tirto.id - Permasalahan ancaman serangan siber di Indonesia dinilai sudah sangat serius. Menurut data Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (IDSIRTII) terdapat 48,8 juta serangan siber sepanjang tahun 2015.
Diperkirakan pada mendatang perang tidak hanya perang konvensional, tetapi juga perang propaganda melalui media internet dan serangan siber. Oleh karena itu, Indonesia harus mempunyai kekuatan untuk menangkal serangan siber yang mengancam ketahanan bangsa salah satunya dengan membentuk badan yang mengkoordinasikan keamanan siber.
Berkaitan dengan masalah tersebut, PT Pindad membentuk anak perusahaan PT Pindad Advance System untuk membangun pertahanan dan keamanan siber. PT Pindad merencanakan setiap peralatan tempur yang diproduksi akan dilengkapi dengan teknologi siber (cyber).
"Sebagai industri keamanan strategis, Pindad harus mulai membangun industri pertahanan yang berbasis digital," kata Deputi Direktur Utama PT Pindad, Achyarmansyah Lubis, seperti dikutip Antara, Selasa (1/11/2016).
Untuk membangun pertahanan dan keamanan siber itu, PT Pindad melibatkan berbagai sektor, akademisi, perangkat negara, komunitas siber dan industri teknologi siber.
Ia menjelaskan, riset teknologi menjadi bagian penting untuk segera melakukan transfer teknologi dalam lima tahun ke depan karena untuk menjaga kerahasiaan informasi, maka pertahanan siber harus diawasi sepenuhnya oleh tenaga ahli Indonesia.
"Kerahasiaan dan keamanan adalah kemenangan," ucapnya, menegaskan.
Pembentukan anak usaha PT Pindad itu juga disambut baik Dr Munawar Ahmad, dosen teknik informatika ITB. Munawar menilai, ke depan, semua senjata perang akan dilengkapi kemampuan siber, antara lain pengendalian jarak jauh, lebih akurat, mampu mengatasi medan lebih baik, dan mampu mengendalikan senjata lawan.
"Industri pertahanan Indonesia harus memulai penguasaan teknologi siber," katanya.