tirto.id - Baliho yang menampilkan foto anak Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres 2024 mulai menjamur di sejumlah wilayah. Sebagian baliho Gibran diduetkan dengan Prabowo Subianto, bakal capres dari Koalisi Indonesia Maju, ada juga baliho bergambar wali kota Surakarta itu sendirian.
Baliho tersebut bermunculan di wilayah yang menjadi basis PDIP, seperti Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Baliho yang menampilkan Prabowo dan Gibran, kerap diiringi wajah tersenyum simpul dengan narasi capres-cawapres 2024.
Di Jateng, baliho Prabowo-Gibran terpantau muncul di daerah Pati dan Sragen. Adapun di NTT, wajah keduanya terpampang di baliho yang ada di pusat kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai, NTT.
Berdasarkan pantauan Tirto, Senin (25/9/2023), baliho besar yang hanya menampilkan wajah Gibran seorang diri dengan narasi ‘wakil presiden Republik Indonesia 2024’ terpampang besar di perbatasan wilayah Magelang – Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hal tersebut yang membuat Ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Pareira sebelumnya merasa curiga ada manuver politik di balik menjamurnya baliho tersebut. Apalagi terdapat foto Prabowo bersandingan dengan Gibran Rakabuming. Andreas menilai, munculnya baliho tersebut sebagai bentuk upaya memecah belah PDIP.
“Karena kan bisa kelihatan baliho dipasang billboard itu kan ketahuan siapa yang memasang dan dari kelompok mana dan itu biasanya satu upaya khusus untuk framing tertentu dan membuat isu-isu baru,” ujar Andreas dalam wawancaranya, dilansir Kompas tv.
Prabowo merupakan bakal capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang disokong oleh Partai Gerindra, PAN, Golkar, PBB, Partai Gelora, Partai Demokrat, dan Partai Garuda. Sedangkan Gibran, merupakan kader dari PDIP sekaligus wali kota Solo. Pada Pilpres 2024, PDIP secara resmi mengusung Ganjar Pranowo.
Gibran Rakabuming Masuk Radar Cawapres Prabowo
Nama Gibran memang beberapa kali disebut berpotensi menjadi salah satu pendamping Prabowo dalam Pilpres 2024. Wakil Ketua Umum DPP Parrai Gerindra, Habiburokhman bahkan sempat mengungkapkan, gagasan itu muncul dari jejak pendapat yang melibatkan generasi milenial dan generasi Z. Mereka mendeklarasikan dukungannya agar putra Jokowi itu maju menjadi cawapres dari generasi muda.
Habiburokhman mengklaim, jajak pendapat sejumlah relawan pemenangan Prabowo mengusulkan nama Gibran sebagai bakal calon presiden mendampingi menteri pertahanan tersebut.
“Anak-anak muda menginginkan suaranya terwakili oleh kelompok usia mereka. Dalam hal ini sosok yang mereka harapkan adalah Gibran,” kata Habiburokhman dalam acara peluncuran buku Prabowo Subianto Sang Pemersatu Bangsa, Senin (11/9/2023).
Sementara itu, Ketua Badan Pemenangan Pilpres (Bappilpres) Relawan Pro Joko Widodo (Projo) Panel Barus menyampaikan, pemasangan baliho Prabowo-Gibran merupakan ekspresi aspirasi dari masyarakat. Ia menilai karena saluran aspirasi masyarakat belum tersalurkan secara formal, maka akhirnya dimanifestasikan dalam bentuk pemasangan baliho.
“Itu adalah ekspresi rakyat di bawah yang berpikir dan berpendapat, yang menyampaikan aspirasinya lewat pola seperti itu,” kata Panel dihubungi reporter Tirto, Senin (25/9/2023).
Ia menambahkan, aspirasi rakyat kepada Gibran tersebut mirip dengan atmosfer ketika Jokowi maju pada Pilkada DKI 2012. Panel mengklaim, ketika itu rakyat juga mendorong Jokowi untuk ikut kontestasi politik di Jakarta.
“Berasa di kulit saya atmosfer ini, bisa saya rasakan (hal yang sama),” ujar Panel.
Panel menyatakan, aspirasi ini murni datang dari masyarakat secara swadaya. Bukan hanya masyarakat kelas bawah, kata Panel, tapi dari seluruh lapis kalangan.
“Nah itu terjadi hari ini, masyarakat merasa Gibran ini layak untuk didorong dalam kontestasi politik nasional. Mungkin masyarakat melihat Mas Gibran cocok juga sebagai wakil Pak Prabowo,” terang Panel.
Panel meminta agar aspirasi masyarakat ini tidak dipandang sebelah mata dan perlu diakomodasi oleh partai politik. Masyarakat disebutnya punya militansi gagasan yang mumpuni.
Upaya Menggoyang Suara Ganjar?
Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad menilai, baliho Prabowo-Gibran tidak bisa serta-merta disematkan sebagai keinginan yang datang dari masyarakat. “Baliho-baliho itu tidak dipasang secara spontan oleh masyarakat, tapi oleh tim pemenangan calon,” kata Saidiman dihubungi reporter Tirto, Senin (25/9/2023).
Saidiman menilai, pemasangan baliho di Jawa Tengah atau lumbung suara PDIP, sebagai upaya untuk mengambil suara pendukung Ganjar Pranowo. “Pemasangan alat peraga kampanye bergambar Prabowo dan Gibran di basis konstituen PDI Perjuangan jelas dimaksudkan sebagai upaya penetrasi ke lumbung suara Ganjar,” ungkap Saidiman.
Menurut Saidiman, Gibran sampai saat ini masih merupakan kader PDIP yang mengusung Ganjar sebagai bakal capres. Gibran sendiri, kata Saidiman, secara eksplisit menyatakan mendukung Ganjar, bahkan sudah melakukan sosialisasi pemenangan Ganjar.
Bahkan, sempat beredar video Gibran yang berisi ajakan memilih bakal calon presiden PDIP Ganjar Pranowo di media sosial. Video ajakan tersebut sempat diunggah di akun YouTube dan TikTok PDIP pada Senin (21/8/2023). Belakangan, video tersebut dicabut dan dipermasalahkan oleh Bawaslu.
Saidiman menyampaikan, Gibran justru perlu diberi kesempatan yang lebih luas untuk membuktikan kemampuan leadership di level pemerintah daerah.
Sejauh ini, kata Saidiman, masih ada keraguan pada Gibran karena ayahnya masih menjadi orang nomor satu di Indonesia. Jika Gibran mendapuk jabatan di level pemerintah daerah, itu akan memberikan kesolidan bagi elektabilitasnya setelah Jokowi tidak lagi menjadi presiden.
“Ini akan menjadi modal terbesar Gibran untuk masuk ke gelanggang lebih tinggi, bukan hanya untuk posisi cawapres, tapi juga capres,” terang Saidiman.
Survei Parameter Politik Indonesia (PPI) bertajuk 'Peta Elektoral Pilkada Jateng 2024' yang dilakukan pada rentang 2-11 Juni 2023, menunjukkan hasil di atas angin bagi Gibran, jika dirinya berkontestasi dalam Pilkada Jateng 2024.
Dari 11 tokoh yang diuji popularitasnya, tingkat keterkenalan Gibran tertinggi dengan angka 77 persen. Diikuti oleh eks Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen 48,3 persen; mantan Wali Kota Semarang yang kini menjabat Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Hendrar Prihadi 37,9 persen; dan posisi ketiga yaitu Bupati Kendal, Dico Ganinduto 30,3 persen.
Selain Pilkada Jateng, nama Gibran juga sempat disebut masuk dalam bursa bakal calon gubernur (Cagub) DKI Jakarta 2024. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Fraksi PSI di DPRD DKI, William Aditya.
Sejumlah nama tersebut diperoleh dari hasil rembuk rakyat yang dilakukan oleh PSI terhadap masyarakat DKI Jakarta.
“Kami sudah berjalan sudah dua bulan. Jadi masyarakat Jakarta sudah memilih di acara rembuk rakyat. Ada Mas Gibran, Bang Zaki, Ridwan Kamil, ada Grace Natalie, ada figur-figur lain,” kata Sekretaris Fraksi PSI di DPRD DKI, William Aditya di Gedung DPRD DKI, Selasa (20/6/2023).
Adapun dalam bursa bakal cawapres, nama Gibran juga sempat berada di pucuk popularitas menurut lembaga riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA.
Gibran menduduki peringkat pertama sebagai bakal cawapres terpopuler menurut 66,5 persen responden. Diikuti oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang diketahui oleh 61,8 persen responden. Dilanjut Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar yang masing-masing diketahui oleh 52,3 persen dan 43,1 persen responden.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs, Ahmad Khoirul Umam menilai, Gibran sebagai solusi tengah bagi Koalisi Indonesia Maju. Hadirnya Gibran, kata Ahmad, menjadi solusi di antara tarik ulur antara Erick Thohir yang didorong PAN dan Airlangga yang didorong Golkar, dalam perebutan kursi bakal cawapres Prabowo.
“Jika Gibran dipilih sebagai cawapres Prabowo, maka mesin politik Jokowi akan semakin all out memenangkan Prabowo. Gibran bisa menjadi instrumen politik untuk memecah kekuatan politik PDIP dan mengeruk basis pemilih Ganjar di Jawa,” ujar Ahmad dihubungi reporter Tirto, Senin (25/9/2023).
Kendati demikian, nasib Gibran sebagai cawapres masih bergantung pada keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait gugatan terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang mencantumkan soal batas usia minimal bagi calon presiden dan calon wakil presiden dalam Pilpres 2024 di mana usia capres dan cawapres minimal berusia 40 tahun.
Sejumlah pihak menggugat beleid tersebut agar menurunkan batas minimal capres dan cawapres menjadi 35 tahun. Gibran sendiri kelahiran 1 Oktober 1987. Ayah dari Jan Ethes ini baru berusia 35 tahun. Usia tersebut belum memenuhi syarat untuk bisa maju sebagai capres maupun cawapres, menurut aturan yang berlaku saat ini.
“Baru akan memungkinkan (menjadi cawapres) terjadi jika MK akhirnya memutuskan aturan Cawapres 35 tahun, yang harus diputuskan dalam rentang paling lambat satu bulan ke depan,” kata Ahmad.
Di sisi lain, Partai Gerindra tak ambil pusing soal baliho Prabowo-Gibran yang bertebaran di sejumlah daerah. Wakil Sekjen DPP Partai Gerindra, Kawendra Lukistian menyampaikan, pemasangan baliho merupakan aspirasi masyarakat yang tak bisa dibendung.
“Itu aspirasi masyarakat, ketika berbicara aspirasi masyarakat tentunya tak ada yang bisa membatasi kan,” ujar Kawendra kepada reporter Tirto, Senin (25/9/2023).
Sementara itu, Gibran Rakabuming Raka menjawab singkat soal penyematan foto dirinya disandingkan dengan Prabowo Subianto dalam baliho.
Gibran menepis ihwal pemasangan baliho yang disebut berasal dari aspirasi rakyat yang mendukung dirinya merapat ke sisi Prabowo. Di beberapa kesempatan, Gibran bahkan menyatakan pemuatan foto dirinya di baliho belum atas izin darinya.
“Tidak ada dorongan (merapat ke Prabowo) seperti itu,” kata Wali Kota Solo tersebut singkat dihubungi reporter Tirto, Senin (25/9/2023).
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz