tirto.id - Kanker ovarium terjadi saat adanya pertumbuhan sel tak normal yang terbentuk di ovarium. Sel-sel berkembang biak dengan cepat dan dapat menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat.
Dokter Spesialis Onkologi Oni Khonsa, Sp.OG, Subsp. Onk dari RSUP Persahatan mengatakan, mendeteksi dini keberadaan kanker ovarium dengan mengenal enam faktor risiko dan empat gejala dapat membantu pasien mendapat penanganan yang tepat dan mengurangi angka kematian.
Dilansir dari laman Cancer.org, faktor risiko adalah segala sesuatu yang meningkatkan peluang Anda terkena penyakit seperti kanker. Kanker yang berbeda memiliki faktor risiko yang berbeda pula. Beberapa faktor risiko, seperti usia seseorang atau riwayat keluarga.
Namun memiliki salah satu faktor risiko, atau bahkan banyak, tidak berarti Anda akan terkena penyakit tersebut. Selain itu, beberapa orang yang terkena penyakit ini mungkin tidak memiliki faktor risiko yang diketahui.
Para peneliti telah menemukan beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan perempuan terkena kanker ovarium epitel. Faktor risiko ini tidak berlaku untuk jenis kanker ovarium lain yang kurang umum seperti tumor sel germinal dan tumor stroma.
Sementara itu, Oni menjelaskan, pada kebanyakan kasus yang ia temua, pasien sering kali justru datang sudah terlambat dan kondisinya sudah memburuk. Sehingga ia menegaskan, penting agar perempuan tahu faktor resiko seseorang lebih rentan terinfeksi kanker ovarium.
"Kebanyakan datang terlambat, angka yang datang lebih awal itu jauh lebih sedikit dibanding dengan yang telat. Penting untuk tahu tentang 10 faktor risiko dan gejala," ujar Oni seperti dilansir dari Antara.
Faktor risiko seseorang terinfeksi kanker ovarium
Ia menjelaskan, terdapat enam faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang terkena kanker ovarium yakni,
1. Memiliki riwayat kista endometrium
2. Keturunan keluarga dengan kanker ovarium atau payudara
3. Mengalami mutasi genetik
4. Jumlah persalinan rendah
5. Gaya hidup yang buruk
6. Pertambahan usia
Gejala atau tanda kanker ovarium
Dari keenam faktor tersebut ditambah lagi dengan empat tanda atau gejala kanker ovarium, seperti,
1. Perut kembung
2. Nafsu makan berkurang
3. Sering buat air kecil
4. Nyeri panggul atau perut
Namun, Oni menegaskan bahwa kanker ovarium biasanya tidak disertai dengan gejala pada stadium awal.
"Kalau kita sudah punya salah satu dari enam faktor risikonya, terus ditambah ada gejala perut kembung, mungkin diare, harus periksa meskipun tidak semua gejala itu pada akhirnya kanker ovarium," kata Oni.
Lebih lanjut, Oni mengatakan penting untuk mewaspadai setiap tanda dan gejala. Sebab, kanker ovarium tidak seperti kanker serviks yang dapat terdeteksi melalui pemeriksaan papsmear.
Kanker ovarium juga tidak hanya diderita oleh perempuan yang sudah mengalami menopause. Anak muda pun memiliki peluang yang sama khususnya jika terdapat keluarga dekat dengan riwayat kanker.
"Kalau enggak ada tanda bukan berarti enggak melakukan pemeriksaan, yang muda belum tentu aman. Ketiga ada kolega sedarah, kita harus waspada tapi bukan hanya kanker ovarium tapi juga kanker payudara, itu satu geng," katanya.
Oni mengatakan minimnya informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai kanker ovarium sangat memprihatinkan. Padahal jika dideteksi lebih awal, kanker ovarium dapat ditangani dan 94 persen pasiennya dapat hidup lebih dari 5 tahun setelah didiagnosis.
Menurut Oni, saat kanker ovarium masih berada di stadium awal, yaitu ketika kanker masih terbatas di ovarium maka penanganan dan pengobatan memiliki kemungkinan besar untuk berhasil.
"Di Indonesia itu kalau enggak mau periksa karena takut ketahuan, padahal memang periksaan itu biar ketahuan. Kalau memeriksa sejak awak dampak-dampaknya juga akan rendah," ujar Oni.
Editor: Iswara N Raditya