tirto.id - Peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) pada Senin (24/2/2025), memicu reaksi beragam di kalangan pelaku pasar. Sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) terbesar di dunia yang mengelola aset lebih dari 900 miliar dolar AS atau setara dengan sekitar Rp14.715 triliun, respons pasar terhadap peluncuran ini cenderung negatif, ditandai dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (ISHG).
Sebelum diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto, IHSG sempat menguat hijau di level 6.803 pada pembukaan perdagangan pagi pukul 09.00 WIB. Namun tak berlangsung lama, IHSG justru bergerak fluktuatif berada di zona merah hingga penutupan perdagangan.
Berdasarkan grafik RTI Business yang dilihat Tirto, pukul 11.00 WIB atau selepas pidato Prabowo dalam peluncuran Danantara, IHSG berada di level 6.766 (-0,53 persen). Sebanyak 333 saham melemah, 220 menguat, dan 223 stagnan.
Indeks kembali melorot 55,77 poin (0,82 persen) ke level 6.747 pada sesi I penutupan atau pukul 12.00 WIB. Hingga penutupan sore pukul 16.00 WIB, IHSG masih tercatat merah atau berada di 6.749 (-078 persen).
Seharian, IHSG bergerak variatif dari batas bawah di level 6.732 hingga batas atas pada level 6.818 setelah dibuka pada level 6.803. Hingga penutupan sebanyak 351 saham tercatat melemah, 223 saham menguat, dan sisanya 218 stagnan.
Pilarmas Investindo Sekuritas melihat, pergerakan IHSG seiring dengan indeks saham Asia yang melemah di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan inflasi tinggi. Sentimen negatif ini dilatarbelakangi indikator ekonomi yang menunjukkan penurunan aktivitas bisnis atau US PMI Composite turun dari sebelumnya 52,7 menjadi 50,4. Sehingga ini mendorong pasar khawatir akan terjadi melemahnya permintaan sektor rumah tangga.
“Hal ini tidak terlepas dampak dari semakin suram menghadapi ketidakpastian ekonomi di tengah kekhawatiran akan langkah kebijakan lebih lanjut oleh Presiden AS Donald Trump, yang telah mengusulkan serangkaian tarif,” tulis Pilarmas dalam risetnya, Senin (24/2/2025).
Sementara dari dalam negeri, dipengaruhi oleh aksi jual investor asing masih membebani IHSG pada Senin ini. Outflow investor asing masih menjadi sentimen berdasarkan data net sell asing di pasar reguler sebesar Rp683 miliar.
Pergerakan indeks dipengaruhi pula oleh peluncuran BPI Danantara. Pasar berharap pembentukan BPI akan memberikan kontribusi positif bagi ekonomi dalam negeri, dan tidak terjadi distorsi pasar yang akan mendorong persaingan tidak sehat.
“Pasar juga diharapkan sejalan dengan komitmen presiden dalam mengelola BPI bebas korupsi. Tentunya pasar menantikan suatu pembuktian pembentukan BPI sesuai dengan tujuan dari pemerintahan Prabowo Subianto, ini merupakan harapan pasar di saat pro kontra pembentukan BPI,” papar Pilarmas.
Di sisi lain, pergerakan rupiah justru direspons positif oleh pasar. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat 0,02 persen atau 4 poin ke level Rp16.309 pada Senin ini. Penguatan ini berlanjut hingga pukul 11.00 WIB pasca Prabowo meluncurkan Danantara sampai penutupan perdagangan sore, di mana rupiah tercatat Rp16.203.
Setelah bergerak sideways seharian dan sempat menyentuh level terlemah di Rp16.318 per dolar AS dalam intraday trading, rupiah tetap menguat 0,18 persen di level Rp16.275 dolar AS.
Analis mata uang, Ibrahim Assuaibi, menilai dari faktor internal penguatan rupiah tidak lepas dari peluncuran Danantara. Sementara dari sisi eksternal dipengaruhi oleh kekhawatiran belanja swasta di Amerika Serikat yang melambat, di mana itu merupakan pendorong utama ekonomi terbesar di dunia.
“80 persen dipengaruhi eksternal [20 persen internal]. Tadi pagi sempat gap down,” ujar Ibrahim dalam analisanya, Senin (24/2/2025).
Pasar Tetap Akan Merespons Positif Danantara?
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mengatakan sejauh ini respons pasar terhadap Danantara secara keseluruhan memang masih cukup buruk. Ini ditandai dengan saham-saham emiten BUMN yang dikelola Danantara terpantau bergerak negatif merespons peluncuran Danantara.
Danantara diketahui mengelola tujuh aset BUMN besar meliputi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID, memang terpantau bergerak variatif.
“Sementara ini [respons pasar] buruk, semoga dalam waktu dekat Danantara berhasil membangun trust,” jelas dia kepada Tirto, Senin (24/2/2025).
Mengutip Google Finance hingga penutupan perdagangan BMRI tercatat turun 0,99 persen ke Rp5.025 per saham dari penutupan sebelumya Rp5.075 per saham. Penurunan juga terjadi pada BBNI. Saham BBNI turun 2,33 persen dari Rp4.300 per saham sebelumnya menjadi Rp4.200 per saham.
Pelemahan ini diikuti TLKM. Saham Telkom Indonesia menjadi Rp2.600 per saham pada penutupan perdagangan Selasa kemarin. Posisinya turun sekitar 1,89 persen dibandingkan penutupan sebelumnya Rp2.650 per saham.
Di sisi lain, Analis dari Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, melihat ambisi pemerintah dalam pembentukan SWF - Danantara memiliki target yang positif untuk pasar dan investor. Sebab pembentukan ini dengan harapan adanya dampak ekonomi yang salah satunya berkontribusi pada pertumbuhan PDB 8 persen di 2029
“Target menjadi top SWF global diharapkan menjadi pendorong peningkatan kepercayaan investor global di Indonesia. Jika berkaca dari Temasek, terbukti dari beberapa krisis, SWF mampu menjaga ketahanan ekonomi Singapura dan memiliki peran strategis,” jelas dia kepada Tirto, Senin (24/2/2025).
Oktavianus meyakini keberhasilan pengelolaan oleh Danantara akan dapat mendorong aliran investasi yang lebih besar. Terlebih jika Danantara juga aktif dalam inisiatif global maka dapat meningkatkan profil Indonesia di keuangan internasional, sama halnya yang dilakukan oleh Temasek Singapura.
Meski demikian, ada beberapa tantangan, khususnya terkait governance yang di mana rencananya Danantara tidak berada dibawah pengawasan Badan Pengawasan Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jika melihat pada SWF lainnya, seperti Temasek yang memang diawasi oleh parlemen melalui presiden dan diaudit oleh auditor independen.
“Sehingga kami juga masih menantikan secara resmi terkait kontrol Danantara untuk tetap menjaga transparansi dan akuntabilitas,” jelas dia.
Namun pada akhirnya, ia tetap meyakini pasar saham akan merespons positif terkait pembentukan Danantara. Mengingat entitas baru ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutannya.
Klaim Prabowo: Danantara Bisa Diaudit oleh Siapapun
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo mengeklaim Danantara dapat diaudit oleh siapapun. Sebab, hasil investasi Danantara diklaim diperuntukkan untuk anak cucu Indonesia. Oleh karena itu, menurut Prabowo, Danantara harus dikelola dengan transparan. Masyarakat pun diminta mengawasi Danantara.
“Untuk itu, [Danantara] harus dikelola dengan sebaik-baiknya, dengan sangat hati-hati, dengan sangat transparan, dengan saling mengawasi," ucapnya saat peluncuran Danantara di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (24/2/2025).
“[Danantara] harus bisa diaudit setiap saat oleh siapapun. Karena ini, sekali lagi, adalah milik anak dan cucu kita, milik generasi penerus bangsa Indonesia," lanjut dia.
Dalam kesempatan yang sama, Prabowo membuka pintu kerja sama antara pemerintah pusat dengan pihak yang hendak berinvestasi di Danantara. Mantan Menteri Pertahanan RI ini pun berharap investor asing dapat berinvestasi di Danantara.
“Saya berharap rekan global kami menyadari potensi Indonesia, yang tidak cuma sebagai negara berkembang, tapi negara yang stabil dan maju bersama," kata Prabowo.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz