tirto.id - Seluruh negara di dunia tengah dihadapkan dengan potensi resesi global yang diperkirakan terjadi pada 2023. Sama halnya dengan negara lain, Indonesia mempersiapkan diri dengan memperkuat ekonomi internal.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi, resesi global disebabkan adanya kenaikan suku bunga acuan secara agresif oleh bank sentral di berbagai negara guna meredam laju inflasi.
"Kenaikan suku bunga cukup ekstrem bersama-sama, maka dunia pasti resesi pada 2023," ungkap Ani, sapaan akrabnya, dalam konferensi pers, Senin (26/9/2022).
Resesi, secara sederhana diartikan sebagai suatu keadaan dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang kurang baik, produk domestik bruto yang negatif, dan peningkatan jumlah pengangguran.
Kondisi tersebut akan menimbulkan pelemahan kemampuan daya beli masyarakat akibat ketimpangan antara penghasilan yang menurun dan pengeluaran yang tinggi.
Keadaan ekonomi yang tidak stabil dalam kurun waktu yang lama juga akan memberi dampak pada kenaikan harga kebutuhan bahan pokok dan naiknya angka kemiskinan. Karena itu, masyarakat perlu memahami pengelolaan keuangan secara optimal untuk dapat meminimalisir dampak dari kemungkinan resesi ekonomi.
Marketplace asuransi Lifepal.co.id memberikan beberapa saran untuk menjaga ketahanan keuangan pribadi dalam menghadapi ancaman resesi yang ada, salah satunya yakni memiliki dana darurat yang lebih besar. Hal ini seperti dikutip dari Antara, Kamis (20/10/2022).
Dana darurat yang diperlukan setiap pribadi normalnya adalah tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan. Tetapi saat resesi dan krisis ekonomi terjadi, tidak akan ada yang tau kapan hal itu akan berakhir atau kembali ke keadaan semula.
Maka dari itu, disarankan untuk memiliki dana darurat yang lebih banyak untuk menghadapi situasi ekonomi yang tidak menentu. Sebagai contoh, dana darurat setiap pribadi bisa ditingkatkan sebanyak 12 kali dari pengeluaran bulanan masing-masing.
Cara menghadapi resesi lainnya yakni dengan wajib memiliki asuransi. Pada situasi ekonomi yang menurun, terdapat potensi pendapatan masyarakat yang juga menurun drastis atau bahkan kehilangan penghasilan.
Dengan memiliki asuransi, risiko keuangan terganggu akibat sakit, kerusakan kendaraan, dan hal lainnya, yang mungkin terjadi dapat ditanggung oleh asuransi, sehingga tak perlu lagi ada kekhawatiran. Pastikan asuransi yang dipilih sesuai dengan kondisi dan risiko yang paling mungkin terjadi.
Arus kas yang sehat dan baik juga harus dipastikan di tengah potensi resesi global lantaran ekonomi yang sedang sulit dan tidak menentu akan sangat mewajibkan pribadi untuk mengatur keuangan dengan baik.
Pastikan pengeluaran hanya digunakan untuk hal-hal yang memang dibutuhkan, bukan hanya yang diinginkan. Mengatur pengeluaran dan pendapatan secara baik tentu akan membantu keadaan keuangan tetap sehat di tengah badai ketidakpastian ekonomi.
Langkah menjaga ketahanan keuangan lainnya yakni dengan menghindari utang konsumtif atau berjangka panjang. Pada saat resesi terjadi, umumnya suku bunga bank akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Kemungkinan kenaikan suku bunga bank tersebut dipicu oleh Bank Indonesia (BI) yang sudah meningkatkan suku bunga acuan sebanyak 75 basis poin (bps). Kenaikan ini kemungkinan akan diikuti kenaikan suku bunga selanjutnya.
Begitu pula dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang sudah mengerek tingkat bunga penjaminan sebesar 25 bps.
Untuk menghindari hal tersebut, disarankan untuk tidak mengambil utang yang konsumtif atau berjangka panjang. Tetapi jika sudah memiliki utang dalam jangka panjang, mulai pikirkan strategi untuk dapat mengatur ulang kembali utang dengan pihak pemberi.
Memiliki penghasilan tambahan juga bisa dipikirkan terutama ketika kondisi ekonomi turun, apalagi saat kondisi resesi ada kemungkinan besar penurunan atau kehilangan penghasilan terjadi. Penghasilan tambahan dapat membantu menjaga kondisi keuangan, terlebih jika sumber penghasilan utama terhenti akibat dari resesi.