tirto.id - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa ia tidak akan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Pernyataan itu disampaikan Netanyahu kepada Presiden Perancis Francois Hollande menyusul kelanjutan penyelenggaraan konferensi perdamaian internasional Paris akhir Desember mendatang.
Sebelumnya, Netanyahu telah berkali-kali menolak usulan soal penyelenggaraan konferensi tersebut, menurut informasi yang dilansir dari Antara, Kamis (8/12/2016).
“[Atas penolakan itu], Perancis telah berupaya meyakinkan Netanyahu untuk melakukan pertemuan dengan Abbas di Paris guna menghidupkan kembali perundingan perdamaian yang hampir mati antara Israel dan Palestina,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault, Rabu (7/12/2016) waktu setempat.
Menurut sumber, Netanyahu mengatakan kepada Hollande bahwa kalau konferensi internasional di Paris ditiadakan, ia akan datang bertemu dengan Abu Mazen (Mahmoud Abbas) untuk berunding secara langsung tanpa prasyarat.
"Israel tidak akan berpartisipasi dalam konferensi internasional yang tidak memberikan sumbangan dalam (upaya) mencapai perdamaian," tambah Netanyahu. Namun, Paris berkukuh untuk menyelenggarakan konferensi.
Perancis berkeyakinan bahwa dengan membawa kedua pemimpin untuk bertemu Hollande satu hari setelah konferensi, pihaknya membuka kesempatan menjawab tuduhan-tuduhan bahwa prakarsa Perancis itu ditujukan untuk mencari penyelesaian secara multilateral.
"Kita harus menciptakan kondisi bagi penyelesaian dua-negara dan kami saat ini sangat bertekad untuk melakukan apa pun untuk mewujudkan inisiatif kita. Semakin cepat, semakin baik," kata Ayrault kepada para wartawan dalam jumpa pers bersama mitranya dari Spanyol, Alfonso Dastis.
Ayrault membenarkan bahwa undangan telah disampaikan kepada Netanyahu dan Abbas untuk berhadapan langsung melakukan pertemuan.
Para diplomat mengatakan Hollande juga berencana meminta Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk membahas masalah tersebut.
Juru bicara Abbas, Nabil Abu Rdainah, mengatakan Palestina menyambut baik "upaya-upaya Prancis untuk menyelamatkan proses politik yang goyah."
Prancis tahun ini telah berkali-kali berupaya menyuntikkan nafas baru ke dalam proses perdamaian dengan menyelenggarakan konferensi awal pada Juni.
Konferensi tersebut dihadiri perwakilan dari Perserikatan Bangsa-bangsa, Uni Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara utama Arab untuk membahas berbagai proposal, tanpa kehadiran pihak Israel ataupun Palestina.
Rencana yang diusung adalah mengadakan kelanjutan konferensi sebelum Natal dengan melibatkan Israel dan Palestina untuk melihat apakah kedua pihak bisa dibawa kembali ke meja perundingan.
Konferensi tingkat menteri luar negeri tersebut diarahkan untuk menyetujui pernyataan bersama yang akan menegaskan penyelesaian dua-negara berdasarkan perbatasan sebelum 1967 dan sesuai dengan resolusi-resolusi Dewan Keamanan, kata para diplomat.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari