Menuju konten utama
Sejarah Peradaban Manusia

Sejarah Zaman Besi: Ciri-Ciri, Hasil Kebudayaan, dan Peninggalan

Pelajari sejarah zaman besi, ciri-ciri utama, hasil kebudayaan, serta peninggalan penting dari masa perkembangan teknologi logam tersebut di sini.

Sejarah Zaman Besi: Ciri-Ciri, Hasil Kebudayaan, dan Peninggalan
Pengunjung mengamati koleksi manusia purba pada Pameran Museum Manusia Purba. Suatu ilustrasi zaman besi. ANTARA FOTO/Septianda Perdana

tirto.id - Zaman Besi merupakan bagian terakhir dari Zaman Logam atau setelah era Zaman Batu dalam sejarah peradaban manusia. Lantas, apa saja ciri-ciri, hasil kebudayaan, dan barang-barang peninggalan manusia pada Zaman Besi?

Periodisasi berlangsungnya Zaman Besi berbeda-beda di berbagai belahan bumi. Di beberapa bagian Eropa, misalnya, zaman ini dimulai sejak abad ke-6 Sebelum Masehi (SM), di Asia Tengah termasuk India dimulai abad ke-11 SM, sedangkan di kawasan Timur Tengah dimulai sejak abad ke-12 SM.

Zaman Besi terjadi pada masa Sebelum Masehi, yang sering juga disebut zaman prasejarah atau zaman praaksara. Lalu, kapan zaman besi dimulai? Pada masa praaksara ini, manusia sebagai masyarakat yang menetap di suatu wilayah masih belum mengenal tulisan.

Pengertian Zaman Besi dan Ciri-cirinya

Zaman Besi adalah periode penting dalam sejarah manusia yang ditandai dengan penggunaan besi sebagai bahan utama alat dan senjata. Pada masa ini, teknologi pengolahan logam berkembang pesat, mengubah cara manusia bertani, berburu, dan berperang.

Ciri-ciri Zaman Besi sangat khas, seperti munculnya alat-alat dari besi yang lebih kuat dan tahan lama dibandingkan perunggu. Manusia mulai hidup dalam kelompok yang lebih besar dan membangun pemukiman tetap. Selain itu, sistem sosial dan ekonomi mulai lebih terstruktur dengan adanya pembagian kerja dan perdagangan.

Hasil kebudayaan pada Zaman Besi meliputi berbagai alat pertanian, senjata, dan perhiasan yang terbuat dari besi. Peninggalan seperti rumah adat, makam, dan bangunan juga ditemukan sebagai bukti kehidupan masyarakat pada masa itu. Semua ini menunjukkan bagaimana manusia memanfaatkan teknologi besi untuk menunjang kehidupan sehari-hari dan peradaban.

Zaman Besi termasuk dalam masa perundagian alias Zaman Logam. Periodesasi Zaman Logam dibagi menjadi tiga, yakni Zaman Tembaga, Zaman Perunggu, dan Zaman Besi. Namun, wilayah Indonesia hanya mengalami Zaman Perunggu dan Zaman Besi saja.

Kehidupan manusia (manusia purba) pada Zaman Besi dapat dikatakan telah beragam karena banyak terdapat perubahan baik dari sistem ekonomi, sosial, maupun religi. Maka dari itu, terdapat ciri-ciri Zaman Besi yang di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Adanya pemimpin dan kelompok sosial.
  • Manusia sudah hidup bermasyarakat dan menetap.
  • Manusia sudah memiliki teknik membuat alat-alat, dari kayu, batu, maupun logam.
  • Manusia sudah mampu mengolah besi.
  • Manusia sudah dapat mengembangkan sistem pertanian sederhana dan memproduksi pangan.
Dijelaskan lebih lanjut dalam buku Rekam Jejak Peradaban Indonesia(2017) terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, orang-orang pada Zaman Besi sudah mampu menggunakan peralatan yang dibuat dengan meleburkan biji besi.

Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu. Melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C. Peleburan yang dilakukan oleh manusia saat itu tidak terlepas dari kepandaian mereka dalam mengasah batu dari masa sebelumnya.

Teknik pengolahan besi yang dilakukan manusia pada masa itu untuk mencetak besi ada dua, yaitu teknik cetak tuang dan teknik dua setangkup.

Hasil Kebudayaan Zaman Besi

Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan (1974) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.

Dari definisi tersebut dapat diambil pemahaman bahwa kebudayaan pada Zaman Besi merupakan hasil dari seluruh perilaku atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia saat itu.

Hasil kebudayaan Zaman Besi di antaranya adalah terbentuknya komunitas atau masyarakat, munculnya kepercayaan, kemampuan bercocok tanam, hingga kebiasaan mengolah besi menjadi peralatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Peninggalan Zaman Besi

Kebudayaan atau peradaban manusia pada Zaman Besi juga mewariskan sejumlah barang-barang peninggalan, khususnya yang terbuat dari logam atau besi. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Mata Panah

Mata panah yang terbuat dari besi biasanya digunakan untuk berburu.

2. Mata Pisau

Mata pisau dari Zaman Besi merupakan pengembangan alat serupa dari masa sebelumnya yang terbuat dari batu atau kayu. Mata pisau dari Zaman Besi terbuat dari besi dan biasanya digunakan sebagai peralatan sehari-haru maupun sebagai alat untuk mempertahankan diri.

3. Mata Sabit

Mata sabit sebenarnya hampir mirip dengan mata pisau. Namun, ada perbedaan dari sisi bentuk dan kegunaannya secara khusus. Mata sabit biasanya digunakan sebagai alat bercocok tanam, atau untuk mencari rumput pakan ternak.

4. Cangkul

Cangkul sederhana yang terbuat dari paduan kayu sebagai gagang dan besi sebagai ujungnya sudah dikenal sejak Zaman Besi. Sama seperti mata sabit, cangkul juga digunakan untuk kepentingan bertani, berkebun, alias bercocok-tanam.

5. Pedang

Pedang pada Zaman Besi diciptakan sebagai alat mempertahankan diri, baik dari ancaman binatang buas maupun sebagai senjata ketika terjadi pertikaian dengan komunitas manusia lainnya.

6. Perhiasan

Besi juga bisa dijadikan sebagai bahan membuat perhiasan. Manusia pada Zaman Besi sudah mengenal perhiasan sehingga logam, termasuk besi, bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat gelang, kalung, cincin, atau jenis perhiasan lainnya.

Pembaca yang ingin mengetahui informasi seputar Materi Ajar dapat klik tautan di bawah ini.

Kumpulan Artikel tentang Materi Ajar

Baca juga artikel terkait MATERI AJAR atau tulisan lainnya dari Alhidayath Parinduri

tirto.id - Edusains
Kontributor: Alhidayath Parinduri
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Satrio Dwi Haryono