tirto.id - Pencarian KRI Nanggala dalam waktu 1x24 jam terakhir atau hari ke-1 masih nihil. Kapal selam tipe 209 buatan Jerman itu hilang kontak di perairan Bali bagian utara pada Rabu (21/4/2021) sekitar pukul 04.25 WITA.
Bersama 49 awak kapal, 3 personel arsel dan 1 komandan, kapal telah beroperasi selama 40 tahun di Indonesia sedang mengemban tugas latihan untuk penembakan torpedo. Komunikasi terakhir kru kapal selam dengan tim darat tidak lama terjadi sebelum torpedo diluncurkan.
Banyak negara menawarkan bantuan untuk mencari kapal selam. Hingga semalam terhitung 10 negara menawarkan diri. Mereka adalah Korea Selatan, Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Turki, India, Rusia, Australia, Malaysia dan Singapura. Beberapa negara sudah mengirimkan kapal mereka.
Malaysia mengutus satu kapal penyelamat kapal selam MV Mega Bakti dengan 54 kru. Dijadwalkan sampai di lokasi pencarian pada 25 April 2021 pukul 03.00. MV Bakti pernah terlibat pencarian puing pesawat MH370.
Singapura sudah mengirim Kapal Swift Rescue dan direncanakan tiba di lokasi pada 24 April. Swift Rescue punya sebuah kapal selam kecil yang bisa mendukung pencarian di bawah laut dengan presisi tinggi.
Angkatan Laut India juga mengirimkan kapal selam mereka seperti milik Singapura. Kapal dari India telah berangkat ke Bali, menempuh 2.500 mil, kemarin.
Negara lain sudah bersiap membantu setelah Indonesia memberi lampu hijau. Menteri Pertahanan Korsel, Suh Wook telah menyiagakan angkatan laut jika RI memutuskan minta bantuannya.
Dari dalam negeri, Basarnas mengirimkan KN SAR Antasena dengan 13 kru sudah tiba di Banyuwangi.
TNI AL mengerahkan lima KRI dan satu helikopter dengan kekuatan personel lebih dari 400. Salah satunya adalah KRI Rigel yang baru saja bertugas dalam misi pencarian puing pesawat Sriwijaya Air.
Banyak negara yang siap membantu tidak lepas dari upaya Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang aktif menghubungi. Beberapa negara punya ikatan kerja sama dengan Indonesia terkait penanganan kecelakaan.
"Iya, 'kan selama ini punya kerja sama, ya, pencarian dan sebagainya terkait dengan kecelakaan latihan dengan Singapura maupun Australia, sudah dilaksanakan dan dikomunikasikan," kata Hadi, melansir Antara.
Temuan Awal: Magnet & Jejak Minyak
Dalam kondisi hilang kontak atau terjadi black out yakni situasi listrik padam di dalam kapal selam, pencarian yang dilakukan kemarin memakai metode identifikasi magnet. Sistem sonar tidak dapat dipakai sebab kapal selam mengalami black out, sehingga tidak dapat menghasilkan suara akustik yang biasanya tertangkap sonar.
Identifikasi titik benda dengan daya magnet tinggi masih jadi tumpuan utama sebelum kapal selam penyelamat datang dari sejumlah negara. Hasil dari identifikasi benda bermagnet masih nihil.
KRI Rimau dilaporkan menemukan benda dengan tingkat kemagnetan tinggi dalam kondisi melayang pada kedalaman 50-100 meter. Benda itu belum diketahui apa jenisnya, sehingga masih perlu analisis. Sebelumnya juga ada benda serupa, namun sudah dipastikan bukan kapal selam, melainkan rumpon untuk menangkap ikan.
"Nanti bisa dikaji lebih rinci lagi, sehingga kelihatan di situ apa yang tadi ditemukan kemagnetan tinggi. Harapannya kemagnetan tersebut adalah KRI Nanggala," kata KSAL Laksamana Yudo Marono, kemarin.
Petunjuk lain adalah genangan minyak di sekitar lokasi kontak terakhir KRI Nanggala. Menurut Yudo, minyak itu punya dua kemungkinan. Pertama, tangki penyimpan minyak retak dan bocor. Kedua, kru kapal membuang minyak agar kapal selam bisa melayang. Kemungkinan pertama paling logis sejauh ini, karena posisi Nanggala belum ditemukan dalam operasi pencarian hari pertama.
"Jadi tumpahan minyak yang ditemukan itu ada dua kemungkinan, karena sampai sekarang kapalnya belum terdeteksi sehingga kemungkinan kemungkinan tersebut adalah yang pertama kemungkinan tangkinya mengalami keretakan sehingga bocor," kata Yudo di Bali, melansir Antara.
Cadangan Oksigen 72 Jam
Indonesia saat ini punya lima kapal selam, namun hanya dua yang beroperasi. Selain Nanggala, KRI Cakra-401 juga beroperasi. Hanya saja masih dalam proses perbaikan. Tiga kapal selam lain hasil kerja sama dengan Korea Selatan masih dalam tahap uji coba.
Proses pencarian Nanggala untuk itu mengandalkan armada dari permukaan air. Tim sekarang berkejaran dengan waktu dan berkurangnya cadangan oksigen di dalam kapal selam. Menurut Yudo hanya ada 72 jam oksigen di dalam Nanggala. Diperkirakan oksigen itu habis pada Sabtu (24/3) pukul 03.00 WITA. Ia berharap sebelum oksigen itu habis, posisi kapal selam ditemukan dan proses penyelamatan bisa segera dilakukan.
"Kalau kemarin saat hilang kontak pukul 3 dini hari (waktu Bali atau WITA), sehingga nanti bisa sampai hari Sabtu pukul 3 dini hari, karena cadangan oksigen 72 jam. Mudah-mudahan ini sebelum ini dapat segera ditemukan sehingga cadangan oksigen masih ada," kata Yudo, kemarin.
Penulis: Zakki Amali
Editor: Rio Apinino