Menuju konten utama

#100ribudapatapa, Ternyata Dapat Banyak Pak Sandi!

Jika nominal uang empat tahun lalu dibandingkan dengan Rp100 ribu saat ini, kita justru bisa mendapat jumlah barang lebih banyak di tahun ini terutama beras.

#100ribudapatapa, Ternyata Dapat Banyak Pak Sandi!
Bakal Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno mencoba olahraga panah di sela-sela kegiatan dialog dengan sejumlah komunitas dan pengusaha muda di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (13/9/2018). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/kye/18

tirto.id - “Di Pekanbaru, Ibu Lia cekcok sama suaminya gara-gara uang belanja dikasih Rp100 ribu pulang cuma bawa bawang sama cabai.”

Calon wakil presiden, Sandiaga Uno pada 7 September 2018 lalu bercerita tentang protes masyarakat terkait kenaikan dolar. Katanya, seorang ibu mengeluhkan harga barang-barang pokok melambung tinggi, membuat ia tak bisa membeli ragam kebutuhan selain bawang dan cabai. Bahkan para pedagang “curhat” harus memangkas volume tahunya untuk menekan kenaikan harga.

“Tempe sekarang sudah dikecilkan. Dan tipisnya sama kayak kartu ATM,” katanya.

Alih-alih mengesampingkan kepentingan politis, ia menggoreng isu ekonomi dengan harapan mendapat simpati dari kalangan perempuan. Tapi miris, pernyataan Sandi jadi bumerang. Tak lama setelah viral, warganet beramai-ramai mengunggah ragam belanjaan, lengkap dengan rincian biaya, dan disertai tagar #100ribudapatapa. Aksi tersebut dilakukan untuk menangkis pernyataan Sandi yang dianggap tak sesuai kondisi riil.

Di Twitter misalnya, seorang bapak dengan akun @Michael_Laoly mengunggah belanjaan di sebuah supermarket di Jakarta. Dalam unggahannya daging ayam bagian dada dihargai sekitar Rp6.795 per 100 gram. Artinya, untuk membeli ayam satu kilo hanya diperlukan Rp67.950, kurang dari Rp100 ribu. Tagar #100ribudapatapa juga meramaikan jagad dunia Instagram, salah satu orang yang ikut serta adalah Sisca dengan akun Instagram @sisca_nug.

Karyawati swasta di Sidoarjo, Jawa Timur ini mengunggah gambar hasil berbelanja dari tukang sayur langganan. Isinya mencakup beras sebanyak 5 kg seharga Rp50 ribu, kangkung dua ikat Rp3 ribu, dua buah ikan pindang Rp8 ribu, tempe satu papan Rp2 ribu, tahu tiga kotak Rp3 ribu, satu plastik kerupuk seharga Rp3 ribu, apel 1 kg Rp10 ribu, cabai Rp2 ribu, wortel empat buah Rp3 ribu, satu buah timun dan dua jeruk nipis Rp3 ribu, dan kentang 1 kg Rp12 ribu. Total belanjaannya adalah Rp99 ribu.

“Itu bisa untuk tiga orang selama tiga hari. Berasnya malah bertahan sampai tiga minggu,” ujarnya kepada Tirto.id.

Selain Sisca, warganet dengan akun Instagram @tisathose juga melakukan aksi sama. Ibu rumah tangga bernama lengkap Oktiesa Dinny Dewitya (28) ini mengunggah gambar bahan pangan yang ia susun sedemikian rupa dalam satu tampah. Isinya berupa telur ayam 1 kg Rp22 ribu, ¼ kg kerupuk krecek Rp18 ribu, bawang putih Rp4 ribu, kentang kupas Rp6 ribu, wortel Rp3 ribu, jagung Rp2 ribu.

Dari belanjaan Tiesa terbukti bahwa cabai masih bisa dibeli hanya dengan uang Rp3 ribu per 1 ons. Belanjaan lainnya termasuk bayam 1 ikat Rp3 ribu, jamur tiram Rp3 ribu, tauge Rp3 ribu, ½ kg ikan tongkol asap Rp28 ribu, kapri Rp4 ribu, tempe 10 bungkus Rp2 ribu, seledri Rp2 ribu, dan ragam bumbu dapur Rp4 ribu. Dengan jumlah belanjaan sebanyak itu, Tiesa hanya menghabiskan uang sebanyak Rp107 ribu.

“Ini bisa untuk tiga hari lah, tapi masak sendiri. Kalau jajan sekali makan bisa Rp30 ribuan.”

Namun harga tersebut belum juga ditambah beras, minyak, dan ragam bumbu yang dibeli bulanan. Tiesa juga menggarisbawahi bahwa harga bahan pangan di daerahnya, Purwokerto, bisa jadi berbeda dengan daerah lain.

Infografik 100ribudapatapa

Yang Beda dari Rp100 ribu Empat Tahun Lalu

Tirto menelusuri tingkat kemasyhuran aksi #100ribudapatapa dengan menggunakan platform analitik keyhole.co. Tingkat keterjangkauan (reach) tagar #100ribudapatapa di dua media sosial Twitter dan Instagram mencapai lebih dari 100 ribu, sementara tingkat engagement tagar tersebut mencapai 76.351. Jumlah tersebut didasarkan pengecekan pada 13 September 2018 pukul 15.46 WIB. Antara rentang 8-13 September 218, jumlah perhatian paling tinggi terhadap tagar tersebut ada pada tanggal 9 September 2018, satu hari setelah Sandi melontarkan pernyataannya.

Pada media sosial Twitter, terdapat lima akun paling berpengaruh dalam meramaikan hastag, di antaranya adalah @nongandah yang bernama lengkap Nong Andah Darol Mahmada. Ia adalah istri dari Mohamad Guntur Romli, Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dengan 8 unggahan, ia memiliki 363.360 impression dan 531.513 exposure. Empat akun lain adalah @elfizal, @yusuf_dumdum, @familydetectif, dan @ranupsprosandi, masing-masing melakukan satu unggahan dengan tingkat impression berturut-turut 19 ribu, 15 ribu, 12 ribu, dan 10 ribu.

Sementara di Instagram, akun-akun yang memberi pengaruh adalah @indozone.id. Hanya dengan 1 unggahan, ia mendapat impression 2,83 juta. Selanjutnya @merdekadotcom dengan 1 unggahan menghasilkan impression 193.958; @goesde.kakek dengan 2 unggahan dan impression 15.616; @_yusufmuhammad_ dengan satu unggahan dan impression 6.763; lalu kembali @nongandah dengan 3 unggahan dan impression 4.554.

Mendapati reaksi mayarakat berbanding terbalik dengan pernyataannya, pada tanggal 11 September 2018 Sandi memberi klarifiasi. Sambil berdalih ucapannya merupakan curahan hati masyarakat, ia meminta masyarakat berpikir ulang tentang kenaikan dolar dengan membandingkan harga saat ini dengan harga beberapa tahun lalu.

“Bandingkan dengan empat tahun lalu, 100 ribu dapat apa, sekarang dapat apa.”

Tim riset Tirto kemudian mengolah data inflasi dari tahun 2014 hingga 2018 bersumber dari situs resmi BPS. Nominal Rp100 ribu saat ini setara dengan Rp84.074 di 2014 dengan tingkat inflasi per Agustus adalah 3,99 persen. Nominal itu bisa untuk membeli 10,53 kg beras kualitas medium yang harganya berkisar Rp8.009 per kg.

Setahun kemudian, dengan inflasi 7,18 persen, Rp100 ribu setara dengan Rp87.428 yang bisa membeli beras kualitas menengah seberat 10 kg. Pada 2016 dengan tingkat inflasi 2,79 persen, nominal uang yang setara adalah Rp93.706. Dengan harga beras Rp8.900,90 per kg maka beras yang didapat adalah 10,53 kg.

Tahun lalu, dengan tingkat inflasi 3,82 persen, nominal uang yang setara adalah Rp96.320 yang bisa dipakai membeli 10,92 kilogram beras seharga Rp8.823 per kg. Tahun ini, tingkat inflasi adalah 3,20 persen dan uang Rp100 ribu bisa membeli 10,9 kg beras kualitas sedang yang harganya Rp9.172 per kg.

Artinya jika nominal uang empat tahun lalu dibandingkan dengan Rp100 ribu saat ini, kita justru bisa membeli beras lebih banyak di tahun ini. Perbandingan yang diucap Sandi jelas tidak relevan karena tidak mempertimbangkan inflasi dan harga barang di tahun yang berbeda.

Baca juga artikel terkait NILAI RUPIAH atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Nuran Wibisono