Menuju konten utama
Edukasi

Sejarah Kabinet Ali Sastroamijoyo II: Program Kerja & Kejatuhannya

Berikut ini adalah susunan kabinet masa kepemimpinan Ali Sastroamijoyo II dalam kabinet Presiden Soekarno dan penyebab jatuhnya kabinet tersebut.

Sejarah Kabinet Ali Sastroamijoyo II: Program Kerja & Kejatuhannya
Seorang anggota DPR menghadiri Rapat Paripurna DPR RI Ke-7 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2021-2022 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/10/2021). . ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.

tirto.id - Ali Sastroamijoyo atau Ali Sastroamidjojo dapat dikatakan sebagai salah seorang politikus handal pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Kiprah politiknya tak diragukan lagi, ia berhasil menjadi pemimpin kabinet pada masa pemerintahan Presiden Soekarno sebanyak 2 kali.

Periode pertama kepemimpinannya dimulai pada 31 Juli 1953, selama memimpin kabinet banyak hal yang telah dilakukan oleh Ali Sastroamijoyo.

Dikutip dari Nansy Rahman dalam Sejarah Indonesia (2020), salah satu keberhasilannya pada periode pertama ialah terselenggaranya Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung.

Akan tetapi, ia hanya mampu mempertahankan kabinetnya selama 3 tahun dan berakhir pada 12 Agustus 1955 akibat konflik internal partai pendukungnya serta kondisi ekonomi negara yang masih buruk.

Kemudian, bagaimana periode kedua masa kepemimpinan Ali Sastroamijoyo dalam kabinet Presiden Soekarno?

Kabinet Ali Sastroamijoyo II dan Program Kerjanya

Berjarak tujuh bulan dari periode pertama kepemimpinannya, Ali Sastroamijoyo kembali ditunjuk sebagai Perdana Menteri oleh Soekarno menggantikan Burhanuddin Harahap. Secara sah, Presiden Soekarno melantik Kabinet Ali Sastroamijoyo pada 24 Maret 1956.

Dilansir dari laman Setkab, susunan Kabinet Ali Sastroamijoyo II, yakni sebagai berikut:

  • Wakil Perdana Menteri I: MohammadRoem
  • Wakil Perdana Menteri II: IdhamChalid
  • Menteri Luar Negeri: Roeslan Abdulgani
  • Menteri Dalam Negeri: Soenarjo
  • Menteri Pertahanan (Ad Interim): Ali Sastroamidjojo
  • Menteri Kehakiman: Muljatno
  • Menteri Penerangan : Soedibjo
  • Menteri Keuangan: Jusuf Wibisono
  • Menteri Perekonomian: Barhanuddin
  • Menteri Muda Perekonomian: F.F. Umbas
  • Menteri Pertanian: Eny Karim
  • Menteri Muda Pertanian: Sjech Marhaban
  • Menteri Perhubungan: Suchjar Tedjasukmana
  • Menteri Muda Perhubungan: A.S. de Rozari
  • Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga: Pangeran Mohammad Nur
  • Menteri Agraria: A.A. Suhardi
  • Menteri Sosial: Fattah Jasin
  • Menteri Tenaga Kerja: Sabilal Rasjad
  • Menteri Pendidikan dan Kebudayaan: Sarino Mangunpranoto
  • Menteri Kesehatan: H. Sinaga
  • Menteri Agama: Mohammad Iljas
  • Menteri Negara Urusan Perencanaan: Djuanda
  • Menteri Urusan Umum: Rusli Abdul Wahid
  • Menteri Negara Urusan Veteran: Dahlan Ibrahim

Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang

Adapun program kerja yang dibuat oleh kabinet ini, yakni sebagai berikut:

  1. Perjuangan pengembalian Irian Barat
  2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggotaanggota DPRD
  3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai
  4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara
  5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat
  6. Pembatalan KMB
  7. Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas aktif
  8. Melaksanakan keputusan KAA

Sebagian besar rencana program kerja yang telah dirancang dapat berjalan dengan maksimal.

Mengutip dari e-modul kabinet ini mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and investment, sehingg mereka berhasil membatalkan seluruh perjanjian KMB.

Kejatuhan Kabinet Ali Sastroamijoyo II

Keberhasilan dalam membatalkan seluruh perjanjian KMB tidak membuat kabinet ini tenang dari masalah.

Mereka dihadapkan dengan munculnya gerakan separatis, seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara.

Selain itu, konflik daerah yang meningkat, munculnya gerakan anti Cina, serta kondisi perekonomian yang tak kunjung membaik membuat kabinet ini semakin lemah.

Puncak jatuhnya kabinet ini, yaitu ketika partai koalisi pendukung kabinet konflik yang berakibat mundurnya sejumlah menteri.

Akhirnya dengan situasi yang demikian, Ali Sastoramijoyo menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno dan resmi mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri pada tanggal 14 Maret 1957.

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan lainnya dari Alhidayath Parinduri

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Alhidayath Parinduri
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Maria Ulfa