Menuju konten utama

Kronologi Batalnya Mahfud MD Jadi Bakal Cawapres Jokowi

Mahfud mengatakan, ia ditunjuk menjadi cawapres pada 1 Agustus 2018 oleh Mensesneg Pratikno.

Kronologi Batalnya Mahfud MD Jadi Bakal Cawapres Jokowi
Pakar hukum Tata Negara Mahfud MD menghadiri rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Pansus Angket KPK di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/7). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

tirto.id - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menceritakan kronologi penunjukan calon wakil presiden pendamping Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Hal itu diungkapkan Mahfud dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (14/8/2018) malam.

Penunjukan Mahfud sebagai cawapres Jokowi diberitahukan oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno pada 1 Agustus 2018 pukul 23.00 WIB. Dalam pertemuan itu, Mahfud didampingi Pratikno dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki di Rumah Dinas Mensesneg, Komplek Widya Candra, Senayan, Jakarta Selatan.

“Saya diberitahu, 'Pak Mahfud pilihan sudah jatuh ke Bapak, harap bersiap-siap nanti pada saatnya akan diumumkan. Syarat-syarat yang diperlukan segera mulai dipersiapkan'. Itu tengah malam di Widya Candra,” ujar Mahfud.

Mahfud pun mempersiapkan syarat-syarat seperti yang diminta Pratikno, namun belum final. Sebab, Mahfud juga diminta berkomunikasi dengan PKB atau yang disebut Mahfud “orang-orang Cak Imin”.

“Sesudah itu saya komunikasi dengan orang Cak Imin. Karena saya katakan saya kan tidak calon dengan orang PKB kok saya harus komunikasi dengan PKB nanti orang Golkar malah anggap saya orang PKB. Akhirnya saya temui orang-orang yang berpengaruh terhadap Cak Imin,” ujar Mahfud.

Seminggu kemudian, pada Rabu 8 Agustus, Mahfud diundang lagi oleh Pratikno di rumahnya bersama Teten. Mahfud diberitahu soal detail deklarasi Jokowi-Mahfud MD yang rencananya dilakukan pada 9 Agustus.

Menurut Mahfud, upacara pendeklarasian dimulai dari Gedung Joang 45. Kemudian, Jokowi-Mahfud akan naik sepeda motor dan Jokowi yang menyetir menuju KPU. Mahfud sempat menanyakan hal itu, mengapa ia dibonceng Jokowi.

“Enggak kata Pak Teten nanti tidak bagus tuh kalau Pak Mahfud belok kiri, Pak Jokowi belok ke kanan dipotret wartawan jelek. Jadi sudah detail begitu,” ujarnya.

Usai pemberitahuan mengenai detail pendeklarasian, pada Kamis 9 Agustus pagi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung menelepon Mahfud untuk meminta CV resmi Mahfud untuk keperluan deklarasi. Pada saat yang sama, Mahfud mengatakan ia ditelepon ajudan Presiden Jokowi, diminta untuk mengukur baju.

“Waduh, saya bilang bagaimana kalau tidak usah ukur baju agar tidak terlalu ribet. Ini waktunya sudah pendek. 'Kalau begitu Bapak bawa saja baju yang Bapak senangi dan pas bawa ke sini nanti pakai ukuran itu saja kami bikin modelnya yang sama dengan Pak Jokowi',” ujar Mahfud menirukan ucapan ajudan presiden.

Mahfud pun memilih untuk mengantarkan CV resmi ke Pramono Anung. Pukul 13.00 WIB, Mahfud berkomunikasi dengan Teten yang memberitahukan soal jadwal deklarasi pukul 16.00 WIB di Restoran Plataran.

Ia juga diberitahu untuk duduk di ruang sebelah tempat deklarasi di Retoran Plataran, jadi saat mulai deklarasi, Mahfud tinggal menyeberang ruangan. Akan tetapi, Mahfud mengatakan ia masih menggunakan baju kemeja putih miliknya sendiri, sebab baju putih yang sama dengan Jokowi akan dipakai di Gedung Joang dan mendaftar ke KPU.

Namun, setelah semua persiapan yang dilakukan Mahfud itu, Jokowi secara resmi menunjuk KH Ma'ruf Amin sebagai pendampingnya. Deklarasi itu diumumkan Jokowi di Restoran Plataran usai salat magrib pada 9 Agustus 2018.

“Politik itu musimnya bisa berubah, cepat dan tiba-tiba. Saya katakan tidak apa-apa. Saya harus lebih mengutamakan mekanisme agenda konstitusional untuk NKRI itu jalan. Tidak usah diributkan. Saya kira saya bukan pertama di NKRI yang alami itu. Cuma saya jadi lebih dramatis,” ujar Mahfud.

Usai deklarasi itu, Mahfud dihubungi Pratikno. “Pak Praktikno beritahu, 'Pak rupanya ini ada perubahan coba kembali ke posisi semula dulu'. Terus saya pulang,” katanya.

Ketika ditanya wartawan mengenai perubahan yang mendadak ini, Mahfud mengaku hanya kaget, tapi tak kecewa.

“Saya tidak kecewa, kaget saja. Saya tidak sakit hati karena keperluan negara ini lebih penting dari sekadar nama Mahfud MD,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Politik
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra