tirto.id - Banyak tokoh ilmuwan Islam dari masa kejayaan peradaban muslim (abad pertengahan) tercatat menghasilkan karya-karya penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Nama mereka tidak hanya dikenal oleh kalangan akademikus Islam, tetapi juga populer di dunia sains barat.
Contoh ilmuwan muslim yang hingga kini masih dikenang kontribusinya bagi dunia sains adalah Ibnu Sina, Al Farabi, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, serta masih banyak lagi. Karya-karya tokoh sains Islam itu pun diakui mempunyai kontribusi besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan pada era kontemporer.
Generasi intelektual muslim dari abad pertengahan itu lahir bersamaan dengan majunya kota-kota pusat peradaban Islam, seperti Baghdad, Kairo, Aleksandria, hingga Cordoba di Andalusia (Spanyol).
Kemunculan banyak ilmuwan Islam berpengaruh selama era klasik tidak hanya dipicu oleh kemakmuran pusat-pusat peradaban muslim. Mereka tumbuh di tengah majunya fasilitas pendidikan dan iklim intelektual yang kondusif pada masa tersebut.
Sejumlah perpustakaan besar juga dibangun, termasuk yang paling ikonik Baitul Hikmah di Kota Baghdad. Pemerintahan Islam pada ada pertengahan pun rajin mendanai kegiatan penerjemahan teks-teks ilmu pengetahuan dari era Yunani Kuno.
Situasi seperti itulah yang melatarbelakangi kelahiran generasi ilmuwan Islam yang punya kegeniusan sekaligus kecintaan besar pada ilmu pengetahuan. Sebagian besar dari tokoh cendekiawan muslim itu pun dikenal sebagai polimatik, alias menguasai berbagai bidang ilmu baik agama maupun sains.
8 Tokoh Ilmuwan Islam beserta hasil karyanya
Menukil ulasan bertajuk "Masa Kejayaan Islam yang Dinantikan Kembali" yang diterbitkan Universitas Terbuka, berikut profil 8 tokoh ilmuwan Islam dari masa kejayaan peradaban umat muslim abad pertengahan:
1. AI-Kindi (188‒260 H)
Al-Kindi bernama lengkap Yakub bin Ishak AI-Kindi, lahir di Kufah (sekarang salah satu kota di Irak) tahun 188 Hijriah dan wafat di Bagdad pada 260 H. Berkat kontribusinya di bidang filsafat, Al-Kindi tersohor dengan julukan filsuf Arab.
Selama masa hidupnya, Al-Kindi terbilang ilmuwan yang produktif. Ia menulis banyak karya di banyak sejumlah disiplin ilmu, mencakup metafisika, etika, logika, psikologi, farmakologi, matematika, astrologi, optik, dan lain sebagainya.
Di antara buku-buku terkenal karangan Al-Kindi adalah Kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah Fi Al-Falsafah Al-Ula, Kitab Al-Falsafah Ad-Dakhilat wa Al-Masa’il Al-Manthiqiyyah wa Al-Muqtashah wa Ma Fawqa Al-Thabi’iyyah, Kitab fi An-Nahu La Tanalu Al-Falsafah Illa Bi ‘ilm Al-Riyadhiyyah, dan lain sebagainya.
2. Al-Farabi (258‒339 H)
Al-Farabi bernama lengkap Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-Farabi, lahir di Farab, Transoxiana (Asia Tengah) pada 258 H dan wafat di Damaskus, Suriah, pada tahun 339 H.
Sejak kecil, Al-Farabi dianggap sebagai sosok berbakat istimewa. Ia menguasai banyak bahasa, dengan konsentrasi Arab, Persia, Turki, dan Kurdi.
Di bidang filsafat, kontribusi pentingnya adalah dengan menggabungkan filsafat Yunani dan filsafat Islam. Ia juga amat ahli di bidang matematika, pengobatan, musik, agama, dan lain sebagainya.
Saking ahlinya di bidang filsafat, ia mendapat julukan guru kedua, setelah Aristoteles yang disebut guru pertama. Di antara karya-karya Al-Farabi yang terkenal adalah Al-Musiqi Al-Kabir, Ihsha'u Al-Iqa, Ihsha'u Al-Ulum wa At-Ta'rif bi Aghradhiha, dan lain sebagainya.
3. Ibnu Haitham (354-430 H)
Ibnu Haitham bernama asli Abu Ali Muhammad Al-Hasan bin Al-Haitham lahir di Basrah (Irak) pada 354 H dan meninggal dunia pada 430 H.
Hingga sekarang, Ibnu Haitham dikenal sebagai Bapak Optik Modern. Di Barat, ia dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haitham menjelaskan bagaimana cara kerja optik mata manusia dalam menangkap gambar secara detail. Analisisnya mengenai cara kerja mata dan pengobatannya masih dipelajari hingga saat ini.
Karya Ibnu Haitha yang terkenal adalah Kitab al-Manazir (Buku Optik). Hingga kini, buku itu diakui sebagai salah satu rujukan kajian optik di banyak universitas di dunia.
4. Ibnu Sina (370-428 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di Desa Afsyana dekat Bukhara, kini termasuk Uzbekistan, pada 370 H dan wafat pada 428 H di Hamazan (kemungkinan berada di wilayah Persia atau Iran).
Ibnu Sina menguasai bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi, dan ilmu kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia menjadi amat terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur.
Ibnu Sina menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang terkenal berjudul Al-Qanūn Fi At-Thibb, yang berisi ensiklopedia tentang ilmu kedokteran. Ibnu Sina berhasil mengkodifikasi pemikiran kedokteran Yunani dan Arab.
Karya-karyanya tentang kedokteran menjadi referensi penting disiplin kedokteran di masa itu, bahkan sempat menjadi rujukan primer kedokteran di Eropa selama lima abad (dari abad ke-12 hingga 17 M).
5. Al-Ghazali (450-505 H)
Al Ghazali lahir di Thus, Iran, pada 450 H dan wafat pada 505 H. Ia bernama asli Abu Hamid al-Ghazali. Al-Ghazali dianggap sebagai filsuf dan teolog terkenal di abad pertengahan. Di Barat, ia dikenal dengan sebutan Algazel.
Al-Ghazali memperoleh pendidikan di Madrasah Imam AI-Juwaeni. Ia belajar mazhab Syafi'i dan mendalami teologi Islam dan tasawuf. Berkat pengetahuannya yang luas dan dalam, ia dipercaya memimpin Universitas Nizamiyya di Bagdad dan sekaligus menjadi guru besarnya.
Karya Al-Ghazali yang berjudul Ihya Ulumuddin, Tahafut Al-Falasifah, dan lain sebagainya terus dipelajari di berbagai belahan dunia hingga sekarang.
6. Ibnu Rusyd (520-595 H)
Ibnu Rusyd bernama lengkap Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd lahir di Spanyol (Andalusia) pada 520 H dan wafat di Maroko pada tahun 595 H.
Ibnu Rusyd menguasai ilmu fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika astronomi, kedokteran, dan filsafat.
Karya-karyanya yang terkenal adalah Kitab Bidayat Al-Mujtahid, Kuliyat Fi At-Tib, Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat, dan lain sebagainya.
Ibnu Rusyd berpendapat antara filsafat dan Islam tidak bertentangan, bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk mempelajari ilmu filsafat.
7. Jabir Al-Hayyan (721-815 H)
Jabir Al-Hayyan memiliki nama asli Abu Musa Jabir bin Hayyan. Jabir bin Hayyan disebut sebagai ilmuwan muslim pertama yang mengenalkan ilmu kimia. Hingga sekarang, ia diakui sebagai Bapak Kimia Bangsa Arab.
Jabir lahir di Kufah, Irak, pada 721 dan wafat pada 815 H. Ia memperoleh pendidikan dari Khalid bin Yazid bin Muawiyah dan Jakfar Shadiq, serta Barmaki Vizier di Bagdad.
Di antara kontribusi Jabir adalah ia mengembangkan secara ilmiah dua operasi utama kimia, yaitu kalnikasi dan reduksi kimia. Ia juga memperbaiki metode penguapan, sublimasi, peleburan, dan kristalisasi.
Beberapa buku hasil karangannya masih menjadi rujukan hingga sekarang mencakup Kitab At-Tajmi', Az-Zi’baq As-Syarqi, Kitab Ar-Rahmah, dan lain sebagainya.
8. Ibnu Khaldun (1332-1406)
Tokoh muslim selanjutnya adalah Ibnu Khaldun, ilmuwan Islam yang dikenang sebagai sejarawan besar sekaligus Bapak Sosiologi. Selain itu, Ibnu Khaldun dikenal sebagai Bapak Ekonomi Islam karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis, yang dikemukakan jauh sebelum Adam Smith dan David Ricardo.
Ibnu Khaldun terlahir dengan nama 'Abd al-Rahman bin Muhammad bin Muhammad al-Hassan bin Muhammad bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin 'Abd al-Rahman bin Khaldun, pada Ramadhan 732 H/1332 M.
Sejak kecil, Ibnu Khaldun menjadi seorang pembelajar, petualang yang haus ilmu dengan mencari banyak guru. Hingga, pada 748 H terjadi wabah sampar yang merenggut nyawa warga-warga Tunisia dan beberapa gurunya. Apalagi, gurunya al-Abili meninggalkan Tunisia untuk bergabung dengan Abu 'Inan di Fez. Ibn Khaldun berada di puncak kebimbangan, antara tetap sebagai penasihat Raja, atau mengejar ilmu untuk belajar dari Sang Guru.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi di antaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
Karya-karya Ibnu Khaldun berada di pinggiran (marginal) dalam struktur ilmu sosial modern. Bukan berarti diabaikan, namun belum mendapatkan tempat pada perbincangan karya-karya ilmuan Eropa, semisal Marx, Weber, Durkheim, dan ilmuan sosiologi dan disiplin ilmu sosial lainnya.
Karya-karya Ibn Khaldun juga memiliki kontribusi signifikan untuk ilmu sosial, yakni: (1) perkembangan argumen-argumen alternatif untuk topik-topik lama dalam kajian Islam; dan (2) Perkembangan sosiologi Khaldunian dalam konteks ilmu sosial modern.
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Addi M Idhom