tirto.id - Di antara beragam tebakan tentang gaun yang akan Meghan Markle pakai sore nanti, muncul pertanyaan-pertanyaan tentang aksesori apa yang hendak dikenakan Putri Beatrice. Beatrice ialah sepupu Harry dan William. Tujuh tahun lalu, wanita ini hadir ke pernikahan sepupunya menggunakan setelan blazer dan rok serta hiasan kepala berwarna dusty pink.
Hiasan kepala Beatrice jadi pusat perhatian. Bentuknya oval dengan aksen untaian pita pada bagian atas. Bila dilihat sepintas, aksesori yang menempel tepat di atas hidung Beatrice bagai cermin di film kartun klasik. Sesaat setelah fotonya tersebar, muncul beragam meme. Ada yang mengubah bentuk topi menjadi dudukan toilet, ada pula yang menganggap topi itu bagai pretzel.
Sebagian besar unggahan di media sosial menyebut aksesori ini konyol. Phillip Treacy, pembuat topi atau yang disebut milliner, menganggap komentar-komentar tersebut sebagai kekerasan verbal bagi Beatrice. Benda yang dianggap konyol ini akhirnya dilelang. Pemenang lelang membayar $130.000 untuk hiasan kepala yang dibeli dengan harga 2.000 poundsterling. Hasil lelang tersebut disumbangkan bagi anak kurang mampu.
Topi atau jenis hiasan kepala lain yang dikenakan para tamu undangan pernikahan anggota kerajaan ramai diperbincangkan setelah busana dan riasan pengantin wanita. Aksesori kepala jadi pusat perhatian karena jadi acuan tren model hiasan kepala.
The Guardian melaporkan penjualan hiasan kepala meningkat lantaran momen pernikahan William dan Kate. John Lewis, produsen topi, mengalami kenaikan penjualan sebanyak 60 persen dalam kurun waktu satu tahun. Hat Gallery, toko hiasan kepala di London mendapat keuntungan 20 persen dalam waktu dua minggu setelah pernikahan Kate. Sementara Treacy, yang mendesain lebih dari 30 hiasan kepala untuk tamu acara Kate dan William, menerima jumlah order dua kali lipat dari biasanya.
“Inggris ialah rumah bagi topi-topi itu. Benda tersebut bagian dari momen spesial yang diadakan oleh masyarakat Inggris,” tutur Treacy. Elizabeth pernah berkata kepadanya bahwa topi merupakan dari seragam sehari-hari.
Bagi Treacy, hiasan kepala mesti mewakili kepribadian penggunanya. “Jangan dengar aturan yang menyebut topi harus sesuai dengan bentuk wajah. Cobalah sebanyak mungkin topi. Bila perlu sampai ratusan. Yang penting bisa menemukan topi yang benar-benar sesuai,” katanya.
Vanity Fair mengutip pernyataan William Hanson, ahli etiket Inggris, yang mengatakan bahwa topi merupakan hal penting bagi wanita kala terkait urusan kerajaan atau pernikahan anggota kerajaan.
Sang Ratu memang menetapkan peraturan bahwa tiap wanita yang hadir dalam acara pernikahan kerajaan wajib mengenakan topi. Aturan ini adalah sisa tradisi masa lampau yang mencatat bahwa wanita jarang memperlihatkan rambutnya di tempat umum. Hal ini lumrah pada wanita yang hidup di dekade 1950-an di Inggris. Aturan tersebut perlahan bergeser. Kini, topi hanya digunakan bagi acara formal saja.
Bila acara berlangsung di luar ruang, topi menjadi pilihan utama. Jika diadakan di dalam ruangan, para tamu wanita boleh menggunakan hiasan kepala dekoratif selain topi atau yang populer disebut fascinator. Ratu Elizabeth pernah mengenakan aksesori ini saat menghadiri pernikahan Pangeran Edward pada tahun 1999. Hal itu membuat minat terhadap fascinator meningkat meski tidak signifikan bila dibandingkan dengan kepopuleran yang muncul dari pernikahan Kate.
Pada acara pernikahan kerajaan tahun 2011, sebagian besar tamu wanita menggunakan fascinator lantaran lebih fleksibel untuk dibentuk sesuka hati. Sejak itu, fascinator makin populer. Penjualan fascinator di seluruh dunia meningkat 300 persen. Masyarakat Amerika Serikat ialah peminat fascinator setelah Inggris.
Patricia Underwood, seorang milliner, menyatakan bahwa dari sisi fungsi, fascinator merupakan benda yang bisa menghias kepala tanpa merusak rambut. Karena itulah benda ini diminati, terutama oleh kaum muda.
Istilah fascinator pertama muncul pada tahun 1750 untuk menerangkan kain penutup kepala ringan yang terbuat dari bahan renda. Bentuknya berubah seiring zaman. Dalam artikel “Here’s Why British Women Wear Such Ridiculous Hats at Weddings” yang dimuat Huffington Post, dicatat bahwa pada abad ke-19, fascinator memberi kesan misterius pada penggunanya. Pada masa tersebut, bahan yang digunakan ialah wol.
Pada dekade 1950-1960-an, fascinator disebut cocktail hats dan berhias material bulu. Pada 1970-1980an, hiasan kepala ini mulai dikenakan juga oleh sosialita pecinta mode. Terutama saat mereka menghadiri acara peragaan busana. Mereka mengadaptasi aturan yang dikenakan para bangsawan.
Selain dalam pernikahan anggota kerajaan, penggunaan topi dan hiasan kepala bagi wanita wajib dalam acara Royal Ascot, pertandingan kuda yang telah diselenggarakan sejak 1711. Inisiatornya ialah Ratu Anne. Acara tahunan ini masih diadakan sampai sekarang. Karena itulah Royal Ascot bagai momen peragaan hiasan kepala.
Richard Nylon, milliner asal Australia, berucap: “Acara ini ialah ajang bagi para wanita untuk menunjukkan status dan gaya penampilan. Ada masanya acara ini menjadi cara pria untuk menunjukkan kekayaan dengan membelikan pasangannya aksesori dan busana terbaru dan terbaik."
Editor: Maulida Sri Handayani