tirto.id - Hubungan antara Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dengan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1 Muhaimin Iskandar sedang memanas.
Keduanya terlibat adu sindir terkait pilihan politik Nahdlatul Ulama (NU) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Situasi ini membuat publik menyoroti hubungan keduanya, termasuk rekam jejak Khofifah di NU dan partai politiknya.
Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah mengumumkan akan mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024. Pengumuman ini ia sampaikan saat menghadiri Pelantikan Pimpinan Wilayah Muslimat NU Maluku Utara, Sabtu (13/1/2024).
"Saya bilang ya, hari ini saya sampaikan, bahwa saya siap untuk mendukung dan memenangkan pasangan calon nomor 2," katanya seperti yang dikutip dari Antara.
Pengumuman ini hanya berselang 2 hari sejak Muhaimin Iskandar menyatakan bahwa pihak yang berideologi NU pasti mendukung Anies Baswedan dan dirinya. Hal itu ia sampaikan sedang kampanye di Blitar, Jawa Timur.
"Biasa, tiap pilpres masing-masing punya hak demokrasinya, saya yakin rakyat yang berideologi NU pasti pilih AMIN karena orang yang punya ideologi NU pasti istikamah," katanya pada Kamis (11/1/2024).
Tentu pernyataan Cak Imin terkait pilihan politik rakyat NU tersebut telah sampai ke telinga Khofifah. Melalui pernyataannya yang lain, Khofifan menegaskan bahwa identitas ke-NU-an dirinya tidak dapat dikompromikan meskipun ia memberikan dukungan kepada salah satu pasangan calon dalam Pilpres 2024.
"Kalau saya ini loh Ketua Umum PP Muslimat NU, biar itu dilabur dengan tujuh kali air sungai tujuh kali air bunga, ya tetap saya Ketua Umum PP Muslimat NU!" tegas Khofifah usai melantik PWNU Sulsel di Universitas Islam Makassar, Minggu (14/01/2024).
Lebih lanjut, Khofifah menekankan perbedaan NU dan politik. Khofifah kemudian pun mengomentari pernyataan Cak Imin yang menyarankan agar warga NU mendukung pasangan calon nomor urut 1. Ia dengan tegas menyatakan bahwa NU dan PKB adalah dua hal yang berbeda.
Rekam Jejak Khofifah di Nahdlatul Ulama (NU)
Khofifah saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU. Tak hanya menjadi seorang petinggi di salah satu organisasi agama besar di Indonesia, Khofifah juga masih menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur (Jatim).
Menurut Rani Puspita dan Artono dalam Jejak Langkah Khofifah Indar Parawansa 1999-2019: Dalam Perjalanan Politiknya (2023) dukungan Muslimat NU dan Fatayat NU menjadi faktor kunci dalam terpilihnya Khofifah menjadi Gubernur Jawa Timur.
Pada dasarnya, dukungan organisasi Muslimat NU tidak diberikan begitu saja pada Khofifah. Khofifah telah melalui perjalanan panjang dalam keorganisasian NU yang dimulai sejak dirinya masih usia remaja.
Saat remaja, Khofifah tergabung dalam Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), yakni badan otonom NU yang bertugas mengurus remaja putri NU. Selanjutnya saat di bangku kuliah, Khofifah aktif dalam Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri).
Khofifah pernah menjadi Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Surabaya pada tahun 1986. Kiprahnya pun berlanjut hingga terpilih sebagai ketua PC dan PP IPPNU Surabaya.
Selama menjalani jabatannya sebagai pengurus NU, Khofifah juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Kopri (Korps PMII Putri).
Mengutip dari NU Online, setelah melalui perjalanan yang panjang, Khofifah akhirnya mencapai jabatan sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU pada tahun 2000. Organisasi Muslimat NU membuka ruang bagi Khofifah untuk aktif berkontribusi dalam pembangunan negara mencakup pendidikan dan kesehatan.
Sebagai tokoh perempuan di Muslimat NU, Khofifah juga aktif dalam memajukan peran perempuan dalam berorganisasi dan memberikan kontribusi berarti dalam advokasi isu-isu perempuan dan keagamaan.
Peran Khofifah juga semakin luas saat dirinya diamanahi sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Bersama Alissa Qotrunnada Wahid, mereka menjadi perempuan pertama yang memimpin dalam pengurus harian tanfidziyah PBNU.
Partai Politik Khofifah Indar Parawansa
Khofifah Indar Parawansa sudah aktif di partai politik sejak era Orde Baru, yakni dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ia menduduki kursi anggota DPR Fraksi PPP pada 1992 hingga 1999.
Setelah PKB berdiri dalam suasana reformasi, Khofifah memutuskan untuk keluar dari PPP. Khofifah bahkan merupakan orang kepercayaan salah satu pendiri PKB, Gus Dur, sekaligus dekat dengan putrinya, Alissa Wahid. Dengan demikian, Khofifah merupakan salah satu orang pertama yang bergabung dengan PKB pada era Gus Dur.
Namun, polemik internal kemudian melanda PKB. Muhaimin Iskandar mengambilalih kendali partai yang berbasis Nahdliyin itu. Bahkan, Gus Dur dan para pendukungnya terdepak dari PKB.
Setelah Cak Imin menjabat sebagai Ketua Umum PKB, hubungan Khofifah dengan PKB menjadi renggang. Salah satu kasus yang mencolok adalah ketika Khofifah sering tak menerima dukungan dari PKB saat maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim.
Kasus pertama terjadi pada Pilgub Jatim 2008. Khofifah maju dalam Pilgub bersama pasangannya Mudjiono dengan diusung oleh PPP dan partai-partai kecil. Sementara itu, PKB mengusung calon lainnya, yaitu Achmady-Soehartono.
Hal serupa kembali terjadi pada Pilgub Jatim 2018. Khofifah dan wakilnya, Emil Dardak maju Pilgub Jatim 2018 dengan diusung Partai Demokrat, PPP, Golkar, NasDem, Hanura, dan PAN. Sementara itu, PKB bergabung dalam koalisi partai lawan Khofifah untuk mengusung Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno.
Kejadian yang sama juga diduga akan terulang kembali pada Pilgub Jatim 2024. Khofifah dan Emil Dardak yang kembali maju Pilgub Jatim 2024 bukannya diusung oleh PKB, melainkan Partai Demokrat.
Mengutip situs Partai Demokrat, partai tersebut secara resmi mengumumkan dukungannya untuk pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur tahun 2024.
Keputusan tersebut diumumkan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam acara Konsolidasi Pemenangan Partai Demokrat Dalam Pemilu 2024 di Ballroom Hotel Westin Surabaya pada Selasa (12/12/2023) malam dengan tema "Jatim Biru Indonesia Maju".
AHY menyampaikan rekomendasi secara langsung kepada Khofifah dan Emil, merekomendasikan Khofifah sebagai calon gubernur dan Emil sebagai calon wakil gubernur untuk periode 2024-2029.
Keputusan ini diambil setelah rapat Majelis Tinggi Partai yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat.
Dalam tanggapannya, Khofifah mengucapkan terima kasih atas dukungan dan rekomendasi yang diberikan oleh Partai Demokrat. Khofifah pun menunjukkan rasa terima kasihnya kepada SBY, AHY, dan seluruh jajaran Partai Demokrat.
Apakah Khofifah Saat Ini Masih di PKB?
Dalam pencalonan kembali Khofifah-Emil dalam Pilgub Jatim 2024, PKB belum memberikan pernyataan resmi. Namun, Wakil Ketua DPW PKB Jawa Timur Thoriqul Haq, menyebutkan isyarat dari PKB untuk mendukung Khofifah Indar Parawansa dalam Pilgub Jatim 2024 semakin kuat.
Thoriqul Haq menyatakan bahwa pemberian surat rekomendasi dari PKB kepada Khofifah untuk maju dalam Pilgub Jatim 2024 hanyalah menunggu waktu.
Pernyataan Thoriqul Haq juga mencatat bahwa beberapa partai lain, seperti PAN, Gerindra, dan Demokrat, telah secara resmi memberikan surat rekomendasi kepada Khofifah. Terkait hal ini, Thoriqul Haq menyebut bahwa momentum Pilpres juga memengaruhi keputusan beberapa partai untuk memberikan dukungan.
Khofifah memang masih tercatat sebagai anggota PKB kendati kerap berbeda pandangan dengan Cak Imin. Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid, menyatakan bahwa Khofifah hingga saat ini belum mengambil langkah keluar atau mengundurkan diri dari PKB sejak tahun 1999.
“Sampai detik ini belum ada pernyataan (Khofifah) keluar dari PKB,” kata Jazilul, di Surabaya seperti yang dikutip dari Kompas, Rabu (29/11/2023).
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Iswara N Raditya & Yonada Nancy