Menuju konten utama

Popularitas Bukan Jaminan Kaesang Bakal Moncer di Pilkada Jateng

Popularitas Kaesang dalam sejumlah survei belumlah cukup menjadi modal untuk mengusungnya dalam Pilkada Jateng 2024.

Popularitas Bukan Jaminan Kaesang Bakal Moncer di Pilkada Jateng
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep menyampaikan orasi saat kampanye terbuka di Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (27/1/2024). Dalam kampanye tersebut Kaesang mengajak seluruh masyarakat memberikan suaranya untuk kader PSI dan pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada pemilu 2024 mendatang. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc.

tirto.id - Nama Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, belakangan ini rajin nongol di sejumlah hasil survei elektoral bakal calon gubernur Jawa Tengah (Jateng). Tak sekadar nampang, putra bungsu Presiden Jokowi itu juga selalu bertengger di pucuk dalam simulasi nama dan jajak popularitas.

Kendati demikian, sejumlah pihak memandang jalan Kaesang akan penuh sandungan jika betul-betul maju di Pilkada Jateng.

Hasil survei sekilas memang menunjukkan Kaesang unggul di atas kertas. Misalnya, survei terbaru yang dirilis Indikator Politik Indonesia, Minggu (7/7/204), yang menunjukan nama Kaesang selalu ada di posisi pertama dalam simulasi nama potensial bacagub Jateng.

Dalam simulasi 20, 10, 8, hingga 6 nama potensial, nama Kaesang bertengger di urutan satu. Survei ini dilakukan secara tatap muka terhadap 800 responden pada 10-17 Juni 2024.

Dalam simulasi 20 nama, Kaesang memimpin dengan persentase suara 17,7 persen. Di daftar lima besar, ada nama Ahmad Luthfi (15,6 persen), Taj Yasin Maimoen (12,8 persen), Bambang “Pacul” Wuryanto (6 persen), dan Dico Ganinduto (5,6 persen) yang mengekor di belakang Kaesang.

Nama Kapolda Jateng, Ahmad Luthfi, selalu menempel Kaesang di urutan kedua. Bahkan, bila Kaesang tidak diikutsertakan dalam simulasi 4 nama, Ahmad Luthfi-lah yang bertengger di pucuk.

Hasil survei yang sama juga menunjukkan Kaesang masuk dalam lima besar dalam simulasi top of mind yang bersifat terbuka. Berbeda dari simulasi lainnya, nama Ahmad Luthfi adalah kampiun pertama dalam top of mind warga Jateng. Namun, jika dibandingkan dari segi popularitas, Kaesang masih tetap unggul dengan hasil mencapai hampir 85 persen.

Kaesang cuma kalah dari pesohor Raffi Ahmad yang popularitasnya mencapai 85,5 persen. Namun, Raffi tak masuk hitungan karena dianggap bukan nama yang potensial masuk bursa bakal cagub Jateng. Sementara itu, tingkat popularitas tokoh potensial lainnya masih di bawah 50 persen.

Hasil survei yang tak jauh beda juga sempat dipaparkan Lembaga Survei Indonesia (LSI). Ahmad Luthfi menduduki posisi pucuk dengan raihan suara 5,2 persen dalam simulasi top of mind. Setelahnya, ada Kaesang Pangarep (2,5 persen) serta Ketua DPD Jateng Partai Gerindra, Sudaryono, di urutan ketiga (2,1 persen).

Namun, saat simulasi enam nama tokoh potensial, Kaesang justru melesat ke urutan pucuk. Kaesang mendapatkan potensi elektabilitas teratas dengan angka 25,6 persen. Setelahnya, ada Ahmad Luthfi (16,1 persen), Taj Yasin (13,4 persen), dan Bambang Pacul (9,7 persen).

Kunjungan Kaesang Pangarep di Semarang

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep (tengah) menjawab pertanyaan peserta saat berbicara dalam acara pelatihan koperasi anak muda di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (13/1/2024).ANTARA FOTO/Makna Zaezar/nz

Popularitas Bukan Jaminan

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, dalam konferensi pers daring pada Minggu (7/7/2024), menyatakan bahwa peta politik Pilkada Jateng masih seperti lapangan terbuka. Artinya, belum ada tokoh yang memiliki elektabilitas dominan—bahkan Kaesang sekali pun.

Meski populer, tak ada jaminan bahwa Kaesang bakal menang mudah di Jateng. Pasalnya, selisih elektabilitasnya dengan tokoh-tokoh potensial lain masih dalam kisaran margin of error.

“Terlihat dari hasil simulasi top of mind, belum ada tokoh yang elektabilitasnya lebih dari 10 persen,” ucap Burhanuddin.

Sementara itu, popularitas Kaesang justru bisa menjadi sandungan sendiri untuknya. Pasalnya, cuma tersisa ruang sempit untuk memperkenalkan dirinya kepada warga Jateng. Sementara itu, tokoh-tokoh lain malah punya kesempatan besar menggenjot elektabilitas dengan cara mengerek popularitasnya yang masih rendah saat ini.

“Meskipun Kaesang sementara unggul, tapi kalau dia maju itu bukan jaminan dia akan menang mudah. Karena, rival yang lain kemungkinan besar bisa menyalip dengan modal besar menaikkan popularitas,” jelas Burhanuddin.

Hasil survei juga menunjukkan bahwa popularitas dan elektabilitas Kaesang tak bisa dilepaskan dari pengaruh sang ayah, Presiden Joko Widodo. Terbukti bahwa pemilih Kaesang mayoritas mempertimbangkan memilih dirinya karena berasal dari keluarga tokoh politik.

“Jadi, faktor Jokowi menjelaskan sangat kuat kenapa Kaesang sangat unggul di Jateng, meskipun secara statistik tidak jauh dengan Ahmad Luthfi,” lanjut Burhanuddin.

Kaesang hadiri jalan santai di Madiun

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep menyapa warga saat memberangkatkan peserta jalan santai di Kota Madiun, Jawa Timur, Minggu (3/12/2023). ANTARA FOTO/Siswowidodo/aww.

Batu Sandungan Kaesang

Mengandalkan efek Jokowi semata ternyata bisa menjadi risiko besar bagi Kaesang di Pilkada Jateng 2024. Pasalnya, masa jabatan Jokowi akan berakhir pada Oktober mendatang. Hal itu berpotensi memudarkan efek katrol bagi pencalonan si bungsu. Hal ini disampaikan oleh analisis politik Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo.

“Apakah kekuasaan atau pengaruh Pak Jokowi masih tetap ada begitu dianya turun di bulan Oktober. Dan itu bisa jadi berpengaruh juga terhadap kemenangannya Mas Kaesang,” kata Kunto kepada reporter Tirto, Senin (8/7/2024).

Terlebih, hasil survei yang ada menunjukkan bahwa masyarakat Jateng cenderung memilih tokoh karena belum mengenal bakal calon lainnya. Maka tidak mengagetkan bila popularitas Kaesang tinggi. Pasalnya, dia sendiri sudah memposisikan diri sebagai tokoh politik nasional.

Alasan reponden menyebut nama Kaesang pun dianggap karena dirinya merupakan anak Presiden Jokowi.

“[Dalam survei] Biasanya pemilih kalau ditanya, ya akan menjawab yang paling populerlah, masih yang paling nempel di pikiran mereka,” ujar Kunto.

Di sisi lain, pisah jalan antara Jokowi dan PDIP berpotensi besar menjadi sandungan lain jika Kaesang maju di Pilkada Jateng. Jateng sendiri merupakan basis kuat pemilih PDIP. Terbukti dari kemenangan telak PDIP di Jateng dalam palagan Pileg 2024.

“Kalau memang Kaesang kemudian dipasang di Jawa Tengah, maka PDIP akan melawan sekuat tenaga. Ini pasti karena PDIP enggak mau kandangnya diobok-obok,” ujar Kunto.

Konstelasi di kalangan elite parpol pun masih cukup cair dalam menentukan tokoh yang bakal diusung dalam Pilkada Jateng. Ketua DPP PDIP Puan Maharani, misalnya, sempat mengaku mempertimbangkan nama Kaesang untuk berlaga di Pilkada Jateng.

Belakangan, PDIP justru menunjukkan keinginan lebih kuat untuk mengusung kader-kadernya sendiri di Jateng. Nama-nama seperti Bambang Pacul, Hendrar Prihadi, hingga Utut Adianto disebut masuk dalam radar internal PDIP.

Utut sendiri menyatakan bahwa hasil akhir tetap akan dilakukan melalui rapat DPP PDIP. Meski begitu, dia tidak menampik nama Kaesang juga masuk pertimbangan.

“Tapi, yang diputuskan siapa itu nanti melalui rapat pimpinan DPP,” katanya, pada Rabu (3/7/2024) lalu.

Kaesang juga bakal dipertimbangkan oleh Partai Gerindra untuk diusung dalam Pilkada Jateng jika memang serius ingin berlaga. Keluarga Jokowi dinilai Gerindra punya andil yang besar atas kemenangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di Jateng pada Pilpres 2024.

“Kalau ada sinyal yang cukup kuat, misalnya yang bersangkutan [Kaesang] berkenan, tentu kami akan bahas di internal partai kami dan di KIM [Koalisi Indonesia Maju],” ujar Waketum Gerindra, Habiburokhman, di Jakarta, Selasa (2/7/2024).

Koalisi Indonesia Maju memang disebut-sebut masih akan tetap bekerja sama untuk Pilkada 2024 mendatang. Di Jateng, nama Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi, dan Ketum DPD Gerindra Jateng, Sudaryono, disebut-sebut akan disokong oleh gerbong parpol yang dekat dengan Jokowi ini.

Kendati demikian, masuknya Kaesang sebagai salah satu bakal cagub potensial di Jateng dinilai bisa membuat kompromi internal KIM akan alot.

Risiko Politik Dinasti

Analis politik dari Populi Center, Usep S. Ahyar, memandang bahwa masuknya nama Kaesang dalam bursa bakal cagub Jateng akan membuat KIM mengkaji ulang peluang politiknya. Menurut Usep, Kaesang sayangnya punya sejumlah kelemahan jika didorong maju.

Kaesang ini tergantung juga, ini juga sandungannya. Apalagi di koalisi pemerintahan nanti [KIM] tetep akur enggak? Kalau dinamika di pusat berubah, maka di daerah berubah,” ujar Usep kepada reporter Tirto, Senin (8/7/2024).

Terlebih, nama Kaesang sebenarnya terbilang hadir belakangan dibanding nama Ahmad Luthfi yang disebut-sebut juga dekat dengan Jokowi. Ditambah, popularitas tinggi Kaesang di sejumlah survei tak menjamin elektabilitas dia bakal ikut terkerek.

“Kaesang popularitas tinggi di survei bukan berarti sama dengan elektabilitasnya tinggi atau sama dengan menang. Buktinya adanya Kaesang di PSI juga tidak membuat mereka masuk parlemen,” terang Usep.

Usep menerangkan bahwa tokoh dengan popularitas tinggi bisa saja kalah melawan tokoh yang mampu mengerek elektabilitasnya melalui reputasi baik. Reputasi ini bisa berupa pengalaman di pemerintahan pusat atau daerah serta kegigihan untuk turun ke masyarakat.

“Pemilih yang memilih Kaesang berpikir dia dekat dengan pusat atau ada relasi pusat, walaupun reputasi pengalamannya bau kencur alias tidak punya reputasi. Bahkan dalam tanda petik dipaksakan hanya karena dia anak Jokowi,” ujar Usep.

Sementara itu, analis politik dari Saiful Mujani Research Consulting [SMRC], Saidiman Ahmad, menilai bahwa keunggulan Kaesang dalam sejumlah survei elektoral Pilkada Jateng hanya bersifat sementara. Sebab, belum muncul calon-calon lain dengan popularitas yang setara dengan Kaesang.

Jika peluang Kaesang di Pilkada Jateng hanya disandarkan pada aspek popularitas, dukungan terhadap dia belum cukup kokoh.

“Nama-nama lain masih punya potensi mengejar, terutama jika popularitasnya sudah setara. Sejauh ini, alasan utama pemilih Jawa Tengah menjatuhkan pilihan pada Kaesang adalah karena dia putra presiden dan karena belum munculnya nama lain yang dikenal,” terang Saidiman kepada reporter Tirto, Senin.

Menurut Saidiman, preferensi yang didasarkan hanya pada popularitas dan hubungan darah dengan tokoh populer tidak begitu kokoh karena masyarakat cenderung rasional dalam memilih. Jika muncul tokoh yang juga populer dan memiliki rekam jejak yang baik di Jateng, potensi suara Kaesang bisa tergerus cukup besar.

“Dalam studi yang kami lakukan, isu politik dinasti atau politik kekerabatan itu cenderung negatif di masyarakat. Hanya saja preferensi politik pemilih dasarnya tidak tunggal, faktor popularitas Jokowi di Jateng juga perlu diperhitungkan,” jelas Saidiman.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Politik
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Fadrik Aziz Firdausi