Menuju konten utama

Pengertian Biaya Overhead, Contoh, Cara Hitung, Jenis, & Manfaat

Apa yang dimaksud biaya overhead pabrik? Untuk memahaminya, simak penjelasan lengkap tentang biaya overhead berikut!

Pengertian Biaya Overhead, Contoh, Cara Hitung, Jenis, & Manfaat
Ilustrasi Akuntansi. foto/Istockphoto

tirto.id - Biaya overhead adalah semua pengeluaran dalam proses produksi yang tidak termasuk biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Maka itu, pengertian biaya overhead pabrik ialah semua jenis pengeluaran yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas produksi.

Sementara itu, dalam konteks perusahaan konstruksi, biaya overhead merupakan bentuk pengeluaran yang tidak termasuk dalam biaya konstruksi aktual tetapi dibebankan pada kontraktor untuk mendukung pelaksanaan proyek.

Meskipun demikian, biaya overhead merupakan salah satu unsur biaya produksi. Adapun jenis biaya produksi juga mencakup pengeluaran untuk bahan baku dan tenaga kerja.

Mulyadi dalam Akuntansi Biaya (2014) menjelaskan, biaya overhead maupun pengeluaran untuk tenaga kerja tidak langsung bisa disebut sebagai biaya konversi. Maksudnya, biaya tersebut diperlukan untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Sebaliknya, biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung merupakan biaya utama (prime cost).

Setelah memahami pengertian biaya overhead secara ringkas, selanjutnya akan dibahas mengenai contoh biaya overhead, jenis biaya overhead, manfaat biaya overhead, hingga cara menghitung biaya overhead.

Contoh Biaya Overhead

Salah satu contoh biaya overhead adalah biaya listrik. Rincian biaya listrik ini dapat terdiri dari biaya untuk membeli listrik, memperbaiki peralatan listrik, hingga memelihara sistem listrik.

Contoh itu bisa menggambarkan tujuan biaya overhead pabrik. Biaya listrik tidak memiliki kaitan langsung dengan proses produksi, tapi pengeluaran ini diperlukan untuk menjamin operasional perusahaan tetap berjalan.

Dalam Modul Akuntansi Biaya (2020), Rilla Gantino menerangkan contoh biaya overhead tiap perusahaan dapat bervariasi sesuai kebutuhan.

Sejumlah contoh biaya overhead pabrik, antara lain:

  • Biaya untuk listrik, air, dan sejenisnya;
  • Biaya pemakaian biaya penolong;
  • Biaya untuk pengawas mesin produksi;
  • Biaya untuk mandor;
  • Biaya untuk sewa alat atau sewa gedung;
  • Pengeluaran untuk pajak;
  • Pengeluaran untuk asuransi;
  • Biaya akibat depresiasi (penurunan nilai aset);
  • Biaya lain yang diperlukan untuk fasilitas produksi.

Jenis Biaya Overhead

Di perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik mencakup semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya (2014) menjelaskan beberapa jenis biaya overhead sebagai berikut:

1. Biaya bahan penolong

Biaya bahan penolong merupakan pengeluaran untuk pengadaan bahan yang tak menjadi bagian utama dari produk jadi. Nilai biaya bahan penolong relatif kecil jika dibandingkan dengan harga pokok produk.

Contohnya, biaya bahan penolong dalam perusahaan percetakan meliputi bahan perekat, tinta koreksi, dan pita mesin ketik.

2. Biaya reparasi dan pemeliharaan

Biaya reparasi mencakup pengeluaran untuk pembelian suku cadang, bahan habis pakai, dan jasa perbaikan atau pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak luar. Contohnya, biaya untuk perbaikan dan pemeliharaan emplasemen (jaringan rel), bangunan pabrik, mesin, kendaraan, hingga perkakas laboratorium.

3. Biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung mencakup upah, tunjangan, serta biaya kesejahteraan untuk pekerja di pabrik yang tidak dapat dibebankan langsung pada produk atau pesanan tertentu.

Contohnya, biaya untuk karyawan di departemen pembantu, seperti bengkel dan gudang. Contoh lainnya adalah biaya karyawan di departemen produksi seperti kepala departemen produksi, staf administrasi pabrik, dan mandor.

4. Biaya depresiasi aktiva tetap

Biaya depresiasi aktiva tetap mencakup penurunan nilai aset seperti bangunan pabrik, mesin, perkakas laboratorium, alat kerja, dan aktiva tetap lainnya yang digunakan di perusahaan. Contohnya adalah depresiasi karena bangunan pabrik dan mesin sudah berusia tua.

5. Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu

Biaya ini mencakup premi asuransi untuk gedung, emplasemen, mesin, kendaraan, dan kecelakaan karyawan. Biaya amortisasi (pembayaran utang) untuk kerugian akibat trial-run (produksi percobaan).

6. Biaya overhead lain yang perlu pengeluaran tunai

Biaya jenis ini mencakup pengeluaran tunai lainnya yang mendukung operasional pabrik. Misalnya, biaya reparasi yang diserahkan pada pihak luar, serta biaya listrik, air, gas dan berbagai pengeluaran tunai lainnya.

Manfaat Biaya Overhead

Biaya overhead memiliki manfaat penting untuk membantu perusahaan dalam mengelola operasional dan keuangannya. Dari segi administratif, manfaat biaya overhead pabrik bisa memudahkan penghitungan dana operasional hingga penentuan harga produk.

Wiratna Sujarweni dalam Akuntansi Biaya: Teori dan Penerapannya (2015) menjelaskan 3 manfaat biaya overhead sebagai berikut:

1. Memberikan informasi rinci tentang alokasi biaya

Dengan mengelola biaya overhead, perusahaan bisa mendapatkan informasi yang detail tentang alokasi dana yang telah dikeluarkan. Dengan begitu, perencanaan anggaran pun akan lebih akurat.

2. Mengelola dan mengawasi pengeluaran

Penghitungan biaya overhead membantu perusahaan dalam mengelola dan mengawasi pengeluaran secara keseluruhan. Dengan mengetahui detail pengeluaran, perusahaan bisa lebih mudah mengidentifikasi biaya yang terlalu besar dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.

3. Memudahkan penentuan harga produk

Biaya overhead menjadi faktor penting dalam menentukan harga produk. Walaupun tidak langsung terkait dengan produksi, biaya overhead harus dimasukkan dalam perhitungan harga produk agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Cara Menghitung Biaya Overhead

Untuk menghitung biaya overhead, perusahaan dapat melakukan langkah-langkah mulai dari penentuan tarif biaya, pengalokasian, hingga evaluasinya. Berikut penjelasan singkat tentang tahapan cara menghitung biaya overhead:

1. Penentuan tarif biaya overhead

Pada tahap ini, perusahaan perlu menentukan tarif biaya overhead yang akan digunakan. Ada beberapa alternatif metode yang bisa dipilih, antara lain:

  • Tarif Tunggal (Plantwide Rate): Perusahaan menggunakan satu tarif biaya overhead pabrik untuk membebankan biaya overhead ke produk atau pesanan dari awal hingga akhir proses produksi.
  • Tarif Departementalisasi (Departmental Rate): Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap tahapan atau departemen produksi yang ada.
  • Tarif Setiap Aktivitas (Activity Rate): Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap aktivitas yang terjadi dalam pembuatan produk, yang dikenal dengan Activity Based Costing (ABC).

2. Alokasi biaya overhead ke harga produk

Setelah menentukan tarif biaya overhead, perusahaan perlu mengalokasikan pengeluaran ini ke dalam harga produk atau pesanan. Langkah ini dilakukan dengan mengalokasikan biaya overhead berdasarkan metode tarif yang telah dipilih.

3. Perhitungan total biaya overhead

Total biaya overhead dihitung dengan menjumlahkan semua biaya overhead yang telah dialokasikan ke dalam harga produk atau pesanan.

4. Penyesuaian dan evaluasi

Setelah menghitung total biaya overhead, perusahaan perlu melakukan penyesuaian jika diperlukan dan mengevaluasi efektifitas metode yang digunakan. Ini memastikan bahwa biaya overhead telah dihitung secara akurat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Baca juga artikel terkait AKUNTANSI atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Addi M Idhom