Menuju konten utama

Sejarah Pariwisata di Indonesia dan Unsur-unsurnya

Berikut penjelasan singkat tentang sejarah pariwisata di Indonesia dan unsur-unsurnya. Simak selengkapnya pada artikel di bawah ini.

Sejarah Pariwisata di Indonesia dan Unsur-unsurnya
Sejumlah penari menampilkan Tari Kecak di Pantai Gunung Payung, Badung, Bali, Minggu (14/5/2023). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/nym.

tirto.id - Sejarah pariwisata di Indonesia sudah ada sejak masa penjajahan Belanda pada tahun 1910-1920 dengan dibentuknya Vereeneging Toesristen Verker (VTV).

Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sektor kegiatan yang berkaitan dengan perjalanan dan wisata dan berperan penting bagi penunjang ekonomi.

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Pariwisata Nomor 10 tahun 2009, pengertian Industri Pariwisata didefinisikan sebagai kumpulan usaha di bidang wisata yang saling terkait.

Kumpulan usaha ini diselenggarakan untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai pemenuhan kebutuhan wisatawan, mencari keuntungan, meningkatkan pendapatan daerah, dan menambah devisa negara.

Sektor pariwisata di Indonesia sudah dilakukan sejak masa kerajaan, kala itu para pejabat Kerajaan gemar melakukan perjalanan dinas meski keterbatasan transportasi.

Akan tetapi, sektor pariwisata di Indonesia kini sudah sangat berkembang seiring dengan peran teknologi yang meruntuhkan batas-batas wilayah.

Dilansir laman Kemenparekraf, jumlah wisatawan mancanegara di bulan Januari 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 503,34 persen jika dibandingkan Januari 2022 yang berjumlah 121.978 kunjungan.

Sejarah Pariwisata di Indonesia

Sejarah pariwisata di Indonesia sudah ada sejak masa penjajahan Belanda pada tahun 1910-1920 dengan dengan dikeluarkannya keputusan Gubernur Jendral Belanda bernama Vereeneging Touristen Verkeer (VTV) yang berisi dimulainya kegiatan berwisata ke Hindia Belanda (Indonesia-sekarang).

Mulanya VTV dibentuk dengan tujuan meningkatkan perdagangan antara Eropa dengan negara-negara Asia dengan laut Hindia sebagai jalur perdagangan yang digunakan.

Seiring berjalannya waktu, orang Eropa yang berkunjung ke Indonesia tidak hanya melakukan perjalanan bisnis, tetapi juga tertarik dengan tempat wisata di Indonesia.

Tahun 1923 pemerintah Kolonial mulai serius mengembangkan pariwisata di Indonesia dengan menerbitkan surat kabar pariwisata Indonesia dan meningkatkan permintaan orang Eropa terhadap pariwisata.

Kolonial Belanda juga mendirikan travel Agent di Batavia (Jakarta) pada tahun 1926 di kemudian dikenal dengan nama Netherlands Indische Touristen Bureau (NI Tours). Meski begitu, pariwisata di Indonesia kala itu hanya terbatas bagi orang berkulit putih dan monopoli dagang dipegang oleh NI Tours.

Pasca-kolonial Belanda berakhir dan jatuh ke tangan Jepang, pemerintah Indonesia mulai berjuang menghidupkan industri-industri yang mendukung perekonomian, salah satunya pariwisata.

Sejak tahun 1959, kerja sama antara Kementerian Muda Perhubungan Darat, Pos, Telegraf, dan Telepon mulai mengembangkan pengelolaan sektor pariwisata ke dalam struktur pemerintahan. Tim tersebut dipimpin oleh Menteri Djatikusumo dalam Kabinet Kerja Soekarno. Djatikusumo menjabat hingga 1963.

Perlahan, industri pariwisata di Indonesia semakin berkembang dan jumlah wisatawan asing yang berkunjung semakin bertambah.

Tahun 1969, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai 86.000 orang.

Di tahun yang sama Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden RI No. 9 tentang Pedoman Pembinaan Pengembangan Kepariwisataan Nasional. Instruksi presiden ini sekaligus menandai bermulanya pengembangan pariwisata secara formal.

Di tahun 1970 pemerinta membentuk Bali Tourist Development Corporation (BTDC) yang merupakan pilot project pengembangan pariwisata Indonesia. Bali dipilih karena jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung melebihi wilayah Indonesia lainnya.

Meski begitu, pemerintah juga sadar bahwa pengembangan pariwisata tidak bisa hanya dilakukan di Pulau Bali. Oleh karenanya, di tahun 1970-1980 pemerintah mulai menggabungkan jargon-jargon seperti “Indonesia, there is more to it than Bali”, “Indonesia, Bali and Beyond”, serta “Indonesia, Bali plus Nine”.

Faktor-faktor mempengaruhi Perkembangan Pariwisata

Dilansir laman Pariwisata Sumut, berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pariwisata.

1. Kemajuan teknologi

Wisatawan bisa memperoleh informasi destinasi wisata dengan akses teknologi yang memadai.

2. Politik dan keamanan

Kedua isu tersebut tak hanya berimbas pada sektor ekonomi, tetapi juga pada sektor pariwisata. Wisatawan berkunjung pastinya memperhitungan faktor keamanan dan juga carut marut politik.

3. Demografi

Jumlah penduduk sangat memberi peluang besar bagi industri pariwisata. Terdapat 3 unsur wisatawan nasional dan wisatawan dunia yang mencakup umur, jenis kelamin, dan minat.

Unsur-Unsur Industri Pariwisata

Dilansir United Nation World Tourism Organization (UNWTO), berikut beberapa unsur-unsur industri pariwisata.

1. Biro Transportasi

Berperan dalam meningkatkan mobilitas wisatawan untuk bepergian.

2. Jasa Akomodasi

Mencakup segala jenis penyedia akomodasi yang aman dan nyaman bagi wisatawan, seperti hotel, resor, hingga vila.

3. Jasa boga

Unsur ini atau dikenal dengan wisata kuliner kerap menjadi alasan utama suatu wilayah banyak dikunjungi wisatawan.

4. Pertunjukan wisata

Meliputi beberapa kategori seperti atraksi wisata alam, sejarah, pertunjukan, belanja, hiburan, serta kecantikan dan Kesehatan.

5. Money Changer

Fasilitas ini memungkinkan wisatawan lokal dan asing mengakses dana untuk pertukaran uang di area wisata.

Baca juga artikel terkait SEJARAH PARIWISATA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Ruhma Syifwatul Jinan

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ruhma Syifwatul Jinan & Ruhma Syifwatul Jinan
Penulis: Ruhma Syifwatul Jinan
Editor: Dhita Koesno & Dhita Koesno