tirto.id - Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) mengumumkan bahwa kegiatan wisata alam di kawasan Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, kembali dibuka mulai 11 Agustus 2025, setelah sempat ditutup sementara menyusul serangkaian insiden kecelakaan pendaki.
Kepala Balai TNGR, Yarman, menjelaskan bahwa pembukaan kembali ini dilakukan setelah melalui evaluasi intensif dan pembenahan menyeluruh terhadap tata kelola pendakian.
"Kami informasikan kegiatan wisata alam pendakian di 6 destinasi Taman Nasional Gunung Rinjani akan resmi dibuka kembali mulai tanggal 11 Agustus 2025. Jalur pendakian di kawasan telah dilakukan perbaikan untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengunjung,” kata Yarman di Mataram, Minggu (10/8/2025).
Penutupan sementara TNGR diberlakukan sejak 1 hingga 10 Agustus 2025 merupakan hasil keputusan rapat koordinasi merespons kecelakaan di jalur Danau Segara Anak. Kebijakan ini bertujuan memperkuat sistem keselamatan dan kesiapsiagaan darurat di kawasan Rinjani.
Rentetan Insiden Kecelakaan Pendaki
Sebagai informasi, setidaknya ada tiga insiden turis asing yang terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani belakangan ini. Pertama, turis perempuan asal Brasil bernama Juliana Marins. Korban dievakuasi setelah ditemukan tewas di kawasan pendakian.
Saat itu, Juliana dan lima pendaki mancanegara lainnya tengah menuju puncak Rinjani atau summit attack ditemani seorang pemandu. Dia mendaki melalui jalur Sembalun pada Jumat (20/6/2025).
Juliana terperosok ke jurang saat beristirahat di jalur setapak di Cemara Tunggal, Sabtu (21/6/2025) pukul 04.00 WITA. Influencer asal Brasil itu ditengarai terperosok lagi hingga kedalaman 600 meter.
“Satu orang penyelamat dari Basarnas atas nama Hafid Hasadi berhasil menjangkau korban pada kedalaman 600 meter yang disebut datum point. Di mana sebelumnya, diperkirakan korban ada di posisi kedalaman 400 meter dan ternyata setelah tim dapat menjangkau korban, ada pergeseran turun ke bawah lagi menjadi kedalaman 600 meter,” kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Mohammad Syafii, dalam keterangannya.
Beberapa minggu setelah kejadian tersebut, insiden kedua menimpa Benedikt Emmenegger (46). Pendaki asal Swiss itu terjatuh di jalur Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak pada 16 Juli 2025. Emmenegger mengalami patah tulang dan pendarahan di kepala akibat jatuh dari ketinggian.
Tim penyelamat berhasil mengevakuasinya dalam kondisi selamat meski mengalami luka serius.
Korban ketiga adalah Sarah Tamar van Hulten, warga negara Belanda yang terjatuh di jalur Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak pada 17 Juli 2025. Tim gabungan evakuasi menyebut lokasi terjatuhnya Sarah berada pada kondisi medan yang tergolong sulit dijangkau. Meski demikian, Sarah berhasil dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit BIMC di Kuta, Bali, untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.

Pembenahan Tata Kelola Pendakian Rinjani
Situs resmi Kementerian Kehutanan menyebutkan bahwa selama TNGR ditutup, Kemenhut bersama Basarnas, Kementerian Pariwisata, Pemprov NTB, dan berbagai mitra melakukan pembenahan menyeluruh dalam aspek tata kelola wisata pendakian.
Langkah-langkah tersebut meliputi penguatan koordinasi antar lembaga, penyempurnaan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK), perbaikan jalur, pengadaan sarana pendukung, peningkatan kapasitas SDM, serta verifikasi langsung enam jalur pendakian oleh tim gabungan pada 5–7 Agustus 2025 yang seluruhnya dinyatakan layak dibuka kembali.
Dalam rangka meningkatkan keselamatan pendakian, pengelola TNGR kini memasang papan informasi di 18 titik, railing pengaman di 10 titik, dan tangga pengaman di 12 titik jalur pendakian. Fasilitas lain yang disiapkan meliputi peralatan SAR, pembangunan integrated emergency shelter, video safety briefing, serta pembaruan aplikasi eRinjani untuk sistem reservasi dan pemantauan.
Saat ini, sistem pemantauan berbasis beacon personal system juga tengah dikembangkan guna memperkuat pelacakan dan keselamatan pendaki. Selain pembenahan infrastruktur, Kemenhut bersama mitra juga menggelar berbagai pelatihan teknis dan sertifikasi penyelamatan gunung guna meningkatkan kapasitas pengelola dan pelaku wisata lokal.
SOP Baru Rinjani
Dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (13/08/2025), Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, menyampaikan bahwa Kementerian Kehutanan bersama para pemangku kepentingan telah menetapkan jalur pendakian Gunung Rinjani masuk dalam kategori Grade 4. Artinya, ia memiliki tingkat kesulitan tinggi dan tidak diperuntukkan bagi pendaki pemula atau yang belum berpengalaman.
"Insyaallah dengan ada grading ini akan menjadi panduan awal bagi kita untuk menuju keselamatan pendakian. Kemudian, lahir juga modul SOP pengelolaan wisata pendakian gunung di kawasan taman nasional dan taman nasional alam," kata Raja Juli, dikutip dari Antara.
Sebagai tindak lanjut dari penetapan Gunung Rinjani dalam kategori Grade 4, sejumlah SOP baru ditetapkan bagi para pendaki. Salah satu ketentuannya adalah bahwa pendaki harus memiliki pengalaman mendaki gunung lain. Hal ini dibuktikan dengan sertifikat atau dokumentasi seperti foto.
Selain itu, pendaki juga diwajibkan menggunakan jasa pemandu resmi atau mendaki bersama pendaki yang telah berpengalaman di Gunung Rinjani. Sebagai bentuk perlindungan tambahan, seluruh pendaki juga diwajibkan memiliki asuransi premium—mulai diberlakukan secara resmi pada 1 Oktober 2025.
Sebagai bagian dari SOP baru pendakian Gunung Rinjani, pengalaman mendaki dapat dibuktikan sementara dengan sertifikat atau foto pendakian gunung yang tingkat kesulitannya di bawah Rinjani. Pendaki juga wajib menjalani tes kesehatan dan kebugaran di fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama, sehari sebelum pendakian.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut Satyawan Pudyatmoko menyebut bahwa penambahan persyaratan tersebut dimaksudkan untuk menyaring pendaki pemula atau bahkan yang tidak pernah mendaki untuk naik ke puncak Gunung Rinjani.
"Punya tekad, tapi sebenarnya kemampuan dan kapasitasnya belum sampai ke Grade 4. Harus dimulai dari Grade 1, Grade 3 kalau sudah lolos baru ke Grade 4," jelasnya.
Sampai dengan Desember 2025, satu pemandu hanya dapat membawa lima pendaki. Lalu, per Januari 2026, batasan itu ditingkatkan hanya menjadi empat pendaki. Untuk porter hanya dapat membawa dua orang pendaki warga negara asing (WNA) dan untuk warga negara Indonesia dibatasi hanya tiga pendaki untuk satu porter.

Penerapan SOP Harus Konsisten
Guru Besar Pariwisata dari Universitas Udayana, Prof. Dr. I Putu Anom, M. Par., menilai bahwa keputusan membuka kembali jalur pendakian Gunung Rinjani dengan penerapan prosedur operasi standar (SOP) yang lebih ketat merupakan langkah yang tepat.
“Yang terpenting, SOP-nya harus diterapkan secara konsisten. Ini harus mengikuti kriteria internasional,” ujarnya saat dihubungi Tirto, Jumat (15/8/2025).
Menurutnya, saat ini terjadi peningkatan signifikan jumlah wisatawan di Kawasan Mandalika dan sebagian dari wisatawan tersebut juga mulai melirik Gunung Rinjani sebagai destinasi pendakian. Meski demikian, aspek keselamatan tetap harus menjadi prioritas utama.
Putu menyoroti pentingnya pengawasan terhadap wisatawan selama pendakian agar tidak ada pendaki yang tertinggal sendirian, seperti kasus kecelakaan yang baru-baru ini terjadi.
"SOP itu harus mengatur secara detail, termasuk pendampingan oleh pemandu. Idealnya, ada dua pemandu: satu di depan dan satu di belakang. Jangan sampai ada pendaki yang kelelahan lalu tertinggal dan celaka," tambahnya.
Putu juga menekankan bahwa semua pemandu wajib bersertifikat dan terdaftar secara resmi serta diawasi oleh asosiasi profesi. Dia mendorong pemerintah daerah untuk aktif mengevaluasi kegiatan pendakian dan memastikan ketersediaan sistem keamanan serta penanganan darurat yang responsif.
“Pemerintah daerah juga lebih banyak aktif mengevaluasi aktivitas yang ada di kawasan itu, termasuk juga ketersediaan secara rutin, keamanan dan keselamatan itu ya, supaya cepat penangannya. Kemarin kan, kita disorot karena penanganannya dinilai lamban, padahal kan tempatnya memang betul-betul terjal itu ya,” ujarnya.
Terkait dampak insiden kecelakaan terhadap minat wisatawan asing, Putu menyatakan bahwa wisatawan dengan minat khusus seperti pendaki gunung umumnya akan tetap mengunjungi Rinjani. Yang penting prosedur keselamatannya ada dan dijalankan dengan baik.
Seperti yang diungkap Putu, minat wisatawan untuk datang ke Rinjani memang masih tinggi. Balai TNGR mencatat sebanyak 1.170 pendaki memadati Gunung Rinjani pada hari pertama pembukaan kembali jalur pendakian, 11 Agustus 2025. Jumlah tersebut terdiri dari 447 wisatawan asing, 187 pendaki lokal, serta 140 pemandu dan 396 porter.
Pendaki Sambut Positif Asal Tak Diskriminatif
Jaya Darmawan (30), salah satu pendaki yang pernah mendaki di Gunung Rinjani, menyambut baik diberlakukannya SOP baru dalam pembukaan kembali jalur pendakian Rinjani. Menurutnya, langkah tersebut sangat penting mengingat medan Rinjani yang tidak hanya menantang, tetapi juga menyimpan risiko tinggi di sejumlah titik.
“Menurutku pribadi, sebagai orang yang menganggap hiking itu sebagai perjalanan yang menyenangkan, tapi juga penuh dengan resiko, ya itu langkah yang baik, bahkan harus dilakukan jauh-jauh hari. Tidak perlu menunggu adanya insiden, bahkan adanya korban meninggal, hal itu dilakukan,” ujarnya saat dihubungi Tirto, Minggu (17/8/2025).
Kepada Tirto, Jaya bercerita bahwa Gunung Rinjani merupakan salah satu gunung yang sulit untuk didaki. Selain memiliki vegetasi yang lengkap, Rinjani juga menawarkan variasi jalur pendakian yang menantang, seperti jalur Sembalun yang mengingatkan pada karakteristik gunung-gunung di Jawa.
Tantangan nyata mulai terasa saat mendaki Bukit Penyesalan menuju Pelawangan yang cukup curam, serta rute dari Pelawangan ke puncak yang dikenal ekstrem.
“Pelawangan ke danau itu juga jalurnya sangat terjal. Banyak bebatuan dan sangat curam di beberapa titik. Itu termasuk nanti kalau akhirnya lewat Torean dari Danau Segara Anak. Ini tebing-tebingnya juga sangat tinggi dan kadang beberapa titik itu kiri-kanan itu jurang,” ujarnya menceritakan.

Menilik kondisi ini, Jaya menilai pengetatan syarat pendakian oleh otoritas seperti Kementerian Kehutanan atau Balai TNGR adalah langkah yang tepat. Penambahan tanda arah, tangga atau tali bantu, serta pembekalan dan sertifikasi bagi pemandu dan porter dinilainya sangat penting untuk menjamin keselamatan.
“Menurutku, pengetatan syarat ini penting. Sebagai orang yang benar-benar hobi naik gunung, dia harus paham naik gunung itu pilihannya dua: pulang selamat atau meninggal. Kadang, kita harus berpikir se-ekstrem itu agar persiapan kita baik fisik, mental, pengetahuan itu cukup,” ujarnya.
“Naik gunung itu tidak hanya senang-senang. Dia juga memiliki resiko yang tinggi. Fisik bisa jadi kuat, tapi mental kita ketika sampai di atas ketika summit itu bisa jadi sangat diuji,” sambungnya.
Meski memandang positif adanya perbaikan fasilitas keamanan dan aturan/SOP baru untuk mendaki Gunung Rinjani, Jaya mengingatkan agar penerapan SOP dilakukan secara adil dan tidak diskriminatif.
“Jangan sampai karena ada orang yang membayar lebih banyak itu akhirnya dipermudah SOP-nya. Jangan sampai ada paket yang VIP, paket yang super VIP, bahkan itu akhirnya persyaratannya dipermudah. Jangan sampai nanti akhirnya dalam konteks seleksi atau penerapan SOP akhirnya tidak adil yang bayar lebih bisa menikmati lebih mudah aksesnya,” ujarnya.
Penulis: Alfitra Akbar
Editor: Fadrik Aziz Firdausi
Masuk tirto.id


































