Menuju konten utama

PGE Dinilai Belum Mampu Realisasikan Peningkatan Kapasitas

Pengamat menilai PGEO terlalu optimistis dengan rencana peningkatan kapasitas terpasang sebesar 600 MW dalam waktu lima tahun.

PGE Dinilai Belum Mampu Realisasikan Peningkatan Kapasitas
Pekerja memperbaiki sumur KRH 4-1 saat proses pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) di Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Karaha, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (25/2/2020). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/aww.

tirto.id - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dinilai belum mampu merealisasikan rencana peningkatan kapasitas terpasang sebesar 600 MW dalam waktu lima tahun.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep) Bisman Bakhtiar menilai PGEO terlalu optimistis bahkan sesumbar dengan rencananya itu. Apalagi masih ada beberapa kebijakan pengusahaan panas bumi yang masih belum mendukung.

“Sangat sulit merealisasikan pengembangan 600 MW dalam waktu singkat karena kita tahu masih ada persoalan kebijakan soal harga jual, perizinan, masalah over supply listrik dan hal-hal dukungan lainnya,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (14/3/2023).

Dia menilai saat ini PGEO memiliki kapasitas sendiri sebesar 672 MW yang telah dikembangkan selama 40 tahun.Hal itu mengacu pada pembangunan PLTP Kamojang Unit-1 sebagai wilayah kerja pertama milik perseroan yang dibangun pada tahun 1983.

“Faktanya bisnis geothermal tidak menjanjikan dalam jangka waktu pendek,” tambah Bisman.

Melalui prospektusnya, PGEO secara terang-terangan menjelaskan pihaknya harus menanggung risiko tinggi dari proses eksplorasi. Hal ini menjadikan proses pemanfaatan serta pengembangan panas bumi akan berjalan lama, namun tetap diiringi risiko kegagalan yang juga tidak sedikit.

Sebagai contoh, perseroan telah mengebor sejumlah sumur di WKP Ulubelu yang ditargetkan dapat memasok uap ke unit pembangkit tambahan. Namun hasil dari sumur tersebut tidak memenuhi harapan perseroan.

Akibatnya, perseroan mengebor sumur tambahan, termasuk make-up well, untuk memastikan adanya pasokan uap yang cukup untuk menggerakkan pembangkit listrik.

Selanjutnya, di WKP Hululais, perseroan telah mengebor 10 sumur tambahan untuk memastikan pasokan uap yang cukup untuk menggerakkan pembangkit listrik. Adapun, tiga dari sumur tersebut mengalami permasalahan well integrity dan tidak layak dioperasikan secara komersial.

“Akibatnya, perseroan perlu mengamankan dan memperbaiki sumur tersebut, yang mengharuskan perseroan untuk mengeluarkan biaya tak terduga dan tidak terdapat jaminan bahwa perseroan tidak akan harus menangguhkan sumur-sumur lebih lanjut di masa depan,” tulis manajemen melalui prospektusnya.

Baca juga artikel terkait PGEO atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin