah kekuasaan Negara Islam Hawija, tiba di pinggiran Kirkuk, Irak, Minggu (21/8). ANTARA FOTO/REUTERS/Ako Rasheed.

tirto.id - Seorang wanita pengasuh anak-anak ditahan pemerintah Singapura pada Senin (12/6/2017) waktu setempat karena dicurigai mencoba bergabung dengan IS dan mencari suami dari kalangan petempur di Suriah. Singapura untuk pertama kalinya menahan perempuan di bawah undang-undang keras keamanan, yang memungkinkan penahanan tanpa pengadilan.

Penahanan pertama wanita Singapura yang dicurigai terkait aliran keras itu muncul saat kekhawatiran berkembangnya penyebaran pengaruh ISIS di kawasan tersebut. Singapura dan negara tetangganya baru-baru ini memulai kerjasama intelijen untuk membendung gerakan garis keras melintasi perbatasan mereka.

Sebagai informasi, Singapura pada tahun lalu menegaskan membidik kelompok garis keras dan mendesak masyarakat waspada.

Tersangka bernama Syaikhah Izzah Zahrah Al Ansari (22) ditahan pada bulan ini karena berniat pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS bersama anaknya, kata kementerian dalam negeri dalam pernyataan, seperti dilansir Antara pada Selasa (13/6/2017), .

"Dia mendukung penggunaan kekerasan oleh ISIS untuk membentuk dan membela diri dengan menyatakan 'khalifah', dan bercita-cita untuk tinggal di disana," kata kementerian tersebut, mengacu pada ISIS.

Dalam pernyataan itu juga disebutkan, Izzah, pekerja kontrak di sebuah pusat perawatan bayi, mulai terlibat radikalisasi pada awal 2013 melalui propaganda berjaringan dengan penghubung dari IS dan dia berbagi bahan pro-IS di media sosial.

Dia juga mencari seorang suami petempur di Suriah, kata kementerian tersebut. Pernyataan itu menambahkan bahwa keluarganya telah mencoba untuk membujuknya mengurungkan niat dari rencananya tapi ia tidak menyerah, dan bahkan telah menentang mereka.

"Dia mengatakan bahwa sejak 2015, dia mencari seorang Salafi atau seorang pendukung ISIS untuk menikah dan tinggal bersama dia dan anaknya di Suriah," kata kementerian tersebut.

Pernyataan kementerian itu juga menambahkan: "Dia mengatakan bahwa akan mendukung suaminya jika ia memperjuangkan ISIS di Suriah karena dia percaya akan menuai pahala jika sang suami meninggal dalam pertempuran. Dengan statusnya sebagai seorang janda martir, dia merasa dapat dengan mudah menikahi seorang petempur ISIS lainnya di Suriah."

Kedua orang tuanya merupakan guru mengaji, dan saudara perempuannya mulai mengetahui pemikiran radikalnya pada 2015.

Setelah dia diselidiki, bukti penting dihancurkan oleh anggota keluarga yang berkaitan dengan rencananya untuk bergabung dengan kelompok ISIS, untuk mencoba menutupi tindakannya itu, ungkap kementerian lagi.

"Mereka mencoba sendiri untuk mencegahnya namun gagal," kata kementerian tersebut, pihak berwenang mempertimbangkan apakah akan mengambil tindakan terhadap anggota keluarganya, yang menghancurkan barang bukti.

"Pemerintah bersungguh-sungguh dalam hal penyembunyian keterangan berkaitan dengan keamanan negara dan masyarakat Singapura," katanya dalam pernyataan kepada Reuters.

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Hukum
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari