Menuju konten utama
Sejarah Masjid di Indonesia

Sejarah Masjid Tuo Kayu Jao: Paduan Arsitektur Minangkabau & Islam

Masjid Tuo Kayu Jao berdiri sejak abad 16 dan menjadi bagian dari sejarah syiar Islam di Solok, Sumatera Barat. 

Sejarah Masjid Tuo Kayu Jao: Paduan Arsitektur Minangkabau & Islam
Masjid Tuo Kayu Jao di Sumatera Barat. wikimedia commons/free/Rhmtdns

tirto.id - Masjid Tuo Kayu Jao berdiri sejak abad 16 dan menjadi bagian dari sejarah syiar Islam di Solok, Sumatera Barat. Salah satu masjid tertua di Indonesia ini memadukan arsitektur Islam dan Minangkabau.

Berlokasi di Jalan Kampung Kayu Jao, Jorong Kayu Jao, Kenagarian Batang Barus, Gunung Talang, Kabupaten Solok, masjid ini dibangun di area perbukitan. Masjid Tuo Kayu Jao mengiringi perkembangan dakwah Islam di Solok sejak ratusan tahun lalu.

Dikutip dari laman Kemdikbud, pendiri Masjid Tuo Kayu Jao adalah dua tokoh pendakwah agama Islam di Solok, yakni Angku Masaur (Angku Masyhur) dan Angku Labai. Masjid ini didirikan pada 1599 Masehi dan masih bertahan hingga kini.

Di masa awal Masjid Tuo Kayu Jao, Angku Masyhur kerap bertindak sebagai imam yang memiliki suara merdu saat melantunkan bacaan-bacaan salat. Sedangkan Angu Labai biasanya bertugas sebagai muazin yang juga punya suara khas ketika mengumandangkan azan.

Saat ini, Masjid Tuo Kayu Jao di Solok termasuk bangunan cagar budaya Sumatera Barat di bawah pengelolaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala.

Masjid Tuo Kayu Jao pernah beberapa kali mengalami pemugaran. Meskipun demikian, dalam pemugaran tetap mempertahankan keaslian bangunan masjid.

Arsitektur Masjid Tuo Kayu Jao

Sesuai namanya, Masjid Tuo Kayu Jao dulunya terbuat dari kayu jao yang kuat, keras, dan sangat alot. Arsitektur masjid ini memadukan ciri Islam dengan corak Minangkabau yang cukup kental.

Atap masjid dibuat tiga tingkat secara bertumpang yang ditutup dengan ijuk setebal 15 cm. Bentuk atap masjid sedikit cekung untuk mempercepat aliran air hujan menuju ke bawah.

Di antara tiap tumpang terdapat pembatas dengan hiasan ukiran terawangan tembus bermotif geosentris. Fungsi pembatas sebagai ventilasi udara. Di antara tumpang dua dan tiga ada dua ukiran lingkaran seperti roda, dengan sisinya berbentuk roda berjumlah 8.

Ukiran lain yang unik juga terdapat pada keempat sudut dinding bagian luar dan permukaan bedug. Pada keempat sudut dinding ada ukiran berbentuk naga.

Badan bangunan masjid memiliki elemen dinding, tiang, pintu dan jendela. Di dalamnya terdapat mimbar dengan ukiran motif sulur, juga lemari.

Mihrab masjid diletakkan di belakang bangunan dengan dimensi 2,1 x 3,5 meter. Mihrab ini memiliki atas berbeda dengan bentuk gonjong seperti rumah gadang.

Masjid Tuo Kayu Jao disangga oleh 27 tiang dengan tinggi 15 meter. Ada pula tiang utama di tengah yang disebut tiang macu, yaitu tiang paling besar dari tiang lainnya. Namun, tiang macu kini telah diganti dengan beton karena kayunya mulai lapuk.

Adanya 27 tiang di masjid ini juga memiliki filosofi khusus. Hal itu menjadi simbol suku-suku yang hidup sekitar masjid, ditambah 4 unsur pemerintahan serta 3 unsur agama yaitu khatib, imam, dan bilal.

Bedug atau tabuah di Masjid Tuo Kayu Jao dibunyikan sebagai tanda akan dimulainya waktu salat. Setelah bunyi bedug, dilanjutkan dengan kumandang azan. Usia bedug tersebut diperkirakan sama dengan usia bangunan masjid.

Baca juga artikel terkait SEJARAH MASJID atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Iswara N Raditya