Menuju konten utama

PM Hungaria Pakai Euro untuk Tangani Pandemi (dan Ambisi Politik)

Orbán, pemimpin sayap kanan Hungaria, memanfaatkan Euro 2020 untuk mempercepat penanganan pandemi sekaligus ambisi politik.

PM Hungaria Pakai Euro untuk Tangani Pandemi (dan Ambisi Politik)
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menyapa pendukungnya setelah pengumuman hasil sebagian pemilihan parlemen di Budapest, Hungaria, Minggu (8/4/2018), ANTARA FOTO/REUTERS/Leonhard Foeger

tirto.id - Portugal boleh berbangga hati menang 3-0 dari Hungaria pada laga perdana perhelatan Euro 2020, Selasa (15/6/2021). Tapi rakyat Hungaria punya hal lain yang bisa dibanggakan pada hari itu: Mereka membuktikan kepada dunia berhasil mengatasi Covid-19.

Di saat negara lain berjibaku menyediakan ruang aman di stadion tanpa takut Covid-19 dengan mengurangi kapasitas penonton, Puskás Aréna, Budapest malah jadi lautan suporter. Ketika itu penonton 67 ribu, setara kapasitas penuh stadion. Stadion Wembley yang bisa menampung 90 ribu penonton saja hanya memberi izin kepada 18.497 fans saat tim nasional Inggris melawan Kroasia pada Minggu (13/6/2021).

“Stadion yang penuh, atmosfernya benar-benar goyang. Ini luar biasa,” Matt Holland, komentator talkSPORT, menggambarkan bagaimana situasi Puskás Aréna saat Attila Fiola menjebol gawang Perancis dalam pertandingan kedua pada 19 Juni. Situasinya sama seperti pada pertandingan pertama. “Kamu bahkan tidak bisa mendengar diri kamu sendiri berpikir.”

Persyaratan menonton di Puskás Aréna tidak sulit. Siapa pun bisa masuk stadion jika sudah vaksinasi Covid-19 atau membawa surat tes usap yang hasilnya negatif dalam waktu 72 jam setelah kick-off.

Situasi di luar arena pertandingan serupa. Di jalan menuju stadion, rakyat Hungaria bebas bersorak, berkumpul, dan bernyanyi sebelum pertandingan segera digelar. Atmosfernya sama saja seperti hari-hari baik sebelum pandemi melanda dunia. Tidak ada lagi warga yang terpaksa menggunakan masker karena kebijakan itu sudah tidak lagi berlaku.

Sontak Puskás Aréna menjadi tanah impian para penggemar sepak bola yang ingin menyaksikan tim nasional mereka berlaga. Lars, pendukung tim nasional Jerman, tidak punya keistimewaan seperti rakyat Hungaria. Dia harus ikhlas menyaksikan laga di Allianz Arena, Munich dengan kapasitas penonton hanya 14.500 dan protokol kesehatan yang ketat.

“Yang menarik dari Euro adalah kesempatan untuk bepergian ke luar negeri, itulah yang suporter sejati lakukan. Tapi pertandingan Jerman di kandang berbeda, dipenuhi oleh pendukung karbitan yang menggambar wajahnya padahal mereka selama ini tidak peduli pada sepak bola,” kata Lars kepada DW. “Dan kalaupun kita punya tiket, duduk sendiri dan memakai masker sepanjang permainan bukanlah bayangan saya tentang sepak bola.”

Memanfaatkan Euro

Apa yang terjadi di stadion tak terlepas dari kebijakan Perdana Menteri, Viktor Orbán. Pada akhir Maret lalu, Presiden Hungaria Janor Ader mengesahkan rancangan UU yang memberikan kekuasaan luar biasa kepada Orbán, seorang politikus sayap kanan yang lengkap dengan segala kebijakan konservatifnya, selama masa pandemi.

Pada awal Maret, kondisi pandemi di Hungaria diperkirakan sudah mencapai gelombang ketiga. “Gelombang ketiga kuat, sangat, sangat kuat, dan lebih parah daripada gelombang kedua yang telah kita lewati,” kata Gergely Gulyas, Kepala Staf Perdana Menteri, dilansir Reuters.

Hampir 1/10 penduduk terkena Covid-19. Tercatat sampai 20 Juni 2021 adalah 807.428 kasus di negara tersebut dengan jumlah meninggal mencapai 29.950 jiwa. Dalam salah satu kesempatan, jumlah kasus sempat menanjak lebih dari delapan ribu dalam satu hari dengan jumlah tambahan orang meninggal sampai 172.

Hal ini membuat Orbán kembali menutup sebagian besar pertokoan, sekolah tatap muka, dan menerapkan lockdown.

Namun dia sadar Hungaria harus segera membuka perbatasan dari dunia luar untuk bisa mengatasi pertumbuhan ekonomi yang merosot hingga 5% dari tahun lalu.

Di sinilah dia melihat signifikansi Euro 2020. Salah satu sumber The Atlantic mengungkap bahwa Orbán menganggap Euro adalah momen penting mempercepat penanganan pandemi. Oleh sebab itulah dia menggenjot kewajiban vaksin jelang kompetisi sepak bola terbesar di Eropa itu. “Jika tidak ada Euro, mungkin akan ada aturan yang lebih ketat,” kata sumber tersebut.

Sebelum Euro 2020 dimulai, ia telah mewanti-wanti berupaya agar sebanyak mungkin orang bisa mendatangi stadion. “Setiap orang yang terdaftar pasti divaksinasi, dan dengan kartu vaksinasinya akan berkesempatan mengikuti acara ini,” katanya.

Hungaria adalah satu-satunya negara yang telah mengizinkan dan memakai vaksin dari dua negara sekaligus, Cina (Sinopharm) dan Rusia (Sputnik-V). Orban bahkan memberanikan diri membeli vaksin Sinopharm dengan harga yang lebih tinggi dari vaksin lain. Untuk 5 juta dosis, Hungaria bersedia membayar hingga 150 juta euro atau 30 euro per dosis. Sebagia pembanding, harga Pfizer-BioNTech hanya 15,5 euro dan AstraZeneca bahkan hanya 2,15 dolar AS per dosis. Sementara Vaksin Sputnik-V dibeli dengan harga sekitar 16,6 juta euro untuk 2 juta dosis.

Sputnik-V sebenarnya belum mendapatkan persetujuan dari European Medicines Agency (EMA) untuk diperjualbelikan di Eropa, tapi Hungaria membandel dengan alasan keadaan darurat. BBC melaporkan Eropa tidak mudah menerika vaksin Rusia atas landasan historis dan politik.

Tapi Orbán tidak peduli. Sementara negara Eropa lain masih mempertimbangkan dan menunggu promosi dari EMA, Hungaria sudah lebih dulu membuat perjanjian pada Maret 2021. Hungaria bahkan menargetkan pembuatan vaksin Sputnik-V dan Sinopharm secara mandiri.

Langkah cepat ini disertai dengan penyuntikan yang juga lekas. Pada April, baru tiga juta jiwa yang disuntik vaksin, tapi dua pekan sebelum Euro 2020 tercatat sudah lebih dari 5 juta yang divaksin atau setengah dari populasi negara Eropa Tengah itu.

Setelahnya pemerintah menghapuskan peraturan wajib memakai masker dan peraturan jam malam. “Kita dapat mengucapkan selamat tinggal pada masker kita,” kata Orbán lewat video yang diungah di Facebook. Batasan berkerumun diperbolehkan sampai 500 orang dan konser baik di tempat terbuka atau tertutup diperbolehkan sepanjang orang-orang sudah divaksin.

Demikian Hungarytodaymerangkum situasi beberapa waktu terakhir: “Hungaria telah berubah dari salah satu negara yang paling parah terinfeksi di Eropa menjadi salah satu yang kurang terpengaruh dalam hitungan pekan meskipun sebagian besar pembatasan telah dicabut.”

Namun bukan berarti penanganan pandemi di sana tanpa kendala. Hungarytoday melaporkan pada akhir Mei bahwa meski tingkat vaksinasi di sana adalah salah satu yang terbaik di dunia, namun kecepatannya perlahan melambat. Menurut Kantor Statistik Pusat Hongaria (KSH), sekitar 1,5 juta orang dewasa atau 18 persen dari populasi tidak mau menerima vaksin apa pun, padahal setidaknya pemerintah telah mengeluarkan duit 46 juta euro untuk kampaye promosi vaksinasi.

Hal ini pada akhirnya tetap membuat Hungaria tidak benar-benar keluar dari ancaman pandemi, apalagi saat ini varian dari India sedang mengganas.

Orbán dan Sepak Bola

Hungaria barangkali tak bakal seperti sekarang seandainya Orbán tidak sensitif melihat peluang dari sepak bola. Dan hal tersebut sebenarnya tidak mengejutkan mengingat dia adalah orang yang dekat dengan dunia tersebut.

Dalam tulisan di The Guardian berjudul Viktor Orbán’s Reckless Football Obsession, David Goldblatt dan Daniel Nolan bercerita bagaimana hubungan karib Orbán dengan sepak bola. Sebelum menjadi politikus dan pimpinan partai sayap kanan Fidesz seperti sekarang, Orbán adalah pemain bola profesional di FC Felcsút. Dia bahkan bisa ditemui di gim Football Manager pada 2006.

Setelah bergumul di dunia politik, Orbán tetap gemar menonton sepak bola. Dalam satu hari dia setidaknya pernah kedapatan menonton enam pertandingan.

Tidak heran kontributor The Independent, Jonathan Liew, menganggap sepak bola pula yang mengangkat nama Orbán bisa langgeng menjadi pemimpin Hungaria sampai 15 tahun lamanya. Dia bahkan memakai uang negara untuk membiayai akademi dan fasilitas sepak bola termasuk juga renovasi stadion-stadion yang digunakan untuk Euro 2020.

Infografik Viktor Orban

Infografik Viktor Orban. tirto.id/Quita

Menurut Liew, perhatian pada sepak bola itu bukan hobi semata bagi Orbán, melainkan untuk mengamankan suara. Sebagian pendukung Orbán pada 2010 berasal dari fans berat sepak bola dan mereka yang bekerja di sektor tersebut.

“Ada fungsi ganda yang bekerja di sini. Selain memanjakan hobi pribadi dan menciptakan jaringan patronase dan suap yang luas, Orbán juga membangun basis untuk dirinya sendiri,” catat Liew.

Perjalanan Orbán sebentar lagi akan berakhir pada 2022. Situasi semakin rumit karena enam partai oposisi di Hungaria membentuk koalisi dan setuju untuk melawan kekuasaan Orbán yang otoriter itu. Lalu, dalam beberapasurvei di pengujung 2020, Partai Fidesz kalah dari gabungan enam partai tersebut: MSZP, Demokratikus Koalíció, LMP, Párbeszéd, dan Jobbik.

“Untuk pertama kalinya dalam dekade terakhir, akhirnya ada kesempatan nyata bagi warga Hungaria untuk meruntuhkan pemerintahan Fidesz-KDNP yang korup dan penuh kebohongan,” bunyi pernyataan dari oposisi.

Sepak bola telah memainkan peran vital dalam karir politik Orbán. Sekarang, menjelang kejatuhan, ia melihat Euro 2020 sebagai jalan untuk memenangkan pemilu, selain tetap memainkan sentimen lawas seperti anti-LGBT dan anti-imigran.

Baca juga artikel terkait EURO 2020 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Rio Apinino