Menuju konten utama

Perbedaan Karya Fiksi dan Nonfiksi Beserta Contohnya

Perbedaan cerita fiksi dan nonfiksi cukup signifikan, baik dari segi pengertian maupun unsur-unsurnya. Simak penjelasan dan contohnya di artikel berikut.

Perbedaan Karya Fiksi dan Nonfiksi Beserta Contohnya
Pengunjung memilih buku yang akan dibaca saat peringatan Hari Kunjung Perpustakaan di Perpustakaan Umum Daerah (Perpusda) Solo, Jawa Tengah, Kamis (14/9/2023). ANTARAFOTO/Maulana Surya/aww.

tirto.id - Cerita sebagai bentuk ekspresi kreatif manusia memiliki cakupan sangat luas dalam dunia tulis-menulis. Meski begitu, secara umum, cerita dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu cerita fiksi dan nonfiksi.

Pengertian buku fiksi dan nonfiksi sudah pasti berbeda. Begitu juga dengan ciri-ciri dan unsur-unsurnya.

Unsur-unsur karya fiksi cenderung bersifat imajinatif, bukan fakta. Sebaliknya, unsur buku nonfiksi berasal dari fakta alias kenyataan.

Lantas, apa saja perbedaan cerita fiksi dan non-fiksi? Artikel berikut akan membahas pengertian buku fiksi dan non fiksi, perbedaan, serta merinci unsur-unsur yang membentuk keduanya. Selain itu, untuk memperkaya pemahaman pembaca terhadap kedua jenis cerita tersebut, artikel ini juga akan memaparkan contoh cerita fiksi dan nonfiksi.

Pengertian Cerita Fiksi dan Unsurnya

Cerita fiksi adalah karya sastra yang dibuat oleh pengarangnya berdasarkan rekaan atau khayalan. Narasi yang bersifat imajinatif ini biasanya menggunakan bahasa kiasan atau konotatif.

Berkaitan dengan hal tersebut, cerita fiksi terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur intrinsik dalam karya fiksi, seperti novel dan cerpen, melibatkan beberapa elemen, meliputi:

  1. Tema pokok persoalan yang menjadi jiwa cerita)
  2. Tokoh dan penokohan atau karakter dalam cerita
  3. Latar, yang mencakup tempat, waktu, dan keadaan
  4. Alur atau plot
  5. Sudut pandang
  6. Amanat atau pesan moral

Sementara itu, unsur ekstrinsik mengacu pada situasi yang cenderung subjektif dan berasal dari kehidupan pribadi pengarang. Hal ini mencakup sikap, keyakinan, dan pandangan hidup pengarang yang tercermin dalam novel atau cerpen.

Dengan memahami unsur intrinsik dan ekstrinsik, pembaca dapat menggali lebih dalam makna dan konteks di balik cerita fiksi. Memahami tidak hanya dunia imajinatif yang dibangun, tetapi juga pandangan dan nilai-nilai pengarang yang tercermin dalam karyanya.

Pengertian Cerita Non Fiksi dan Unsurnya

Dalam Jurnal Didaktika Pendidikan Dasar Vol. 7, No. 1 (2023) dijelaskan, cerita nonfiksi merupakan jenis cerita yang memuat kejadian sebenarnya dan memiliki sifat informatif serta edukatif. Dalam penulisan cerita nonfiksi, penting untuk mengandalkan pengamatan dan data yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga isinya bersifat faktual.

Bahasa yang digunakan dalam cerita nonfiksi cenderung denotatif, memungkinkan pembaca untuk langsung memahami makna isi buku. Jenis cerita ini sering kali melibatkan momen atau kejadian penting yang kemudian diangkat kembali dengan menonjolkan nilai-nilai penting di dalamnya.

Ciri khas buku nonfiksi melibatkan unsur-unsur seperti sampul buku, rincian subbab buku, judul subbab, isi buku, cara penyajian isi buku, bahasa baku, dan sistematika penulisan.

Unsur intrinsik dalam cerita nonfiksi terdiri atas:

1. Orientasi

Orientasi digunakan sebagai pengenalan awal terhadap informasi yang dibahas.

2. Urutan peristiwa

Urutan peristiwa menjelaskan informasi berdasarkan data dan fakta yang sebenarnya. Misalnya, tulisan kronologis dalam teks sejarah.

3. Reorientasi

Reorientasi mencakup kilas balik dan penyampaian pesan moral atau amanat berdasarkan informasi yang telah disajikan.

Teks nonfiksi juga memiliki unsur ekstrinsik yang mencakup subjektivitas pengarang, keyakinan, pandangan hidup, dan aspek psikologis.

Membaca cerita nonfiksi tidak hanya memberikan pemahaman tentang fakta dan kejadian nyata tetapi juga mengungkapkan perspektif dan nilai-nilai yang dimiliki oleh pengarangnya.

Perbedaan Cerita Fiksi dan Non Fiksi

Cerita fiksi dan nonfiksi memiliki perbedaan signifikan. Meski demikian, cerita fiksi dan nonfiksi berperan penting dalam literasi, berpotensi mengembangkan imajinasi, menambah wawasan, dan memperkaya pengalaman membaca.

Dikutip dari situs Direktorat Sekolah Menengah Pertama Kemdikbud, perbedaan cerita fiksi dan non fiksi meliputi beberapa aspek, meliputi:

1. Sumber cerita

Cerita fiksi diciptakan berdasarkan imajinasi penulis. Sementara itu, cerita nonfiksi sepenuhnya dibuat berlandaskan fakta alias kejadian nyata.

2. Jenis cerita

Jenis cerita fiksi di antaranya termasuk novel, cerpen, fabel, puisi, dan naskah drama. Di sisi lain, cerita nonfiksi meliputi karya ilmiah, artikel, esai, ensiklopedia, buku panduan, dan surat.

3. Unsur utama

Cerita fiksi memiliki unsur narasi kuat dengan karakter-karakter menarik dan konflik dalam cerita. Sebaliknya, cerita nonfiksi lebih fokus pada penyampaian pengetahuan, argumen, atau penjelasan mengenai suatu topik.

4. Gaya penulisan

Gaya penulisan cerita fiksi menggunakan unsur dialog, deskripsi tempat, dan penggambaran waktu untuk menciptakan suasana cerita yang hidup. Adapun, cerita nonfiksi cenderung menggunakan bahasa denotatif untuk menyajikan fakta dengan jelas dan akurat. Namun, ada juga karya nonfiksi yang ditulis secara naratif dan mengandung tokoh. Misalnya, karya jurnalisme sastrawi.

5. Tujuan utama

Cerita fiksi cenderung bertujuan menghibur pembaca dengan memasuki dunia imajinasi penulis, meskipun tidak terlepas dari upaya penyampaian pesan moral serta merangsang pikiran pembaca. Sementara itu, tujuan cerita nonfiksi yakni menyampaikan pengetahuan secara objektif, menggunakan bahasa denotatif untuk menyajikan fakta dengan jelas.

Contoh Cerita Fiksi dan Non Fiksi

Contoh cerita fiksi mencakup berbagai genre, seperti novel, hikayat, fabel, komik, dongeng, cerpen, dan legenda. Semuanya dihasilkan dari imajinasi dan karangan manusia. Contoh cerita fiksi pendek yakni Timun Mas, Sangkuriang, atau Malin Kundang.

Sementara itu, contoh cerita nonfiksi dapat ditemukan dalam karya-karya yang didasarkan pada kenyataan dan informasi faktual. Jenis cerita ini termasuk buku sejarah, biografi, karya tulis ilmiah, jurnal, dan esai. Semuanya bertujuan menyampaikan pengetahuan dan fakta.

Sebagai contoh konkret, cerita nonfiksi pendek yakni cerita Tsunami Aceh atau Panglima Besar Jenderal Soedirman yang semuanya menggambarkan peristiwa nyata.

Baca juga artikel terkait BAHASA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin