Menuju konten utama
Perkembangan Islam di Eropa

Perkembangan Islam di Prancis dan Kehidupan Komunitas Muslim

Perkembangan Islam di Prancis menarik untuk disimak. Meski menganut sekularisme, Prancis menjadi salah satu negara dengan populasi muslim terbesar di Eropa.

Perkembangan Islam di Prancis dan Kehidupan Komunitas Muslim
Ilustrasi muslim di Prancis. Prancis merupakan salah satu negara dengan populasi muslim terbesar di Eropa. Perkembangan Islam di Prancis menarik untuk disimak. foto/IStockphoto

tirto.id - Perkembangan Islam di Prancis menarik untuk disimak. Meskipun menganut sekularisme (kebebasan), Prancis tumbuh menjadi salah satu negara dengan populasi muslim terbesar di Eropa.

Lantas, bagaimana sejarah peradaban Islam di Prancis? Berapa jumlah penduduk Prancis memeluk Islam? Apa saja peninggalan Islam di Prancis?

Republik Prancis adalah negara terluas di Eropa Barat yang menganut sistem pemerintahan semi-presidensial. Mayoritas agama di Prancis adalah Kristen Katolik, kemudian di urutan kedua ada Islam.

Sejarah Perkembangan Islam di Prancis

Ekspansi dakwah Islam mencapai Prancis semenjak kekuasaan Dinasti Umayyah pada abad ke-8 yang dipimpin panglima Abdurrahman Al-Ghafiqi lewat pegunungan Pyrenia. Di masa tersebut, pasukan Islam menduduki daerah Septimenia.

Masuknya Islam di Prancis tak lepas dari jatuhnya Andalusia (sekarang Spanyol) ke tangan penguasa Arab. Sejak saat itu, Dinasti Umayyah meluaskan ekspansinya hingga ke Prancis.

Secara perlahan, Abdurrahman Al-Ghafiqi juga menguasai daerah Politiers dan Tour (dekat kota Paris). Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal pemukiman Islam di wilayah sana.

Populasi muslim di Prancis kian bertambah usai Perang Dunia I dan II lewat orang-orang imigran muslim yang merantau ke Prancis. Banyak dari mereka membawa keluarga masing-masing sehingga membentuk koloni-koloni muslim di wilayah Prancis.

Peninggalan Islam di Prancis

Meskipun tidak sebesar di Spanyol (Al-Andalus), kontribusi peradaban Islam di Prancis telah memberikan berbagai kontribusi penting baik secara historis maupun dalam konteks modern. Berikut ini beberapa peninggalan Islam di Prancis:

  • Masjid Agung Paris (Grande Mosquée de Paris): masjid yang dibangun pada 1926 oleh koloni Prancis sebagai bentuk penghormatan kepada tentara muslim.
  • Manuskrip kuno karya ilmuwan muslim zaman keemasan Islam yang disimpan di Perpustakaan Nasional Prancis (Bibliothèque nationale de France).
  • Beberapa kata Prancis modern seperti "alcool" (alkohol), "sucre" (gula), dan "magasin" (toko) berasal dari bahasa Arab.

Jumlah Penduduk Prancis yang Beragama Islam

Jumlah spesifik umat Islam di Prancis sukar diketahui. Sebab, sejak 1968, pemerintah Prancis meniadakan informasi kategori agama di kartu tanda penduduk mereka.

Bagaimanapun juga, Prancis adalah negara sekuler yang memisahkan urusan agama dengan urusan negara. Dengan demikian, agama dipandang sebagai urusan privat dan tidak ada campur tangan negara terhadap perkara pribadi warganya.

Akan tetapi, berdasarkan perkiraan data populasi, jumlah umat Islam di Prancis 2022 adalah sekitar 5.7 juta penduduk, sekitar 8,80 % dari total populasi keseluruhan Prancis. Jumlah populasi muslim ini dipandang sebagai yang terbesar di benua Eropa.

Lembaga wadah pemikir (think tank) Pew Research menuliskan sejumlah alasan perkembangan Islam yang cukup pesat di Prancis.

Di antara sebabnya adalah banyak imigran muslim yang mencari suaka atau penghidupan di Prancis.

Selain itu, sebagian besar populasi muslim di Prancis berusia muda dan produktif. Mereka juga memiliki anak lebih banyak daripada penduduk lokal.

Kehidupan Umat Muslim di Prancis

Kehidupan muslim di Prancis berjalan aman mengingat pemerintah melindungi kebebasan setiap individu untuk beragama maupun tidak.

Bagi mereka yang beragama, negara melindungi hak mereka dalam menjalankan peribadatan. Berikut ini beberapa contoh kebebasan yang diperoleh umat Islam di Prancis:

1. Kebebasan Makanan

Di Prancis, pemerintah tidak terlibat dalam sertifikasi kosher maupun halal dan haram produk pangan. Setiap komunitas agama mengatur sendiri persyaratan terkait makanan yang dibolehkan ajaran terkait.

Contoh komunitas dan organisasi Islam di Prancis seperti Musulmans de France (MF) dan Partisipasi et Spiritualité Musulmane (PCM).

2. Kebebasan Puasa Ramadan

Tidak ada aturan pemerintah yang mengatur tentang puasa Ramadan. Namun, umat Islam Prancis bebas mengatur pelaksanaannya.

3. Kebebasan Shalat Lima Waktu

Shalat lima waktu dibebaskan bagi umat Islam Prancis namun dengan dua catatan. Pertama, shalat di tempat kerja tidak boleh mengganggu kegiatan perusahaan.

Kedua, karena kantor pemerintah menganut prinsip netralitas, pegawai negeri tidak boleh mengekspresikan agama dalam menjalankan tugasnya.

4. Kebebasan Libur Keagamaan

Libur kerja di Prancis ditetapkan melalui Peraturan Ketenagakerjaan. Ketentuan hukum Prancis memungkinkan dikeluarkannya cuti hari raya untuk umat Islam selama tidak mengganggu kepentingan perusahaan.

Terlepas dari itu, tantangan Islamofobia juga muncul di Prancis. Hal ini tak lepas dari konflik internal dan pengaruh bias Islam di kalangan penduduknya.

Dikutip dari Journal of Comparative Study of Religions, di antara alasan hadirnya Islamofobia di Prancis adalah Islam yang dituduh sebagai penyebab resesi ekonomi di Prancis dan stigma terorisme pasca kejadian 11/9 di Amerika.

Di masa Perang Dunia I dan II, pemerintah Prancis membutuhkan tenaga buruh untuk membangun negerinya yang porak poranda karena perang.

Mengatasi masalah itu, mereka mendatangkan imigran dan pekerja muslim dari Maroko dan Afrika. Alasannya, para pekerja pendatang ini dapat dibayar murah sehingga dapat menekan biaya pembangunan wilayah Prancis.

Seiring bertambah besarnya jumlah imigran muslim di Prancis, mereka pun mendirikan berbagai tempat ibadah dan organisasi keislaman lainnya, seperti France Plus, Generation Egalite, dan Generation Beur.

Organisasi-organisasi Islam itu kemudian mengadakan berbagai kegiatan keagamaan dan diskusi teologi yang cukup massif. Mereka juga mengadakan dakwah kepada orang-orang Prancis.

Hal ini cukup meresahkan Pemerintah karena Islam dipandang tidak sesuai dengan nilai-nilai sekuler yang dianut Prancis.

Stigma kepada umat Islam kian memburuk saat Eropa Barat mengalami krisis ekonomi pada 1970-an. Karena resesi ekonomi itu, banyak imigran muslim menganggur dan kehilangan pekerjaan mereka.

Baca juga artikel terkait EDUSAINS atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Edusains
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Syamsul Dwi Maarif