tirto.id - Ada adegan jenaka ketika Presiden Joko Widodo mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 di Istana Negara, Rabu (23/10/2019). Saat memperkenalkan Zainudin Amali sebagai Menteri Pemuda Olahraga (Menpora), Jokowi menyeletuk: “sepakbolanya, pak!”
Kalimat tersebut menjadi jenaka lantaran Zainudin, orang yang dipercaya presiden membenahi olahraga serba kacau itu, sebenarnya bukan sosok yang punya banyak pengalaman terkait si kulit bundar. Perihal olahraga secara umum pun pengalaman Zainudin relatif minim—jika tak mau disebut nol besar.
Pengalaman yang paling dekat dengan olahraga, barangkali, adalah membantu memelopori liga mahasiswa dan mengurus aset-aset Asian Games 2018. Pengalaman yang terakhir pun lebih karena dia wajib melakukan itu sebagai anggota parlemen.
Sejak mentas dari almamaternya, STIE Swadaya Jakarta pada1992, jalan karier Zainudin lebih dekat ke dunia wirausaha dan politik.
Sebagai pengusaha, seperti dikutip dari situs resmi DPR, beberapa perusahaan yang pernah dipimpinnya antara lain PT Putra Mas, PT Wirabuana Dwi Jaya Persada, PT Gitrana Sendiko, PT Sura Terang Agung, PT Makmur Triagung, dan PT Supra Dinakarya.
Zainudin masuk dunia politik setelah menanggalkan jabatan Direktur PT Putra Mas pada 2002. Perjalanannya sebagai politikus tanpa hambatan bak jalan tol. Empat kali maju, empat kali pula lolos ke Senayan. Sekali (2004-2009) maju lewat Dapil Gorontalo, dan sisanya di Dapil Jawa Timur (2009-2014, 2014-2019, 2019-2024).
Di partainya, Golkar, Zainudin juga selalu dapat jabatan-jabatan strategis. Sebut saja Ketua DPD Golkar Jawa Timur (2013-2014), Ketua DPP Golkar (2014-2019), dan Sekjen DPP Golkar (2015-2016).
Bukan Blunder Pertama
Zainudin sadar kalau dia memang minim pengalaman. Saat berkunjung untuk pertama kali ke Kantor Kemenpora, Rabu (23/10/2019), dia bilang, “saya ini pendatang baru.” “Beliau-beliau [pejabat lama Kemenpora] senior, saya junior. Mudah-mudahan enggak diplonco saya,” kata Zainudin seperti dikutip dari Antara.
Meski demikian, pria kelahiran Gorontalo itu barangkali merasa biasa saja. Sebab faktanya Menpora yang minim pengalaman olahraga bukan hal baru. Joko Widodo melakukan itu saat menunjuk Menpora 2014-2019, Imam Nahrawi.
Imam, yang ditunjuk pada 27 Oktober 2014 dan nonaktif pada September lalu, juga datang dengan portofolio olahraga yang minim. Sebelum jadi Menpora, dia lebih dikenal sebagai politikus PKB.
Sebagaimana Zainudin, Imam juga pernah menjadi anggota DPR, tepatnya pada periode 2004-2009 dan 2009-2014.
Dan, entah kebetulan atau tidak, keduanya punya portofolio sama-sama pernah maju dari Dapil Jatim.
Meski keputusan tersebut patut disayangkan, Ketua Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (APKORI) Djoko Pekik berharap Zainudin segera tancap gas. Fakta bahwa Zainudin belum banyak terlibat di dunia olahraga harus dibarengi dengan tekad untuk belajar lebih keras dan cepat.
“Tentu itu menjadi tugas tambahan beliau. Mau enggak mau harus siap belajar, agar segera bisa tune in,” kata Djoko kepada reporter Tirto lewat pesan singkat, Rabu (23/10/2019).
Tugas Berat Menanti
Harapan Djoko agar Zainudin segera berakselerasi wajar belaka, dengan mempertimbangkan beratnya PR di dunia olahraga Indonesia saat ini. Tahun depan Kemenpora harus menjamin penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua berjalan lancar. Masih di tahun yang sama, Indonesia juga diagendakan berpartisipasi pada Sea Games 2020 di Manila, Filipina.
Untuk memastikan dua agenda tersebut berjalan mulus, menurut Djoko, ada satu faktor krusial selain mempersiapkan venue/lokasi (untuk PON) dan kesiapan atlet (Sea Games): memperbaiki komunikasi Kemenpora dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olahraga Indonesia (KOI).
Sejauh ini pekerjaan dua organisasi ini masih kerap tumpang tindih, dan menurut Djoko tak ada pihak yang lebih bertanggungjawab memperbaikinya selain Kemenpora.
“Ajak KONI dan KOI duduk bersama, jika perlu buat pakta integritas. Sinergikan kerja keduanya dan stakeholder lain,” jelasnya.
Sementara untuk jangka panjang, tugas berat Kemenpora adalah menyiapkan bidding sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Lobi-lobi dengan badan olahraga internasional, terutama International Olympic Comitee (IOC), harus lebih sering dilakukan.
“Yakinkan dunia, 205 anggota IOC, bahwa Indonesia mampu,” imbuh Djoko.
Itu baru soal olahraga secara umum. Belum perkara cabang-cabang spesifik, katakanlah sepakbola, bulutangkis, dan olahraga favorit lain."Menteri baru juga punya catatan untuk lebih memaksimalkan tugas Kemenpora sebagai regulator [mengawasi organisasi olahraga lain], bukan cuma yang terkait sebagai eksekutor."
Harus Kerja Bersih
Tugas-tugas di atas tentu bukan perkara mudah, apalagi jika menimbang situasi Zainudin saat ini. Belum genap sehari menjabat, namanya sudah mulai digoyang isu-isu tak sedap. Salah satunya perkara rekam jejak pernah dipanggil KPK beberapa kali.
Faktanya, Zainudin memang akrab dengan komisi antirasuah tersebut.
'Perkenalan' pertamanya dengan KPK terjadi pada 2013, ketika politikus partai beringin tersebut dihadirkan dalam kasus suap Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar. Dalam putusan kasus ini, Zainudin diduga berkomunikasi dengan Akil untuk kepentingan sengketa Pilkada Jawa Timur.
Zainudin saat itu masih menjabat Ketua DPP Golkar Jatim.
Yang kedua adalah pada 2014, ketika dia dipanggil dalam perkara suap Kementerian ESDM yang menyeret menteri aktif saat itu, Jero Wacik. Zainudin kala itu diminta bersaksi untuk tersangka mantan Sekjen ESDM Waryono Karno.
KPK juga pernah menggeledah kediaman Zainudin kala dia masih menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi VII DPR.
Hingga kini, Zainudin memang baru jadi saksi. Namun harapan agar dia tidak terjerat kasus korupsi seperti Imam Nahrawi—dugaan suap dana hibah KONI—sangat besar.
“Beliau harus bisa mengembalikan marwah Kemenpora dan kepercayaan masyarakat,” tandas Djoko.
Itu pula harapan Jokowi terhadap orang-orang yang dipilihnya sebagai menteri dan kepala setingkat menteri: “jangan korupsi!”
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Rio Apinino