Menuju konten utama

Pengamat: Media Sosial Dapat Buat Masyarakat Trauma

Media sosial di negara-negara yang menganut demokrasi ternyata membawa dampak baik dan buruk. Di satu sisi, ia meningkatkan partisipasi masyarakat. Di sisi lain, dapat membuat masyarakat trauma akan demokrasi.

Pengamat: Media Sosial Dapat Buat Masyarakat Trauma
Penguna KRL sibuk melihat aplikasi sosial media melalui gadgetnya, Jakarta, kamis (14/4/2016). Tirto/TF Subarkah.

tirto.id - Penggunaan media sosial di negara-negara yang menganut demokrasi pada saat ini ternyata bagaikan pedang bermata dua. Ia tidak hanya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam demokrasi, namun juga dapat membuat masyarakat trauma akan demokrasi.

Hal itu disampaikan pakar dan pengamat Dirgayuza Setiawan pada workshop bertema "Social Media and Democracy" dalam pertemuan tahunan Forum Tata Kelola Internet (IGF) PBB yang diadakan di Guadalajara, Meksiko, seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Saat ini, menurut Dirgayuza, semakin banyak anggota masyarakat yang menyatakan opininya secara terbuka di media sosial yang mengalami serangan terorganisir dari pihak yang tidak sependapat dengan opini tersebut. "Pengalaman ini bisa membuat banyak orang trauma dan menahan diri dari menyatakan pendapat" ujar Dirgayuza.

Namun demikian, ia mengatakan, negara lain bisa belajar banyak dari Indonesia soal penggunaan media sosial dalam berdemokrasi. Terutama karena status Indonesia yang merupakan negara kedua terbesar di dunia dalam jumlah pemilih di pemilihan langsung.

Indonesia juga punya lebih dari 500 parlemen dan ribuan anggota dewan. Lebih dari setengah populasi Indonesia sudah terhubung ke Internet. "Media sosial sudah menjadi pilihan utama mayoritas anggota dewan di Indonesia dalam menyerap dan menyebarkan informasi," ujarnya.

Menurut Dirgayuza, karena jaringan internet tidak mengenal batas teritorial negara dan tidak dimiliki oleh negara tertentu, tata kelola internet perlu dilakukan secara lintas pihak yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan.

Dalam workshop itu juga tampil sejumlah panelis lainnya, yaitu Hamza Ben Mehrez dari IG MENA, Mariam Barata dan Tereza Horejsova dari Diplo Foundation yang hadir sebagai perwakilan dari belasan negara sahabat. Mereka memaparkan tren terkini penggunaan media sosial di negara-negara yang menganut demokrasi.

Dalam pertemuan tahunan Forum Tata Kelola Internet (IGF) PBB lebih dari 3.000 praktisi teknologi informasi dari ratusan negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) berkumpul di Guadalajara, Meksiko Delegasi Indonesia pada IGF 2016, terdiri dari delapan orang, yaitu Mariam Barata dan Rizki Ameliah dari Kemkominfo, Sindy Nur Fitri dari Kemlu, Asep Komarudin dari LBH Pers, Donny BU dari ICT Watch, Moedjiono dan Shita Laksmi sebagai MAG member serta Dirgayuza Setiawan sebagai Internet Society fellow.

Baca juga artikel terkait MEDIA SOSIAL atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara