Menuju konten utama

Peneliti LIPI Ungkap Dua Hal di Balik Pernyataan JKSN Soal Jokowi

Wasisto menjelaskan, seorang ustaz harus menjadi broker kultural yang bertugas memberi arah terhadap perubahan sosial, bukan berfungsi sebagai broker politik.

Peneliti LIPI Ungkap Dua Hal di Balik Pernyataan JKSN Soal Jokowi
Presiden Joko Widodo didampingi pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, KH Asep Saifuddin Chalim tiba di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (6/9/2018). ANTARA FOTO/Syaiful Arif/ama

tirto.id - Peneliti politik Islam dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Wasisto Raharjo menanggapi pernyataan Ketua Dewan Penasihat Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN), Asep Saifuddin Chalim.

Tanggapan itu berkaitan dengan pidato Asep Saifuddin yang mengatakan, apabila umat muslim dan Nahdlatul Ulama (NU) tak memilih Jokowi-Maruf Amin di Pilpres 2019, maka sama saja “menginjak kepala Islam” dan “NU”.

Wasisto menjelaskan, seorang ustaz harus menjadi broker kultural yang bertugas memberi arah terhadap perubahan sosial, bukan berfungsi sebagai broker politik yang mengiring untuk memilih salah satu calon presiden.

"Saya pikir baik ustad dan ulama perlu kembali lagi ke khitahnya sebagai nabi sosial yang tugasnya membimbing umat daripada terombang-ambingkan dalam politik," ujar Wasisto kepada Tirto melalui telepon, Kamis (20/12/2018).

Namun demikian, ia menilai, ada dua hal yang bisa diartikan dari pernyataan Ketua Dewan Penasihat JKSN soal pilihan terhadap Jokowi itu.

Pertama, pernyataan tersebut adalah bentuk counter discourse terhadap "pemimpin muslim" yang digaungkan kubu oposisi untuk menarik simpati massa nahdliyin (warga NU), agar memilih Prabowo-Sandiaga.

"Karena itulah pernyataan tersebut lebih berupaya untuk konsolidasi internal bagi nahdliyin agar tetap satu barisan di belakang NU," katanya.

Kedua, kata Wasisto, pernyataan tersebut sebenarnya bagian dari perang simbol yang mengedepankan narasi hiperbola. Wasisto menerangkan, pernyataan itu sebelas dua belas dengan pernyataan Prabowo soal "negara punah" dan "Indonesia bubar 2030".

"Saya pikir pernyataan tersebut adalah bagian dari strategi politik," kata dia menerangkan.

Sebelumnya, Asep Saifuddin Chalim menyerukan agar seluruh umat muslim dan warga Nahdlatul Ulama (NU) memilih Jokowi dan Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Jika tidak, kata Asep, maka sama saja menginjak “kepala Islam”.

Asep juga mengatakan, apabila masyarakat NU tak memilih paslon nomor urut 01 tersebut, maka itu sama saja dengan menginjak “kepalanya NU".

Pernyataan tersebut dikeluarkan Asep saat ia berpidato di acara Deklarasi JKSN Wilayah DKI Jakarta di Istora Senayan, Rabu (29/12/2018).

Baca juga artikel terkait JARINGAN KIAI SANTRI NASIONAL atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Alexander Haryanto