tirto.id - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menanggapi pernyataan Mahfud MD di Indonesia Lawyers Club (ILC) dengan membandingkan dinamika pemilihan bakal calon wakil presiden di kubu Joko Widodo dengan lawan politiknya.
Menurut Hasto, pernyataan Mahfud ihwal dinamika pemilihan bakal cawapres di kubu Jokowi masih dalam batas wajar. Ia menyebut hal itu lebih beradab dibanding dinamika pemilihan bakal cawapres di kubu Prabowo Subianto.
"Lebih beradab dibandingkan dengan penetapan cawapres Prabowo yang diwarnai transaksi jual beli dukungan atau mahar politik sebesar Rp1 triliun,” ujar Hasto dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Rabu (15/8/2018).
Dalam ILC kemarin malam, Mahfud menyebut keputusan ihwal bakal cawapres Jokowi berubah di detik-detik akhir pengumuman nama. Sebelum memilih Ma'ruf Amin, Jokowi disebutnya sudah hampir pasti memilih Mahfud sebagai bakal cawapres.
Mahfud mengaku sudah bersiap menjadi bakal cawapres sejak 1 Agustus 2018. Persiapan dilakukan setelah dirinya bertemu Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki di Rumah Dinas Mensesneg, Komplek Widya Candra, Senayan, Jakarta Selatan.
"Kami semua sungguh heran, betapa murahnya rekomendasi untuk menjadi cawapres. Ini gambaran rusaknya peradaban politik bangsa. Mereka yang telah memperjualbelikan pencalonan hanya demi uang tidak bisa dibenarkan dengan cara apapun," kata Hasto.
Kabar adanya mahar politik dalam pencalonan wapres kubu Prabowo mencuat beberapa hari sebelum penutupan masa pendaftaran kandidat Pilpres 2019. Kabar itu disampaikan politikus Demokrat Andi Arief dalam akun twitternya.
Arief berkata ada uang total Rp1 triliun yang mengalir ke PAN dan PKS agar menyetujui nama Sandiaga Uno sebagai bakal cawapres Prabowo. Akan tetapi, tuduhan itu sudah dibantah berulang kali oleh Sandiaga dan sejumlah politikus Gerindra, PAN, serta PKS.
"Jangan jadikan pilpres sebagai pertarungan kekuatan uang. Kami bangga dengan Pak Jokowi yang telah memilih KH Mar’uf atas dasar pilihan nurani. Kita mencari pemimpin, bukan pedagang politik," kata Hasto.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Yantina Debora