Menuju konten utama

Pro dan Kontra Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan

Berikut adalah pro dan kontra kehadiran ChatGPT dalam dunia pendidikan.

Pro dan Kontra Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan
Ilustrasi - Seminar ChatGPT UPH. (FOTO/Dok.UPH)

tirto.id - Magister Ilmu Komunikasi (MIKOM) Universitas Pelita Harapan (UPH) mengadakan seminar online yang membedah pro dan kontra kehadiran ChatGPT dalam dunia pendidikan pada tanggal 1 April 2023.

Seminar berjudul “Unravelling the Mystery of ChatGPT” itu menghadirkan Ir. Tony Seno, M.Ikom, praktisi di bidang Information Technology and Policy Advocate dan Dr. Fitzerald K. Sitorus, S. Sos., S. Fil., Dosen Ilkom UPH.

ChatGPT adalah sebuah teknologi kecerdasan buatan yang mampu melakukan percakapan secara otomatis dengan manusia menggunakan bahasa alami. Dengan kemampuannya yang semakin berkembang, ChatGPT dapat membantu banyak orang dalam berbagai bidang, seperti edukasi, bisnis, atau kesehatan.

ChatGPT dikembangkan oleh Open AI, sebuah lembaga penelitian AI yang berbasis di San Fransisco. Lembaga penelitian ini didirikan pada tahun 2015 dan dikelola oleh beberapa ahli teknologi dan pengusaha, termasuk Elon Musk.

Dengan kecerdasannya, ChatGPT dapat membantu memudahkan pekerjaan manusia yang berhubungan dengan teks atau tulisan seperti menulis surat, copywriting, menulis esai, makalah, buku, hingga tugas akhir kuliah seperti skripsi, tesis, disertasi, dan artikel ilmiah.

Pro dan Kontra ChatGPT di Dunia Pendidikan

Ir. Tony menyatakan bahwa keberadaan ChatGPT mendorong terciptanya berbagai kemajuan yang sangat luar biasa dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Namun, ia juga mengingatkan bahwa tidak semua informasi atau jawaban yang diberikan oleh ChatGPT itu benar.

ChatGPT hanya dapat menghasilkan sesuatu berdasarkan input yang disuplai kepadanya. Oleh karena itu, penting untuk tetap melakukan verifikasi dan validasi informasi yang diberikan oleh ChatGPT sebelum menggunakannya.

Selaras dengan Ir. Tony, Dr. Fitzerald juga menyatakan bahwa pada dasarnya AI hanya dapat menghasilkan sesuatu berdasarkan input yang diberikan.

“ChatGPT dibuat berdasarkan informasi dari internet seperti Wikipedia, sehingga dapat mengandung kesalahan, bias, tidak akurat, dan tidak paham konteks,” kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto, Rabu, 12 April 2023.

“Selain itu, ChatGPT tidak memiliki kemampuan reflektif untuk menyadari bahwa ia sedang melakukan sesuatu atau self-consciousness. Oleh karena itu, ia tidak dapat menghasilkan sesuatu dari pikirannya sendiri, seperti memiliki ide atau imajinasi,” lanjutnya.

Ir. Tony memberikan tiga trik untuk meminimalkan informasi yang kurang akurat dari ChatGPT sehingga bisa dimanfaatkan dengan lebih baik:

  • Membuat permintaan yang spesifik, jelas, dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sama umum.
  • Memberikan konteks yang spesifik mengenai topik yang diminta.
  • Memberikan perintah dalam bentuk kalimat aktif dan meminta jawaban yang mendetail.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN

tirto.id - Pendidikan
Sumber: Siaran Pers
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya