Menuju konten utama

Puluhan Pengungsi Gempa Palu Keracunan, DPRD Sulteng Kritik Pemda

Puluhan pengungsi gempa Palu mengalami keracunan yang diduga sebab mengonsumsi nasi bungkus bantuan dari orang tak dikenal. DPRD Sulteng berencana mengusut kasus ini hingga tuntas. 

Sejumlah tenda pengungsian didirikan warga di pinggir pantai bekas terjangan gelombang tsunami yang telah ditetapkan sebagai kawasan berbahaya di Pantai Talise Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (4/1/2019). ANTARA FOTO/Basri Marzuki

tirto.id - Puluhan pengungsi di Kota Palu, Sulawesi Tengah mengalami keracunan pada Sabtu kemarin. Para pengungsi korban gempa di Kelurahan Kabonena dan Tipo, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu tersebut diduga mengalami keracunan usai memakan nasi bungkus pemberian dari orang yang kini belum diketahui identitasnya.

DPRD Sulawesi Tengah (Sulteng) menilai kasus ini membuktikan kinerja buruk pemerintah daerah setempat dalam menangani pengungsi gempa Palu. Hal ini disampaikan Ketua Pansus Pengawasan Penyelenggaraan Penanganan Bencana (P3B) DPRD Sulteng Yahdi Basma.

"36 pengungsi, baik anak-anak maupun orang dewasa, keracunan makanan di shelter pengungsian Kapsul Kabonena dan Lapangan Mister Tipo, adalah fakta yang menunjukkan lemahnya koordinasi pemerintah daerah terkait penanggulangan bencana di Palu, Sigi dan Donggala," kata Yahdi pada Minggu (20/1/2019) seperti dilansir Antara.

Dia mencatat, sampai Minggu siang, 17 pengungsi yang mayoritas anak-anak masih harus dirawat di RSUD Anutapura akibat mengalami keracunan.

Yahdi menyatakan salah satu pengungsi mengaku baru saja menjalani pemeriksaan kesehatan rutin oleh tim dokter sebelum menyantap nasi bungkus yang membuatnya keracunan.

Pengungsi bernama Muria itu, kata Yahdi, mendapat 2 nasi bungkus dengan lauk ikan suir yang ia makan bersama cucunya. Menurut Yahdi, pengungsi itu mengatakan ia dan cucunya mengalami pusing, mual-mual dan muntah beberapa kali usai mengonsumsi nasi bungkus tersebut.

"Ada aroma bau basi dari makanan itu. Tetapi mereka tetap makan dua bungkus," kata Yahdi.

Dia menambahkan tim dokter RSUD Anutapura sudah menerima sisa-sisa makanan yang memicu keracunan pengungsi itu untuk diperiksa di laboratorium.

"Hari ini hasil [tes] laboratorium atas bukti-bukti sisa makanan sudah bisa diterima untuk melihat jenis [bahan pemicu] keracunan yang terkandung di makanan tersebut," ujar Yahdi.

Berdasar Perda Provinsi Sulteng Nomor 3 Tahun 2013, kata Yahdi, pemda memiliki kewenangan untuk mendorong dan memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam membantu pengusngsi bencana. Karena itu, dia berencana meminta Pemprov Sulteng menyerahkan data individu maupun lembaga yang memberi bantuan ke sejumlah shelter pengungsi gempa Palu.

"Dari mana lembaga [pemberian bantuan] itu, bagaimana perkembangannya dan lain-lain. Jika data-pun tidak ada, ya memang miskoordinasi. Apalagi saya dengar bahwa mobil yang mengantar makanan tersebut bernopol merah," ujar Yahdi.

Dia menegaskan DPRD Sulteng akan mengusut tuntas jasus ini. Selain itu, dia mengimbau relawan dan lembaga pemberi bantuan memberikan bahan pangan mentah ke pengungsi untuk mencegah kasus serupa terulang.

"Kita juga berempati kepada relawan dan mengucapkan terimakasih, tetapi memberi bantuan sebaiknya bahan makanan mentah, misalnya beras, telur dan lain-lain," kata Yahdi.

Baca juga artikel terkait GEMPA PALU

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom
-->