Menuju konten utama

Rabies yang Membunuh Itu Bisa Datang dari Kucing

Rabies tak hanya menular lewat anjing, tapi juga hewan mamalia lain seperti kucing.

Rabies yang Membunuh Itu Bisa Datang dari Kucing
Ilustrasi diserang kucing. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Rabies selama ini lebih sering dikaitkan sebagai penyakit yang berhubungan dengan gigitan anjing. Namun, nyatanya penyakit ini bisa menular melalui gigitan mamalia lain termasuk kucing. Rabies dikategorikan sebagai penyakit fatal karena menyerang saraf dan bisa mengakibatkan kematian, bagi hewan, maupun manusia.

Seorang pria dari Buckinghamshire, Inggris Raya bernama Omar Zouhri meninggal karena tertular rabies. Penyakit itu ia dapatkan dari gigitan kucing ketika berlibur di Maroko.

BBC menulis Zouhri sempat dibawa ke Rumah Sakit Stoke Mandeville sebelum akhirnya dipindah ke Rumah Sakit John Radcliffe, Oxford dan meninggal di sana. Kasus rabies termasuk langka di Inggris Raya. Dalam rentang tahun 2000 hingga 2017 hanya ada lima orang yang terinfeksi, itupun karena paparan hewan dari luar negeri.

“Public Health England (PHE) juga telah meminta wisatawan menghindari menyentuh hewan di negara-negara yang rawan rabies,” tulis laporan BBC.

Di dunia persentase kasus rabies tak bisa disepelekan. Seperti ditulis WebMD, setiap tahun ia memakan lebih dari 50 ribu korban jiwa dan terjadi di lebih 150 negara seluruh dunia. Anjing domestik bertanggung jawab atas 99 persen kasus penularan virus ke manusia. Namun bukan berarti penyebaran virus oleh hewan lain dapat diabaikan. Penyakit ini menyerang otak dan sumsum tulang belakang semua mamalia.

Wahid Fahri, dokter hewan yang bekerja di Food and Agriculture Organization (FAO), menjelaskan virus rabies dapat menular melalui beberapa cara. Jamaknya, ia ditularkan melalui gigitan dari hewan terinfeksi. Namun, pada kasus yang jarang terjadi, ia bisa juga menular melalui kontak air liur ke selaput lendir seperti mukosa mulut atau mata dan luka terbuka.

“Ketika gejala pada korban sudah muncul, penyakit ini 99 persen fatal. Menyebabkan kematian, tapi bisa dicegah,” katanya.

Caranya dengan vaksinasi hewan, vaksinasi tak hanya mencegah hewan tersebut terkena rabies, tapi juga mencegah mereka menularkan rabies ke manusia. Bahkan, hewan yang rajin divaksin ketika diduga tergigit hewan rabies lain harus mendapat peningkat vaksin dan diamati perilakunya selama 45 hari.

Rabies merupakan penyakit zoonosis yang umumnya menyerang populasi hewan liar, seperti kelelawar, anjing, kucing, rakun, dan rubah. Kucing yang tidak divaksin dan dibiarkan berkeliaran bebas punya risiko tinggi terinfeksi rabies. P

ada hewan, gejala infeksi rabies baru bisa terlihat dalam hitungan bulanan. Mereka akan mengalami perubahan perilaku, termasuk agresi, gelisah, lesu, kehilangan nafsu makan, disorientasi, lumpuh, kejang, bahkan kematian mendadak.

Untuk lebih meminimalkan risiko terinfeksi virus rabies, para ahli American Society for the Prevention of Cruelty to Animals (ASPCA), organisasi perlindungan hewan di Amerika menyarankan hewan peliharaan tetap berada dalam ruangan.

“Indonesia, termasuk Jakarta belum bebas rabies, makanya masyarakat harus diedukasi memberikan vaksin agar peliharaannya terhindar rabies,” kata Wahid.

Penularan ke Manusia

“Saya baru mendapat suntikan rabies ketiga,” kata Harry Surjadi sambil mengangkat kedua lengannya, saat bercerita kepada saya beberapa waktu lalu.

Ia mendapat empat jahitan akibat gigitan anjing tetangganya di tahun 2017 silam. Harry bercerita, anjing jantan itu sudah lama tidak terurus tuannya dan selalu menyambangi rumah Harry untuk meminta makan atau bermain dengan anjing peliharaan Harry.

Suatu sore saat Harry pulang kerja, ia melihat anjing tersebut tersangkut pagar. Harry berusaha membebaskannya. Namun, malang, si anjing panik dan mengigit kedua lengannya bergantian.

“Dapat lima kali vaksin dalam periode berbeda,” ungkap Harry. Tak lama setelah kejadian, anjing tetangganya menghilang dan diduga mati karena rabies.

Tidak ada perawatan atau obat untuk rabies setelah gejala penyakit ini muncul. Maka dari itu, perlu deteksi dini untuk menghentikan penyebaran virus rabies di dalam tubuh.

Laman Hopkins Medicine menyebut bahwa virus rabies akan menyerang sistem saraf pusat ketika memasuki tubuh hewan. Ketika infeksi telah mencapai otak, virus akan menggandakan diri lalu menyebar dari otak ke saraf dan berbagai organ.

Pada manusia, masa inkubasi virus sejak pertama terpapar dapat berkisar dari 5 hari hingga lebih dari setahun. Namun, rata-rata periode inkubasi memakan waktu sekitar 2 bulan.

Infografik Rabies Kucing

Beberapa gejala umum rabies pada manusia meliputi kecemasan, sakit kepala, dan demam. Ketika penyakit berkembang, korban akan mengalami halusinasi, kegagalan pernafasan, dan spasme otot sehingga membikin mereka susah minum atau menelan.

Ada beberapa langkah yang harus segera dilakukan ketika terkena gigitan atau air liur dari hewan liar penyebar rabies. Jika gigitan atau lukanya mengeluarkan darah, balutlah dengan perban atau handuk bersih untuk menghentikan pendarahan.

Langkah kedua, kucurkan air pada luka, biarkan selama lima menit dan cuci menggunakan sabun. Jangan menggosok luka karena dapat merobek jaringan, terakhir keringkan luka dan bebat.

“Setelahnya, bergegaslah pergi ke layanan kesehatan. Apalagi jika gigitan menimbulkan luka tusuk dalam dan terjadi di wajah, tangan, atau kaki,” demikian ditulis laman Hopkins Medicine.

Sebelum gejala berkembang, penularan rabies pada manusia dapat diobati dengan vaksin yang diberi segera setelah gigitan. Vaksin yang sama juga lazim direkomendasikan untuk kelompok berisiko tinggi seperti dokter hewan, aktivis, atau wisatawan yang berada di daerah rawan rabies.

Jangan tunggu gejala rabies datang saat terkena faktor risiko rabies. Seperti langkah Harry, bergegaslah melakukan vaksinasi rabies untuk menghentikan perkembangan virus di dalam tubuh.

Baca juga artikel terkait RABIES atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani