Menuju konten utama

Perbedaan Ikhtisar dan Ringkasan Beserta Contohnya

Ringkasan dan ikhtisar merupakan dua bentuk penyajian informasi secara singkat. Namun, keduanya berbeda. Lantas, apa saja perbedaan ringkasan dan ikhtisar?

Perbedaan Ikhtisar dan Ringkasan Beserta Contohnya
ilustrasi membuat ringkasan dan ikhtisar. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Ikhtisar dan ringkasan termasuk materi yang dipelajari dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 10. Dalam materi ini, diharapkan siswa dapat menyusun ikhtisar dan ringkasan dari buku nonfiksi ataupun fiksi. Lantas, apa itu ikhtisar dan ringkasan?

Ikhtisar merupakan suatu bentuk penyajian tulisan yang singkat dan padat dari teks asli fiksi maupun nonfiksi. Dalam proses penyusunan ikhtisar, urutan teks asli tidak terlalu diperhatikan dan tidak wajib mencakup seluruh isi teks secara proporsional.

Sementara itu, ringkasan adalah penyajian singkat dari ide pokok dalam tulisan panjang. Ringkasan harus disusun secara proporsional dan tetap mempertahankan struktur teks aslinya.

Perbedaan ikhtisar dan ringkasan utamanya terletak pada susunan, pengambilan kalimat dari teks asil, dan pemilihan bagian teks yang disertakan. Dengan demikian, ikhtisar dan ringkasan memiliki pendekatan yang berbeda dalam menyajikan informasi secara secara singkat.

Perbedaan Ikhtisar dan Ringkasan

Perbedaan antara ringkasan dan ikhtisar yang paling mendasar terletak pada definisinya. Selain itu, perbedaan keduanya juga mencakup struktur penyusunannya, fungsi, dan tujuannya.

Sejumlah perbedaan antara ringkasan dan ikhtisar tersebut menunjukkan bahwa keduanya memiliki pendekatan berlainan dalam menyajikan informasi secara singkat. Pilihan pembuatannya tergantung pada kebutuhan pembaca dan tujuan komunikatif yang ingin dicapai.

Untuk memahami lebih lanjut, berikut perbedaan antara ringkasan dan ikhtisar yang dirangkum dari Modul Bahasa Indonesia Kelas X Butir-Butir Penting Buku Nonfiksi dan Novel oleh Muhammad Yusup.

1. Definisi

Yang pertama, perbedaan ringkasan dan ikhtisar yaitu berkaitan dengan definisinya. Ikhtisar adalah penyajian singkat teks asli tanpa perlu mempertahankan proporsionalitas lengkap dari isi. Dalam ikhtisar, urutan teks tidak menjadi fokus utama. Sementara itu, ringkasan adalah penyajian singkat dari karangan asli yang mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang.

2. Struktur penyusunannya

Perbedaan antara ringkasan dan ikhtisar juga terkait dengan struktur penyusunnya. Struktur penyusunan ikhtisar tidak mempertahankan urutan gagasan. Dalam menyusun ikhtisar, penulis bebas mengombinasikan kata-kata dengan syarat tidak menyimpang dari inti. Struktur ikhtisar pada dasarnya menitikberatkan pada pengambilan inti permasalahan.

Sebaliknya, struktur ringkasan mempertahankan urutan dan rumusan pengarang asli. Seseorang yang menulis ringkasan pada dasarnya juga mengungkapkan kembali bentuk kecil dari sebuah karangan. Kalimat dalam ringkasan cenderung pendek dan senada dengan kalimat pengarang aslinya.

3. Fungsi

Yang berikutnya, perbedaan ringkasan dan ikhtisar adalah berkaitan dengan fungsinya. Ikhtisar berfungsi untuk mengembangkan ekspresi dan penghematan kata, membantu pemahaman isi buku atau karangan, serta membimbing pembaca untuk memahami inti dari suatu isi.

Sementara itu, ringkasan berfungsi untuk membantu membaca buku dalam waktu singkat dan membantu pembaca menghemat waktu dengan menemukan informasi penting secara cepat.

4. Tujuan

Perbedaan antara ringkasan dan ikhtisar juga terkait dengan tujuannya. Ikhtisar bertujuan memberikan gambaran memadai bagi pembaca yang belum membaca teks asli, mengembangkan ekspresi, dan menghemat kata. Adapun, ringkasan bertujuan membantu membaca buku dalam waktu singkat, menghemat waktu, serta menemukan informasi penting secara cepat.

Contoh Ikhtisar

Masih dikutip dari Modul Bahasa Indonesia Kelas X Butir-Butir Penting Buku Nonfiksi dan Novel halaman 21, berikut ini contoh teks ikhtisar dari buku nonfiksi berjudul Menaklukan Media (2011) karya Andi Andrianto.

Judul buku: Menaklukan Media

Penulis: Andi Andrianto

Penerbit: Elex Media Komputindo, Jakarta, 2011

Tebal buku: 184 halaman

Memiliki rasa percaya diri adalah hal yang esensial bagi siapa pun yang bermaksud menekuni dunia tulis-menulis. Sebaiknya, setiap usaha menulis harus dihargai, walaupun terkadang muncul kebiasaan buruk untuk membandingkan karya dengan tulisan orang lain yang mungkin memiliki status nasional. Meskipun tindakan tersebut tidak dapat disalahkan, tetapi cukup berisiko bagi penulis pemula.

Secara logis, perbandingan semacam itu tidaklah seimbang. Membiasakan diri untuk membandingkan tulisan sendiri dengan karya orang lain bukanlah masalah, asalkan hal tersebut dilakukan dengan tujuan memperbaiki diri. Penting untuk tidak beranggapan bahwa tulisan yang kita hasilkan tidak akan mendapatkan tempat di media.

Agar terhindar dari keraguan semacam itu, konsistensi dalam menulis harus dipertahankan. Kegagalan dalam menulis sering kali terjadi karena ketidakmampuan untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Oleh karena itu, perlu menghilangkan pemikiran negatif yang menganggap tulisan kita tidak berharga.

Contoh Rangkuman

Masih dikutip dari Modul Bahasa Indonesia Kelas X Butir-Butir Penting Buku Nonfiksi dan Novel halaman 38, berikut contoh rangkuman novel Ketika Tuhan Jatuh Cinta (2013) karya Wahyu Sujani.

Judul buku: Ketika Tuhan Jatuh Cinta

Penulis: Wahyu Sujani

Penerbit: Diva Press, Jogyakarta, 2013

Tebal buku: 442 halaman

Humaira masih terduduk di dalam kamar, menangis, sedangkan Fikri merasakan kesedihan namun tetap menerima kenyataan bahwa segalanya akan kembali kepada Tuhan. Sang Pemegang Nyawa memberikan firman, tanpa pengecualian bagi semua hamba-Nya dan tanpa penguluran waktu, bahkan sekejap pun, jika ajal sudah tiba.

Fikri berusaha menenangkan Humaira, mengingatkan bahwa suasana di rumah tidak seharusnya semakin mendalam. Orang tua mereka yang shalih dan shalihah sudah kembali ke tempat yang semestinya, dan Allah merindukan mereka hingga memanggil keduanya. Fikri juga mengingatkan pesan dari ayah mereka, bahwa kelebihan dalam segala hal tidak baik, dan mereka harus menghadapi apapun yang terjadi bersama.

Humaira, yang terus menangis, diingatkan oleh Fikri bahwa terus-menerus menangis tidak baik untuk kesehatannya. Mereka berdua kini tinggal bersama di rumah ini, dan Fikri berjanji untuk menghadapi masa depan bersama-sama. Fikri memastikan bahwa kejadian yang telah terjadi tidak akan membuat mereka terpisah lagi, dan dia tidak ingin kehilangan orang yang dicintainya untuk kedua kalinya.

Dengan penuh kasih sayang, Fikri membelai kepala adiknya dan matanya berkaca-kaca saat melihat foto orang tua yang sudah meninggal. Fikri kemudian mengajak adiknya untuk mengantarkan kerajinan dan mengambil uang setoran di Jalan Otista. Meskipun awalnya Humaira menolak, Fikri menawarkan untuk membelikan gamis putih, dan Humaira setuju dengan anggukan.

Baca juga artikel terkait BAHASA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin