Indeks Inflasi

Bank Indonesia memprediksi nilai inflasi 2016 dapat berada pada level sekitar 3,2 persen secara year-on-year. Akan tetapi, faktor pendukung yang dapat menjaga inflasi di level rendah di 3,2 persen belum dapat mereka jelaskan.

Presiden Jokowi meminta kepada seluruh kepala daerah agar menjaga tingkat inflasi sehingga target plus minus 3,5 persen pada tahun ini tercapai dan diharapkan turun hingga di bawah dua persen.

Inflasi pada Juli 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen (mtm) dibanding Juni lalu sebesar 0,66 persen. Menanggapi hal tersebut, Darmin Nasution mengatakan kenaikan tersebut mencerminkan permintaan masyarakat tidak lesu.

Kepala Badan Pusat Statistik memaparkan, dua kelompok terbesar penyumbang inflasi pada Juli 2016 berupa tren konsumsi makanan dan transportasi saat Lebaran. Selain kenaikan pengeluaran untuk makanan, panjangnya masa arus balik dan arus mudik pada Lebaran juga turut memicu kenaikan inflasi dari transportasi dan jasa.

Selama Juli, ada 78 kota yang mengalami inflasi dan empat kota yang mengalami deflasi.

Pedagang melayani pembeli sejumlah komoditas Sembako di Pasar Bandarjo, Ungaran, Kabupaten Semarang. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi Juni 2016 sebesar 0,66 persen, sementara inflasi tahunan 3,45 persen dengan kontribusi terbesar berasal dari harga pangan dan tarif angkutan.

Bank Indonesia memperkirakan laju inflasi secara tahunan di 2016 akan berada pada rentang 3-4 persen atau lebih rendah dari target bank sentral 3-5 persen.

Dengan inflasi Juni 0,66 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-Juni 2016 sebesar 1,06 persen. Sementara itu, kenaikan tarif angkutan udara sejak awal Juni hingga menjelang musim arus mudik Hari Raya Idul Fitri 1437 Hjiriah, menjadi penyumbang terbesar inflasi.

Tim Pengendali Inflasi Daerah yang beranggotakan sejumlah dinas di bawah naungan pemerintah daerah setempat, Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi, dan Bank Indonesia menyelenggarakan pasar murah setiap hari di sejumlah pasar tradisional, seperti di Kediri. Di daerah, pemimpin turun langsung meninjau harga dipasaran.   

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Mei 2016 terjadi inflasi sebesar 0,24 persen setelah pada bulan April tercatat terjadi deflasi sebesar 0,45 persen.

Inflasi Mei 2016 diperkirakan menyentuh level 0,19 persen sehingga akan mendorong laju inflasi tahunan menjadi sekitar 3,3 persen. Posisi tersebut, dengan demikian, berada di bawah prediksi bank sentral dan pemerintah. Meskipun laju inflasi terjaga hingga tengah tahun, namun tekanan kenaikan harga beberapa komoditas barang makanan dengan harga yang bergejolak (volatile food) menjelang Ramadhan harus diwaspadai.

Harga tepung jagung di Venezuela, yang merupakan bahan utama untuk membuat makanan pokok masyarakat di negara tersebut, meningkat dengan tajam sebesar 900 persen menjadi 190 bolívar, seiring dengan inflasi yang terus meningkat di negara tersebut. Harga ayam juga diprediksi akan naik 13 kali lipat menjadi 850 bolívar.

BI Perwakilan DKI Jakarta mencatat tekanan inflasi di ibu kota pada April 2016 masih rendah yakni deflasi 0,27 persen dan akan berlanjut pada Mei 2016.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengungkapkan deflasi pada April 2016 yang sebesar 0,45 persen merupakan yang tertinggi sejak tahun 2000.

Laporan terbaru IMF mengatakan bahwa ketegangan politik Brasil menghambat pemulihan investasi dan kegiatan ekonomi negara itu.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar para kepala daerah mengendalikan kepala dinas dalam realisasi anggaran untuk mendorong perekonomian daerah. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi dan inflasi daerah mempengaruhi kondisi nasional.

Tim Pengendali Inflasi Daerah mencatat Kabupaten Jember mengalami inflasi sebesar 0,07 persen atau terendah selama lima tahun terakhir pada Maret 2016.

Badan Pusat Statistik  mencatat laju inflasi nasional pada Maret 2016 sebesar 0,19 persen. Penyumbang terbesar adalah bawang merah dan cabai. BPS mencatat bila harga dua komoditas itu dijaga maka pada April kemungkinan terjadi deflasi.

Ekonomi Brasil mencatatkan kinerja terburuknya dalam 25 tahun terakhir setelah lembaga statistik negara (IBGE), melaporkan penurunan ekonomi sebesar 3,8 persen pada 2015.

Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan bahwa deflasi pada bulan Februari 2016 sebesar 0,09 persen merupakan yang kedua kalinya dalam setahun terakhir, setelah deflasi Februari 2015 sebesar 0,36 persen.