tirto.id - Penyelidik dari pihak berwenang Rusia mengatakan tetap akan mempertimbangkan faktor aksi terorisme dalam tragedi jatuhnya Pesawat Tupolev Tu-154 milik Kementerian Pertahanan Rusia yang jatuh di Laut Hitam pada Minggu (25/12/2016) meski tidak ada ledakan pada pesawat.
"Tidak ada ledakan pada pesawat. Tapi kami tidak mengesampingkan (faktor) aksi teroris" kata Sergei Bainetov, kepala keselamatan penerbangan Angkatan Udara Rusia, yang bertugas pada komisi pemerintah yang menyelidiki jatuhnya Tupolev Tu-154 dalam sebuah jumpa pers.
Pesawat Tupolev-154 milik Kementerian Pertahanan Rusia itu sedang terbang menuju Suriah ketika jatuh ke Laut Hitam, tak lama setelah lepas landas dari Sochi di Rusia selatan pada Minggu. Pesawat nahas ini membawa puluhan penyanyi dan penari kelompok paduan suara militer Rusia dan menewaskan total 92 penumpangnya. Para penyelidik mengatakan kesalahan pilot atau gangguan teknis adalah kemungkinan besar faktor penyebab tragedi itu
Bainetov mengatakan komisi sedang menyelidiki sekitar tujuh teori penyebab kecelakaan, termasuk kualitas bahan bakar yang buruk sehingga menyebabkan gangguan mesin dan karena ada burung terperangkap di mesin.
Menteri Transportasi Maxim Sokolov mengatakan saat jumpa pers bahwa aksi teroris tidak termasuk teori utama yang sedang dipertimbangkan. Namun, pernyataan Bainetov sejauh ini menjadi petunjuk paling jelas bahwa serangan teroris merupakan bagian dari kemungkinan penyebab kecelakaan.
Menurut Bainetov, setidaknya butuh 10 hari untuk menerjemahkan rekaman penerbangan utama pesawat. Rekaman itu telah diterbangkan ke Moskow Rabu lalu. Namun kesimpulan akhir soal penyebab jatuhnya pesawat, setidaknya baru didapat 30 hari mendatang, demikian dilansir dari Antara.
Bainetov mengatakan tak ada penghentian penggunaan Tu-154 yang merupakan pesawat rancangan masa Soviet yang masih digunakan para menteri pemerintah namun tidak oleh perusahaan-perusahaan penerbangan komersil utama Rusia. Sokolov mengatakan tim penyelamat sejauh ini telah menemukan 19 jenazah, 230 potongan tubuh dan hampir 2.000 serpihan pesawat.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan